CINTA SEORANG PANGERAN

Maya Salah Paham



Maya Salah Paham

0"Mengapa Arani harus disini ?" Alena bertanya kepada Nizam. Ia mau berbicara dari hati ke hati dengan Maya seperti halnya Ia berbicara dengan Amar. Alena tidak keberatan ketika dia berbicara dengan Amar, Arani ikut mendampingi. Tapi kalau akan berbicara dengan Maya, Alena jadi ragu. Karena masalahnya Maya ini bukanlah temannya Arani. Takutnya Maya akan menjadi canggung dan tidak bebas ketika bercerita kepada Alena.     

"Untuk menjagamu. Aku tidak mau kecolongan lagi" Kata Nizam sambil menatap wajah istrinya dengan penuh cinta. Tapi Alena malah meradang.     

"Kau hendak menempatkan Maya di sisimu. Tetapi kau tidak mempercayainya. Penghinaan macam apa ini? Kalau sampai Maya tahu, ini akan sangat menyakitinya. Alih - alih kau mendapatkan kesetiaan, kau malah akan mendapatkan kekecewaan yang akan berdampak pada pengkhianatan. Ingat kasus Imran.     

Karena nila setitik rusak susu belanga. Karena hanya kesalahan kecil yang tidak kau sadari, kau bisa membuat nyawa seseorang melayang" kata Alena kepada Nizam. Tapi Nizam malah menggelengkan kepalanya.     

"Kau bebas berdalil dengan seribu alasan. Aku tidak perduli. Demi keselamatanmu Aku bisa merusak seribu dogma dan seribu etika. Bukan orang lain yang akan menderita kalau kau hilang dari sisiku tapi Aku.. Aku Alena. Aku yang akan menderita kalau sampai kehilanganmu. Jadi Arani ada disisimu atau tidak sama sekali.     

Aku percaya kepada Maya tetapi Aku tidak percaya kepada orang yang sedang depresi. Tindakannya bisa di luar kendali. Dan dia bukanlah petarung pemula. Ilmu bela diri dia sangat tinggi. hanya dengan sekali gerakan Kau bisa celaka " Kata Nizam sambil melipat tangannya di dadanya dan menatap Alena.     

Alena terdiam, Ia ingin membantah kata - kata Nizam tetapi Ia kemudian menyadari kebenarannya. Maka Ia kemudian berkata, "Baiklah.. Aku mengerti perkataanmu. Arani kau boleh menemaniku tetapi bisakah kau berada di tempat yang tidak terlihat oleh Maya sehingga Maya bisa leluasa berbicara denganku tetapi jika ada apa - apa kau masih bisa melakukan perlindungan untukku.     

Arani memiringkan kepalanya. Ia tidak berbicara apa - apa tapi kemudian Ia melihat ke sekitar ruangan. Dan Ia melihat di atas ada tempat untuk menggantungkan kelambu tempat tidur. Ini seperti bagian dari bangunan yang disediakan khusus untuk membuat hiasan atau dekorasi kamar.     

Tiba - tiba dengan gerakan indah, Arani meloncat ke atas bagaikan burung yang melayang. Alena sampai ternganga melihatnya. Ia melihat Arani lenyap di balik bangunan itu. Mungkin bagi Alena itu adalah hal yang paling menakjubkan tapi bagi Nizam itu adalah hal biasa.     

"Apa dia manusia biasa atau siluman? Mengapa dia bisa melayang ke atas begitu sementara aku meloncati selokan kecil saja bisa terpeleset" Kata Alena kebingungan. Nizam jadi ingin tertawa melihat ekspresi wajah Alena yang begitu kebingungan. Dia seperti melihat anak kecil yang kebingungan melihat ice creamnya menghilang padahal ice cream itu mencair tanpa disadarinya.     

"Itu karena ilmu meringankan tubuhnya sangat bagus Alena " Kata Nizam sambil mencolek pipi Alena.     

"Ih.. apaan sih colak - colek, genit amat. Lagian tanggung amat pake colek pipi segala.. colek di tempat yang lain dong, biar gereget" Kata Alena membuat Nizam merah padam dan Arani yang sedang tiarap di atas hampir terguling jatuh ke bawah.     

