CINTA SEORANG PANGERAN

Biarkan Aku yang Berbicara !



Biarkan Aku yang Berbicara !

0Nizam segera bergerak ketika melihat Arani menekan leher Maya. Dia takut arani lepas kendali dan benar-benar akan menekan leher Maya sehingga Maya bisa kehilangan nyawanya. Nizam menarik tangan arani dari leher Maya dan kemudian menyentakkan tangan Maya agar menjauh dari Arani yang sedang kesal     

Maya langsung jatuh ke dalam pelukan Nizam dan Nizam memeluk punggungnya serta menenangkan Maya yang tampak shock dengan serangan Arani yang tiba-tiba. Lehernya terasa sakit dan nafasnya sesak.     

"Arani tahukah dirimu apa yang kau lakukan ? Kau bisa membunuh Maya. " kata Nizam kepada Arani. Dan Arani langsung berlutut dan berkata,     

" Maafkan hamba Yang Mulia,Hamba sungguh merasa tidak suka melihat Maya begitu tidak sopan kepada Yang Mulia," Kata Arani sambil menundukkan kepalanya. Dia menyesal telah bertindak ke gegabah tetapi Nizam langsung melambaikan tangannya. Tetapi jauh dilubuk hatinya yang paling dalam dia memang sangat kesal kepada Maya yang sudah mengingatkan Nizam tentang Putri Rheina. Menyebalkan sekali Maya itu. Nizam sedikit sensitif kalau menyebut nama Putri Rheina.     

"Tidak apa-apa hanya lain kali tolong untuk lebih berhati-hati. Maya memang sedikit keterlaluan tapi aku bisa memahami perasaannya, " kata Nizam sambil mengelus punggung Maya yang sedang menangis terisak-isak dipelukannya. Maya sendiri kemudian tidak bisa menguasai perasaannya. Dia sangat tertekan sehingga dia lalu merasakan bahwa di sekelilingnya menjadi gelap.      

Tubuh Maya menjadi lemas dan kemudian Dia ambruk terjatuh tetapi Nizam segera menangkap dan membopong tubuh Maya sebelum tubuh itu terjatuh ke lantai.     

Melihat Nizam menggendong tubuh Maya. Arani segera bangkit dari berlututnya dan berkata, " Biarkan hamba yang menggendongnya Yang Mulia, " Kata Arani sambil menyodorkan kedua tangannya untuk meminta Nizam menyerahkan tubuh Maya.     

Nizam menyetujui untuk menyerahkan tubuh Maya yang ada di dalam gendongannya. Tubuh Maya tampak terkulai lemas, mukanya pucat. Maya tidak sadarkan diri karena tidak tahan dengan emosi yang tiba-tiba meluap dari dalam dirinya. Dia sangat sedih marah, kecewa dan terpukul. Dia juga kaget karena Arani tiba - tiba melakukan tindakan yang mengancam nyawanya.     

Nizam pergi mengikuti arah Arani yang sedang berjalan menuju ke kamar Maya. Nizam tampak sangat Muram melihat Maya yang tidak sadarkan diri. Nizam juga merasa sangat tertekan ketika Maya mengatakan bahwa Nizam sendiri sebenarnya sedang melakukan permainan dalam pernikahannya.     

Daan itu seperti membangkitkan kembali perasaan bersalah Nizam kepada Putri Rheina. Ternyata apa yang dikatakan kepada Maya, sebenarnya seakan-akan Nizam sedang mengatakan kepada dirinya sendiri. Ibarat dia sedang memercik air didulang maka yang terpercik adalah mukanya sendiri.     

Nizam mengatakan sesuatu kepada orang lain untuk tidak melakukan itu, tetapi kenyataannya dia juga melakukannya. Pernikahannya dengan Putri Reina sebenarnya sudah sah dimata hukum, agama dan negara. Tetapi sampai sekarang Nizam tidak pernah menyempurnakan kewajibannya kepada Putri Rheina. Walaupun dia memberikan status dan memberikan jaminan kehidupan yang nyaman kepada putri Rheina tetapi Nizam belum pernah menyentuhnya.     

Diam-diam Nizam menyesal telah menekan Maya. Sehingga kemudian dia lalu berpikir bahwa dia akan membatalkan perjodohan Maya dengan Amar. Ketika Arani sedang membawa tubuh Maya masuk ke dalam kamar. Alena yang yang sudah memastikan bahwa di laci tidak ada satupun perhiasan yang tertinggal keluar melihat ke arah Arani yang sedang membopong Maya serta melihat suaminya mengikuti mereka.     

