CINTA SEORANG PANGERAN

Tidak Mau Tapi Perduli



Tidak Mau Tapi Perduli

0Maya berjalan di belakang Arani. Wajahnya tampak kusut. Ia sama sekali menyesal telah bertikai dengan istri majikannya. Walau bagaimanapun Amrita adalah istri dari majikannya Pangeran Husen. Bagaimana mungkin Ia bersikap tidak sopan. Ia harusnya lebih memahami Amrita seperti Nizam memahami Amrita. Amrita lama tinggal di luar negeri. Gaya hidupnya pasti berbeda dengan wanita dari kerajaan Aliansi.     

Tidak banyak wanita dari kerajaan Aliansi yang bisa sekolah ke luar negeri karena adat yang meminta mereka untuk tidak menuntut ilmu terlalu tinggi apalagi sampai ke luar negeri. Jangankan wanita biasa, para putri istana atau bangsawan saja banyak yang tidak melanjutkan sekolah formalnya. Mereka hanya memanggil guru pribadi ke istana atau ke tempat mereka.     

Maya jadi ketakutan bagaimana nantinya Ia akan berada di dekat Amrita. Sebagai asisten Pangeran Husen, Ia harus ada disamping Pangeran Husen terus menerus lalu kalau Ia tadi tidak cocok dengan Amrita bagaimana? Bagaimana kalau Ia tidak tahan dengan tingkah Amrita yang cukup temperemental seperti dirinya.     

"Nyonya Jonathan.." Tiba - tiba Maya berkata kepada Arani. Arani menoleh ke belakang. "Ya.. ada apa ?" Kata Arani sambil terus melangkah ke ruangan tempat kamar mereka menginap.     

"Apakah.. Yang Mulia Pangeran Nizam mengatakan sesuatu tentang diriku?" Kata Maya seperti memiliki firasat kalau Nizam akan melakukan sesuatu.     

"Mengapa Kau bertanya seperti itu? " kata Arani sambil terus melangkah.     

"Yang Mulia menyingkirkanku dari perbincangan mereka. dan dari tingkah Yang Mulia seakan Yang Mulia ini lebih memilih membela Putri Amrita dibandingkan diriku" Kata Maya.      

Arani kemudian berbalik dan menatap tajam ke arah Maya. Ia lalu mendorong dada Maya dengan telunjuknya.     

"Kau seharusnya tidak mempertanyakan hal itu kepadaku. Kau harus percaya apapun yang dilakukan oleh majikanku itu. Ini untuk kebaikan kita bersama." Kata Arani sambil berbalik lagi.      

"Nyonya Jonathan.." Maya memanggil lagi tetapi Arani mengangkat tangannya dan berkata, "Sudah jangan berkata apapun lagi.. Nah lihat Amar sudah memberikan perintah untuk membawa semua perlengkapan dan barang - barang dari Yang Mulia. Dan sebaiknya Kau bereskan juga seluruh barang - barangmu" Kata Arani.     

Maya langsung menghentikan langkahnya. Ia langsung berjalan mendahului Arani dengan wajah pucat. Ia menghadang langkah Arani, "Apa maksudmu dengan Aku harus membereskan barang - barangku? Ada apa ini? Aku asisten dari pangeran Husen dan pangeran Husen akan tinggal di sini. Jadi mengapat Aku harus membereskan barang - barangku" Kata Maya sambil menatap wajah Arani dengan gusar.     

Arani mengangkat telunjuknya dan berkata tidak kalah tajamnya, "Aku tidak memiliki wewenang untuk menjawab pertanyaanmu. Aku hanya ingin Kau membereskan barang - barangmu dan pulang bersama kami ke Azura" Kata Arani.     

"Kau memang Setan ! Kau pikir siapa dirimu berani memerintah Aku ? Aku adalah asisten dari Pangeran Husen dan bukan bawahanmu" kata Maya murka. Mukanya sangat merah saking marahnya. Ia sangat terhina dengan perintah Arani. Sebenarnya bukan perintah Arani yang membuatnya marah. Walaupun mereka sama - sama asisten tetapi tingkatan Arani memang di atas dirinya.     

Ia hanyalah asisten biasa tetapi Arani adalah seorang jendral besar yang kedudukannya bahkan diatas Amar dan Imran. Tetapi masih di bawah Jendral Rasyid. Yang menyakitkan hatinya adalah Ia harus pergi dari sisi pangeran Husen. Ini menunjukkan kalau Ia sudah dipecat dari kedudukan asisten pangeran Husen. Di pecat? Sungguh kata - kata yang sangat menyakiti hatinya.     

