CINTA SEORANG PANGERAN

Maya akan Ikut Pulang ke Azura



Maya akan Ikut Pulang ke Azura

0"Amrita.." Nizam memulai perkataannya dan itu membuat Amrita yang sedang memandang keindahan makhluk di depannya terperanjat.     

"Ku harap kau sudah selesai memandangku sehingga Aku bisa memulai percakapan ini" Kata Nizam sambil menyemburkan asap rokoknya. Amrita menjadi gugup. Sialan benar. Mengapa Ia tidak bisa menjaga matanya di depan kakak iparnya sendiri. Padahal dari kemarin Ia sudah mencoba untuk menjaga etika dengan baik. Amrita jadi tertawa kecil. Ia kemudian merilekskan tubuhnya. Cukup sudah dengan menjaga sikap dan etika. Pangeran Nizam bukan tipe orang yang bisa dibohongi.     

Ketika Amrita merubah sikap, wajah Maya tampak kelam. Tangannya jadi gatal ingin menggampar pipi mulus itu dan kakinya ingin menendang Amrita sampai terpental kembali ke kerajaan Zamron. Arani melihat perubahan sikap Maya dan Ia menatap tajam ke arah Maya. Jangan sampai Maya berulah dengan membuat keributan. Kebetulan sekali Maya melihat ke arah Arani dan Arani tampak menatapnya dengan tajam. Maya langsung terdiam. Ia tidak akan berani bertingkah di depan Arani.     

Melihat sikap Amrita yang santai dan tidak tegang lagi, Nizam hanya tersenyum kecil. Ia tidak heran dengan sikap Amrita. Sebagaimana dirinya yang banyak tinggal di luar negeri, tentu ada sikap dan kebiasaan yang sulit untuk hilang. Kesetaraan gender dan kehidupan liberal di luar negeri membuat para wanita bersikap seperti halnya para pria.     

Bahkan termasuk Alena, bagaimana Alena juga tidak terlalu menjaga jarak dengan pria. Ia masih ingat bagaiman Alena hampir saja dicium Edward kalau saja Ia tidak berdehem dibelakangnya. Jadi sikap anggun Amrita dari tadi bagi Nizam sungguh masih terasa dibuat - buat atau lebih tepatnya Amrita masih dalam tahap belajar kembali menjadi wanita dengan gaya wanita kerajaan     

"Aku tahu kau suka merokok tetapi Aku harap kau bisa menjaga harga diri suamimu di tempat ini" Kata Nizam masih dalam keadaan santai. Amrita mengelus lengannya sendiri sambil menggerakkan bibirnya dengan lucu.     

"Hamba tahu itu. Hamba sangat mencintai suami hamba sekarang dan tidak akan pernah mempermalukannya" Kata Amrita.     

"Termasuk menjaga mata dari para pria yang menarik hatimu " Kata Nizam lagi membuat Amrita jadi sedikit pucat tetapi kemudian Ia tertawa di tahan. Ia tidak ingin tawanya terdengar ke luar.     

"Hamba ini wanita normal yang terkadang tertarik dengan ketampanan para pria. Hamba pikir itu wajar daripada Hamba tertarik melihat Maya asisten suami hamba yang sedari tadi menatap hamba seakan ingin menelan hamba" Kata Amrita sambil kemudian mengankat cangkir yang berisi teh yang ada di depannya lalu meminumnya.     

Mendengar perkataan Amrita yang seperti memprovokasinya, Maya jadi merasa tersulut. Tanpa bisa ditahan Ia langsung berbicara,     

"Aku harap Kau bisa menjaga dirimu dengan baik. kau jangan sampai mempermalukan Pangeran Husen karena Aku tidak akan segan - segan memberikanmu pelajaran" Kata Maya sambil langsung hendak mendekati Amrita. dan Amrita langsung berdiri dengan wajah buas.     

"Memangnya Kau pikir, Kau ini siapa ? Pangeran Husen sudah menjadi suamiku sekarang jadi Aku yang lebih berhak dengannya. " Kata Amrita tidak kalah pedasnya.      

Arani kemudian berdiri di antara mereka dan mendorong dada Maya dan Amrita secara bersamaan.     

