CINTA SEORANG PANGERAN

Apa Kau Ingin Menjadi Istriku ?



Apa Kau Ingin Menjadi Istriku ?

0Arani baru saja terkagum - kagum dengan cepatnya Alena belajar menjadi seorang calon ratu yang baik. Bagaimana pemikiran Alena sekarang sudah sangat hebat dan sanggup menyelesaikan beberapa masalah yang berat.     

Alena tampak begitu berwibawa ketika menasehati Amar dan membuat Amar terbuka hatinya tetapi kemudian perkataan terakhir Alena langsung membakar semua kewibawaan Alena dihadapan Amar dan Arani. Ternyata Alena tetap Alena yang polos, lucu, caplas - ceplos dan mesum.      

Amar masih ternganga melihat ke arah Alena ketika Alena berdiri, "Sudah.. sudah tidak usah begitu kagum. Aku tahu ideku ini sangat cemerlang tapi kalian tidak usah sampai histeris begitu. Nah sudah sana kalian siapkan lagi barang - barang yang akan kita bawa pulang.     

Sebenarnya Aku tidak ingin pulang sekarang. Pangeran Husen belum menjalankan acara kesucian dengan Putri Avantika. Eh malah sudah pulang. Pangeran Itu memilih menyentuh Amrita lebih dulu. Ah.. jadi ga seru" Kata Alena ngomel - ngomel sambil pergi meninggalkan Amar dan Arani karena Ia akan memeriksa laci - laci di kamarnya. Takut ada yang tertinggal.     

Arani dan Amar tidak perlu disuruh dua kali ketika mereka disuruh keluar oleh Alena. Mereka sungguh tidak tahan mendengar perkataan Alena. Bahkan Amar tidak dapat menahan tawanya begitu Ia keluar dari kamar Alena.     

Arani saja yang begitu dingin akhirnya dia tertawa bersama Amar sambil memegang perutnya menahan sakit. Wajah murung Amar hilang seketika mendengar usulan Alena yang brilian.     

"Sudah Amar.. sudah.. aku tidak tahan lagi. Calon Ratu kita itu benar - benar luar biasa. Bagaimana bisa Yang Mulia memiliki ide begitu cemerlang" Kata Arani sambil sebelah tangannya memegang tiang - tiang yang berderet di depannya. Telapak tangan kirinya menekan pada dinding tiang sedangkan sebelah tangannya lagi memegang perutnya. Perutnya sakit karena menahan tawa     

Arani sangat lucu ketika Alena mengomeli pangeran Husen, rupanya Alena ingin menunggui malam kesucian Pangeran Husen. Tapi ternyata gagal karena Pangeran Husen memilih menghabiskan malam dengan Amrita terlebih dahulu.     

"Bayangkan Aku disuruh menyeret dia ke tempat tidur.. tidak bisa dibayangkan kalau itu terjadi..ha..ha..ha.. pasti akan ada kerusuhan di malam pertama kami. " kata Amar sambil ikutan tertawa. Perutnya juga sangat sakit karena tertawa terus menerus.     

Ketika mereka tertawa - tawa itu, Maya tampak keluar dari kamarnya sambil menyeret sebuah koper. Ketika seorang pelayan atau penjaga akan membantunya Maya malah melambaikan tangannya menyuruh penjaga itu menyingkir dari hadapannya. Melihat dua jendral itu tertawa - tawa, Ia menjadi naik darah.     

Sungguh keterlaluan mereka, di saat Ia sedah gundah gulana karena Ia tidak tahu rencana Pangeran Nizam terhadap dirinya mereka malah tertawa - tawa dengan senang. Apalagi melihat Amar tertawa membuat Maya semakin geram dan kebenciannya kepada laki - laki semakin besar.      

Hanya saja Ia tidak berani berkonfrontasi dengan mereka lagi karena Ia tahu diri, Melawan salah satu dari mereka saja ia belum tentu menang apaladi kalau berdua. Maka Ia hanya cemberut sambil menyeret kopernya. Amar dan Arani melihat Maya keluar dari kamarnya sambil menyeret koper langsung terdiam.     

 Dan ketika Maya melewati mereka dengan wajah masam dan angkuh, Amar dan Arani hanya memberikan Maya jalan tanpa berkata apapun. Si muka judes itu sungguh tidak enak dipandang wajahnya.     