Arani tampak tegang ketika Ia dipanggil Setan. Ia sungguh ingin menampar wajah cantik yang ada di hadapannya itu. Tetap sangat tidak lucu membuat keributan di kerajaan orang lain apalagi mereka sedang berkabung walaupun baru melangsungkan pernikahan.     

Arani lalu mengepalkan tangannya sendiri dan berbalik lagi. Ia tidak ingin melayani amarah Maya. Diamnya Arani bukan membuat Maya sadar, Ia lalu mengejar kembali Arani yang sudah berjalan kembali.     

"Arani ! Jawab pertanyaanku ! Kau pasti tahu sesuatu. Kau tidak mungkin tidak tahu. Katakan sesuatu, jangan diam saja seperti seorang pengecut. " Kata Maya semakin morang - maring. Ia sangat kalap karena Arani sama sekali tidak memperdulikannya. Wajahnya tetapi dingin bagaikan balok es.     

Amar baru saja memberikan perintah kepada seorang pelayan laki - laki untuk membawa koper keluar dan memasukan ke dalam mobil ketika dilihatnya Maya marah - marah kepada Arani.     

"Jendral Arani.. ada apa? " kata Amar sambil membungkukkan badannya ke arah Arani untuk memberikan hormat.     

"Minggir kau ! Jangan ikut campur ! " Kata Maya sambil melotot kepada Amar. Amar mengerling. Nih perempuan makanannya mercon atau apa ya ? galaknya udah kaya macan betina lagi PMS.     

"Sudah jangan perdulikan dia.. " Kata Arani sambil kembali melangkah. Tapi Maya yang tidak tahan langsung menerjang dan mengarahkan tendangan ke punggung Arani. Amar tepat ada disisi Maya ketika melihat adegan itu.     

Walaupun Ia tahu kalau serangan itu bukanlah hal yang sulit bagi orang sekelas Arani tapi Amar tidak tahan melihatnya maka dengan gerakan kilat. Ia langsung mencekal kaki yang posisinya sudah menendang itu. Maya terkejut ketika Kakinya di pegang.      

Maya tidak suka Kakinya dipegang dan ditahan oleh Amar. Maka Ia menarik kakinya dari tangan Amar sambil berbalik melancarkan tendangan ke kepala Amar. Amar mengelak dan Ia kembali mencengkram kaki Maya dan kemudian menyentakan kaki Maya hingga Maya langsung terlempar ke udara.      

Amar kaget melihat tubuh Maya yang terlempar ke udara. Ia lupa kalau Ia sedang melawan maya dan bukan melawan musuh yang berbahaya. Ia melihat Maya tidak menguasai tubuhnya. Tenaganya kalah total dengan tenaga Amar. Sehingga ketika Ia terlempar ke udara, Maya tidak bisa menguasai gerakannya. Maya memejamkan matanya dan siap terjerembab ke lantai.     

Tapi Amar tidak membiarkan tubuh indah itu terjerembab ke lantai. Amar meloncat dan menangkap tubuh yang terlempar ke udara itu. Ia menangkap tubuh maya dengan sebelah tangannya. Ia memegang pinggang Maya dengan tangan kanan dan tangan kirinya Ia rentangkan untuk menyeimbangkan tubuhnya. Maya merasakan pinggangnya ada yang menangkap.     

Maya membuka matanya dan Ia melihat wajah Amar yang ada disampingnya. Maya langsung terdiam sesaat sambil menjejakkan kakinya dilantai. Arani melihat adegan romantis itu. Tapi si muka batu itu malah mengangkat alisnya dan mengangkat bahunya.     

"Curi - curi kesempatan. Tidak mau tapi perduli.." Kata Arani sambil masuk ke dalam kamarnya. Maya mendengar perkataan Arani. Ia jadi tercekat hingga sampai lupa kalau tangan Amar masih berada di pinggangnya.     

 Ia langsung menepiskan tangan kekar itu. Bibir Maya yang teramat mungil itu mengerut tidak suka walaupun Ia harus mengakui kalau gerakan spontan Amar menyelamatkan dirinya dari terbanting ke lantai.     

Apa yang dikatakan Arani seakan membukakan tirai misteri mengapa Ia harus membereskan barang - barangnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.