CINTA SEORANG PANGERAN

Dia Tergila - gila kepada Amrita



Dia Tergila - gila kepada Amrita

0"Terus terang Aku senang kau terlihat mulai mencintai dan perduli dengan adikku. Aku tidak bisa meninggalkan Maya bersama adikku karena Ia tidak cocok denganmu. Maya adalah orang yang tidak mengenal rasa takut dan Aku malah khawatir jika Ia akan menimbulkan kekacauan di kerajaan Rajna." Amrita tampak semakin terkejut, kapasitas otaknya belum mampu mengikuti analisa Nizam yang luar biasa.     

"Tapi sungguh Hamba akan berusaha untuk memperbaiki sikap hamba" Kata Amrita dengan sungguh - sungguh.     

"Tidak Amrita, perubahan karater seseorang tidaklah bisa berjalan cepat. Harus ada proses yang cukup memakan waktu untuk perubahan itu. Siapa yang dapat mengira kalau sebelum kau mampu merubah karaktermu maka Kau dan Maya sudah bertikai besar. Dan jika hal itu terjadi maka yang akan dimenangkan oleh adikku adalah dirimu ' Kata Nizam.     

"Tetapi mengapa ? " Amrita menatap Nizam dengan pandangan kebingungan.     

"Karena kau adalah wanita yang dicintainya. Dia tergila - gila kepadamu Amrita. Dia bahkan berani menunda menyentuh Putri Avantika hanya karena ingin bersamamu. Dan Aku juga tidak ingin Maya menjadi merasa tersisih.     

Aku sangat dekat dengannya, karena selain Ratu Aura yang menyuruhnya menjaga adikku itu diam - diam Aku juga sering memintanya untuk melaporkan apapun yang berkaitan dengan adikku itu kepadaku"     

"Yang Mulia memata - matai adik sendiri ?" Amrita berdesis. Ia tidak mengira kalau apa yang dilakukan Pangeran Barry dalam memata - matai adiknya juga dilakukan Nizam.     

"Kau boleh mengatakan itu. Aku tidak bermaksud tidak baik. Aku hanya khawatir dia melakukan hal yang tidak bisa Aku kendalikan sehingga Aku meminta Maya untuk menjaganya. dan kini setelah Kau hadir disisinya. Aku akan menarik Maya dari sisinya. Kau gantikan dia untuk menjaga adikku.     

Adikku akan menjadi Raja di Kerajaan Rajna. Kau tahu kalau Putri Avantika adalah putri yang berbeda dengan kakaknya. Jika Putri Kumari memang sangat layak menjadi ratu yang berkuasa tetapi tidak dengan Putri Avantika.      

Selain umurnya yang masih sangat muda, Ia juga tidak memiliki kapasitas sebagai Ratu. Demikian juga dengan Putri Elisa. Putri itu sama manja dan tidak kompeten seperti Putri Avantika. Jadi harapanku terletak kepadamu.     

jadilah pendamping dari adikku dengan baik. Dan jagailah dia dari semua bahaya yang mungkin mengancamnya. Dan dengan kecerdasanmu serta kemampuanmu dalam ilmu bela diri dan strategi pertahanan. Kau akan bisa mengatasi semua permasalahan yang mungkin akan dihadapi oleh adikku selama memimpin kerajaan Rajna" Kata Nizam dan ini sama sekali diluar nalar Amrita. Ia sama sekali tidak terpikir akan menjadi pedamping Raja seperti yang dikatakan Nizam.     

"Tapi apakah Putri Avantika tidak keberatan kalau hamba membantu Pangeran Husen di dalam memerintah kerajaan Rajna '     

Nizam menggelengkan kepalanya, " Selama kau tidak berambisi untuk menjadikan anakmu sebagai raja maka Aku yakin dia tidak akan. Aku perhatikan putri Avantika bukan putri yang senang dengan politik. Ia lebih suka dengan seni sepeti adikku dan juga seperti dirimu. Ah.. kalian memang cocok satu sama lain.     

Jadi Aku harap kau bisa membimbing istri - istri dari adikku. Tolong untuk bersikap lebih dewasa dan bijaksana dibandingkan mereka. Anggap mereka adik sendiri" Kata Nizam. Kemudian Amrita segera mengerti maksud dari Nizam. Dengan sungguh - sungguh Ia lalu menganggukan kepalanya.     