Setelah Maya menghilang daripandangan. Arani kemudian berbisik. "Ingat nasihat Yang Mulia, Di malam pertama kau seret dia dan buat Ia teriak minta ampun" Kata Arani. Dan Amar menatap Arani dengan kening berkerut sebelum kemudian Ia lalu kembali tertawa geli.     

Maya menyumpah - nyumpah dalam hatinya. Ia sangat tidak suka mendengar tawa Arani dan Amar yang masih terdengar. Entahlah Ia merasa kalau mereka berdua sedang mentertawakannya dan Ia kemudian menjadi penasaran. Ia segera mencari Pangeran Husen yang masih duduk meminum kopinya.      

Dilihatnya Pangeran Husen sedang berbincang dengan Jonathan, entah apa yang mereka bicarakan karena wajah mereka tampak begitu bahagia. Hati Maya menjadi kembali panas. Semua orang tampak berbahagia mengapa hanya hatinya yang sedang gundah gulana. Ini tidak adil dan Ia harus menuntut keadilan.     

Pangeran Husen menatap Maya yang baru datang dan memberikan hormatnya. Pangeran Husen membalas hormat Maya dan ekor matanya langsung melirik ke arah koper yang diseret asistennya itu. Pangeran Husen segera tahu kalau Maya sudah membereskan barang - barangnya dan siap pulang ke Azura. Berarti Maya sudah tahu kalau Ia tidak lagi menjadi asisten dirinya dan akan pergi meninggalkannya di Azura.     

Entah mengapa hati pangeran Husen menjadi sedih. Selama ini Ia sudah terbiasa berada di sisi Maya walaupun Ia sangat judes dan galak tetapi Pangeran Husen tahu kalau Maya sangat menyayanginya dan Ia juga menyayangi Maya. Dan Ia sebenarnya tidak main - main setiap mengatakan kalau Ia akan menjadikan Maya salah satu istrinya karena memang jika Maya bersedia, pangeran Husen tidak keberatan menjadikan Maya salah satu istrinya.     

Maya menatap Pangeran Husen dengan muka murung dan Pangeran Husen segera menyadari kalau Maya ingin berbicara dengannya. Tetapi ada Jonathan di antara mereka. Maya tidak berani berbicara.     

Untungnya Jonathan orang yang tahu etika. Ia kemudian berdiri dan membungkuk pada Pangeran Husen sambil berkata, "Terima kasih atas perbincangan pagi ini yang sangat menarik. Kebetulan Saya harus membantu Arani membereskan barang - barang kami. Saya mohon pamit " Kata Jonathan sambil membungkukkan badan memberikan hormatnya kepada Pangeran Husen sambil pergi.     

Pangeran Husen membalas hormat Jonathan sebelum kemudian menatap Maya. Air mata Maya sudah mulai tergenang di sudut matanya membuat Pangeran Husen semakin sedih.     

"Duduklah Maya" Kata Pangeran Husen sambil menyuruh Maya untuk duduk di depannya. Maya yang memang sedang gundah segera duduk di hadapan Pangeran Husen. Pangeran Husen menautkan kedua tangannya lalu berkata,     

"Maafkan Aku, Maya" Hanya itu yang mampu dikatakan pangeran Husen kepada Maya dan itu sudah cukup membuktikan kalau dirinya sudah tidak diperlukan lagi karena sudah ada Amrita yang akan mendampingi Pangeran Husen.     

Maya menghapus air matanya yang mulai meleleh membasahi pipinya. "Yang Mulia tidak perlu meminta maaf karena hamba hanyalah seorang hamba yang bisa dipakai dan ditendang kapan saja. Sekarang Yang Mulia sudah memiliki Putri Amrita yang akan mendampingi dan menjaga Yang Mulia sehingga Hamba tidak diperlukan lagi " Kata Maya membuat Pangeran Husen sedikit membentak.     

"Hentikan omong kosongmu itu! Kau menyakiti hatiku" Kata Pangeran Husen sambil merengut. Ia sakit hati mendengar Amrita menuduhnya seperti itu.     

Maya menciut melihat kemarahan Pangeran Husen. "Kau memangnya mau apa ? Aku berulang kali berbicara kalau Aku menyayangimu dan kalau kau mau Kau bisa menjadi istriku sekarang juga. Apa itu keinginanmu?" Kata Pangeran Husen dengan gusar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.