Alena kemudian berjalan mendekati Nizam, " Ada apa ? Mengapa Maya pingsan ? Apa yang terjadi ? " kata Alena sambil ikut masuk ke dalam kamar Maya. Nizam terdiam ditanya oleh istriny,a sehingga Alena kemudian beralih kepada Arani dan dia bertanya kepada wanita itu.     

"Arani apa yang sedang terjadi ? Mengapa Maya pingsan ? " Tanya Alena tetapi Arani juga tidak menjawab pertanyaan dari Alena. Arani malah melirik kepada Nizam seakan meminta izin, apa yang harus dilakukan. Dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya kepada Alena tanpa seijin dari Nizam.     

melihat Arani malah yang melirik ke arah suaminya, Alena menjadi marah.     

"Apa sebenarnya yang terjadi ? Mengapa kalian menyembunyikan sesuatu dariku ?Tolong katakan mengapa Maya sampai pingsan ?" kata Alena dengan nada gusar. Sehingga Nizam kemudian menjelaskan permasalahan diantara mereka.     

Selesai Nizam bercerita Alena berkata dengan nada yang keras, "Itulah akibatnya kalau kau selalu mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan nya terlebih dahulu. Tentu saja Maya tidak akan mau menerima Amar, karena kalau aku jadi dia. Jangankan aku sedang mengalami trauma tidak taruma pun aku tidak mau Amar. " Kata Alena mengomeli Nizam. Siapa yang mau menerima laki - laki yang tergila - gila sama istrinya yang sudah meninggal.     

Nizam jadi merengut dia lalu berkata kepada Alena, " Mengapa kau malah mengomelku ? Aku hanya ingin Maya menghilangkan rasa traumanya. Dan aku juga ingin Amar bisa mengobati luka di hatinya. Bagiku menyatukan mereka berdua akan membuat mereka menjadi lebih baik." kata Nizam.\     

"Aku tahu... aku tahu itu. Kau selalu memiliki ide yang cemerlang. Walaupun kau sering memaksakan kehendakmu. Disebalik itu kau adalah orang yang peduli tetapi biarkan aku yang mengambil alih permasalahan ini." kata Alena kepada Nizam     

Nizam mengerutkan keningnya kepada Alena. Jangan-jangan istrinya ini sedang memiliki ide aneh lagi tentang permasalahan ini. Nizam kemudian berkata kepada Alena.     

"Apa yang akan kulakukan?" kata Nizam. Alena mengangkat bahunya.     

"Kau ini adalah laki-laki. Tahu apa kau tentang urusan wanita yang sedang trauma? Urusan seperti ini serahkan kepada kaum wanita. membujuk wanita menikah itu tidak gampang tapi harus dengan perasaan. Kau pikir bagaimana Ratu Sabrina ibumu itu bisa menyimpan semua perempuan di dalam haremmu? kalau dia tidak menggunakan pendekatan dari hati ke hati sebagai seorang wanita.     

Nizam menatap Alena dengan mata yang lebar ia kemudian merasa harapannya kembali muncul setelah dia sangat berputus asa.     

" Alena apakah kau yakin mampu membujuknya untuk menikahi Amar ? "kata Nizam kepada Alena. Arani yang berdiri di pinggir tempat tidur, dimana Maya berbaring diam-diam melirik kepada Alena. dan dia juga menjadi penasaran apa yang akan dilakukan Alena untuk membujuk Maya karena Maya terlihat sangat keras kepala.     

Maya berkali-kali mengatakan kalau dia tidak mau menikahi amar dan dia memilih untuk tetap tidak menikah selamanya. Alena hanya tersenyum.     

"Aku akan menunggu di sini sampai Maya sadarkan diri dan aku akan mengajaknya berbicara dari hati ke hati. Aku percaya sebentar lagi Amar dan Maya akan menikah." kata Alena dengan penuh rasa optimis.     

"Apa yang akan kamu lakukan Alena ?" Nizam bertanya lagi kepada istrinya.     

"Aku akan memberitahukan setelah aku berhasil meyakinkan Maya untuk menikah dengan Amar. Jadi sebaiknya kau keluar saja dulu, biarkan aku berdua dengan Maya," kata Alena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.