"Dan satu lagi, Maya benar kalau kau harus bisa menjaga harga diri dari adikku dan tidak mempersulitnya. Jangan manfaatkan cintanya untuk berbuat sesuka hati. Ingat Aku akan selalu ada untuk adikku. Jadi sedikit saja Aku mendengar hal yang aneh maka Aku akan segera datang kemari" Kata Nizam sambil mengambil gelas minumnya.     

"Ah.. yang Mulia.. Apa yang Mulia mengancamku?" kata Amrita jadi khawatir. Siapa yang ingin bertikai dengan Nizam. Sumpah, Ia melihat Nizam saja ketakutan apalagi melawannya.     

Nizam tertawa kecil melihat Amrita yang pucat. " Aku hanya ingin memastikan adikku aman dan berada ditangan orang yang tepat. "     

"Percayalah, Hamba akan menjaga pangeran Husen dengan baik. Ia begitu mencintai Hamba dan Hamba tidak mungkin akan menyia - nyiakannya" Kata Amrita bersungguh - sungguh.      

Sesaat Nizam tidak bersuara dan hanya keheningan yang menyilimuti mereka. Pohon - pohon Zaitun yang berderet dengan rapih di depan mereka tampak tertiup angin seperti sedang menari. Nizam menghela nafasnya lalu melirik ke arah Amrita.     

"Katakan kepadaku dengan pasti.. " kata Nizam sambil menguatkan hatinya. Sebenarnya Ia tidak ingin menanyakan hal ini tetapi dia harus tahu perasaan Amrita terhadap pangeran Abbash.      

Amrita terdiam sambil mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Nizam.     

"katakan kepadaku dengan jujur Amrita? Apakah Kau benar - benar mencintai adikku ?" Kata Nizam seakan masih meragukan cinta Amrita. dan Amrita tidak ingin berbohong kepada Nizam.     

"Hamba masih belajar mencintainya. Yang Mulia semoga memahami perasaan hamba tetapi walaupun hamba masih belajar mencintainya tetapi hamba sudah memantapkan diri hamba untuk setia kepada suami hamba"     

"Jadi maksudmu kalau seandainya Pangeran Abbash sekarang datang dan memintamu untuk menjadi istrinya. Apakah kau akan meninggalkan adikku?" Kata Nizam kepada Amrita. Ia bertanya dengan sungguh - sungguh.     

Amrita sesaat terdiam, mungkin sebelum Ia menikmati malam pertamanya dengan Pangeran Husen. Amrita pasti akan pergi ke pelukan Pangeran Abbash. Tetapi setelah Ia melalui malam yang begitu indah dengan suaminya dan merasakan betapa lembutnya perlakuan pangeran Husen kepadanya maka dengan penuh ketegasan Amrita menjawab,     

"Tidak akan Yang Mulia. Hamba akan tetap memilih berada di sisi Pangeran Husen. Masa lalu hamba mungkin sangat kelam tetapi berilah hamba kesempatan untuk berubah. dan hamba berharap pengabdian hamba ini akan menghapus dosa - dosa hamba. Semoga Alloh mengampuni semua dosa - dosa hamba" Kata Amrita dengan sedih karena teringat semua dosa - dosanya.     

Nizam melihat kesungguhan di hati Amrita dan Ia menjadi sangat lega. "Aku sungguh senang mendengar perkataanmu. Aku sungguh merasa tenang dan lega sekarang. Terima kasih Amrita dan jika ada apa - apa kau bisa menelponku sesuka hatimu. " Kata Nizam sambil memberikan kartu namanya.     

Amrita memegang kartu nama itu dengan erat. Ia tahu tidak semua orang memiliki nomor Nizam secara pribadi kecuali orang - orang yang sangat dekatnya. Biasanya orang - orang yang tidak memiliki hubungan spesial hanya akan memiliki nomor handphone asistennya Nizam dan bukan telepon Nizam langsung.     

"Terima Kasih Yang mulia. Ini sungguh suatu kehormatan besar untuk hamba" Kata Amrita dengan mata berbinar.     

"Segera musnahkan kartu itu begitu kau menyimpan namaku di handphonemu" Kata Nizam sambil kemudian berdiri.     

"Ayo kita kembali ke adikku.. Ini sudah siang. Jadwal penerbangan kami sebentar lagi" Kata Nizam lagi. Amrita menganggukan kepalanya dan merekapun kembali ke tempat Pangeran Husen yang sedang menunggunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.