Setelah beberapa saat, Maya terlihat bergerak dan Ia rupanya mulai tersadar. Mata cantik itu tampak mengerjap dengan indah. Bulu matanya teramat lentik dan hitam. Alena mengagumi kecantikan Maya yang sangat Alami. Kalau Zarina senang berdandan bagaimana halnya para wanita di India sedangkan Maya hampir tidak menggunakan make up.     

Kulitnya yang putih itu seakan begitu murni tanpa olesan bedak sedikipun. Bibir merah muda tanpa lipstik di atasnya. Dan rambut yang terurai panjang. Alena berani taruhan Maya ini sangat suci dari ujung rambut sampai ujung kaki. Melihat bentuk bibirnya saja yang masih sangat alami tidak tersentuh oleh siapapun.     

Maya mengerang dan memegang kepalanya yang pening. Ia membuka matanya dan menatap ke depan. Alena segera duduk disisi tempat tidur Maya. Maya begitu terkejut melihat Alena. Bukankah tadi Ia sedang berada di pelukan Nizam. Bagaimana bisa Ia sekarang ada di depan Alena.     

Maya segera bangun dan akan memberikan hormat kepada Alena tetapi Alena segera memegang bahu Maya dan memintanya untuk berbaring lagi.     

"Kalau kau masih pusing, berbaringlah ! Aku akan menungguimu di sini" Kata Alena sambil tersenyum manis.     

"Ta..tapi mengapa ? Hamba tidak pantas di tunggui oleh Yang Mulia. Biarkan pelayan saja yang menunggui hamba. " Maya tampak gugup. Ia menjadi gelisah karena Ia teringat bagaimana Ia sudah mengucapkan kata - kata yang kejam kepada Nizam. Maya menjadi sangat menyesal. Ia lalu mengalihkan padangan pada Nizam yang sedang duduk di samping Alena.     

"Yang Mulia Pangeran Nizam. Hamba mengaku bersalah. Cambuklah hamba. Hukumlah Hamba. Hamba siap menerima kesalahan" Kata Maya kepada Nizam dengan wajah penuh penyesalan.     

Walaupun Nizam sebenarnya memang tersinggung dengan perkataan Maya tadi tapi dia tidak menyalahkan Maya. Dan memang apa yang dikatakan Maya adalah suatu kebenaran yang tidak Ia sadari. Nizam menghela nafasnya dan menggelengkan kepalanya.     

"Tidak apa - apa Maya. Aku sebenarnya berterima kasih karena kau sudah mengingatkan Aku" Kata Nizam. Perbincangan mereka tidak dimengerti oleh Alena karena memang Ia tidak mendengar apa yang dikatakan maya kepada Nizam. Tetapi Ia tidak ingin bertanya apapun kepada Nizam karena intinya adalah sekarang mengajak bicara Maya.      

"Maya, Aku hendak berbicara dengan mu itupun kalau kau mengizinkan Aku" Kata Alena dengan hati - hati. Maya tampak terdiam, Ia masih belum menjawab karena kebingungan. Untuk saat ini Ia tidak ingin berbicara dengan siapapun. Ia sedang terluka dan Ia hanya ingin berbaring sendirian. Tetapi Ia tidak berani menolak Alena. Alena ini baginya adalah orang asing. Maya tidak terlalu mengenal Alena. Jadi Ia hanya diam saja.     

"Maya, Aku tahu Aku telah bersalah kepadamu dengan memaksakan kehendakmu. Alena menyadarkan diriku untuk tidak memaksamu. " Kata Nizam kepada Maya membuat Maya menjadi sangat lega dan memandang Alena dengan penuh pandangan terima kasih.      

"Terima Kasih Yang Mulia. Entah bagaimana Hamba bisa membalas budi Yang Mulia. Hamba sungguh sangat ketakutan tadi. Sekarang Hamba benar - benar sangat lega. Semoga Yang Mulia panjang umur" Kata Maya dengan mata berkaca - kaca.     

Alena sesaat termangu mendengar kata - kata Maya. Bukankah maksud sebenarnya adalah Ia akan membujuk Maya untuk menikah dengan Amar. Tetapi mengapa Maya menjadi salah tangkap begitu. Nizam menatap Alena. Dari sorot matanya Nizam seakan ingin bertanya, "kalau sudah salah paham begini. Apa yang akan kau rencanakan selanjutnya ?'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.