"Mundur kalian !! Beraninya kalian bertengkar di depan Yang Mulia Pangeran Nizam" Kata Arani dengan galak. Keberanian mereka langsung menciut bagaikan kerupuk terkena air dan Amrita lalu segera duduk kembali sambil meminta maaf. Tapi matanya masih menatap galak ke arah Maya. Ia merasa diremehkan dengan perlakukan Maya kepadanya. Berani benar seorang asisten menyuruhnya untuk menjaga sikap.     

Walaupun Ia tidak memiliki garis keturunan kerajaan karena ayahnya hanya seorang bangsawan biasa tapi selama ini tidak ada satupun yang berani kepadanya. Di kerajaan Zamron semua orang menakutinya karena kedekatannya dengan Pangeran Abbash dan kedudukan ayahnya sebagai seorang perdana mentri.     

Dan Maya sendiri tidak kalah kesalnya dengan Amrita. Tadinya Ia berpikir kalau Amrita sudah berubah menjadi lebih baik tetapi nyatanya perubahan itu hanya terlihat sebentar. Maya bertekad kalau Ia tidak akan mebiarkan Amrita mempermalukan Pangeran Husen.     

Fuad dan Ali semakin bersiaga tetapi mereka tidak mengambil tindakan apapun karena memang masih tidak ada yang menunjukkan sesuatu yang membahayakan Nizam. Nizam sendiri terlihat masih santai sambil tetap menghisap rokoknya seakan keributan yang terjadi di depannya hanya seperti kejadian jatuhnya daun oleh hembusan angin.     

Amrita dan Maya jadi merasa malu sendiri karena berbuat tidak sopan di depan Nizam.      

"Apa perlu kita pergi ke arena berlatih kerajaan Rajna ? " Kata Nizam dengan begitu tenang. Amrita dan Maya semakin malu.     

"Maafkan Hamba. Yang Mulia " Kata Amrita sambil kemudian terdiam.     

"Arani.. kau sebaiknya bawa Maya ke tempat Amar. Tadi Amar sedang memeriksa kamar dan barang bawaan untuk persiapan terakhir sebelum kita pulang. Biarkan Maya membantu Amar" Kata Nizam kepada Arani. Wajah Maya berubah kelam. Ini adalah pengusiran secara halus tetapi Ia tidak berani membantah. Maya mengerti mungkin Nizam ingin berbicara serius dengan Amrita dan Ia sudah mengacaukan suasananya.     

Maya lalu memberikan hormatnya dan segera berlalu mengikuti Arani menuju ke tempat Amar. Sedikitpun Maya tidak menduga kalau Ia akan ikut rombongan itu pulan ke kerajaan Azura. Ia masih mengira kalau Ia akan tinggal di kerajaan Rajna dan mendampingi Pangeran Husen.     

Amrita melihat kepergiaan Maya dan Arani, dalam hatinya diam - diam dia menyesal telah bertikai dengan Maya. Walau bagaimanapun Maya adalah asisten suaminya.     

Melihat mata Amrita yang penuh penyesalan Nizam berkata, " Kau tidak usah khawatir akan bertikai dengannya lagi. Ia akan ikut dengan kami ke Azura" Kata Nizam menyentakkan hati Amrita.     

"Pulang ke Azura? Bukankah dia akan tinggal di Kerajaan Rajna dan mendampingi Pangeran Husen? " Kata Amrita tidak mengerti. Nizam menggelengkan kepalanya.     

"Kalian tidak akan cocok satu sama lain. Dia terlalu keras untukmu jadi dia tidak akan mendampingi kalian di sini. Lagipula dia adalah orang yang frontal dan sangat berani. Dia tidak bisa basa basi atau menjaga sikap terhadap siapapun dan dimanapun. Bagi orang yang baru kenal tingkah ini akan membahayakan dirinya makanya Aku tidak ingin Maya ikut bersama kalian" Kata Nizam membuat mata Amrita terbelalak lebar.     

"Yang Mulia, hamba minta maaf tetapi tolong jangan lakukan itu. Jangan karena diri hamba, Yang Mulia memisahkan Pangeran Husen dengan asistennya" Kata Amrita menjadi tegang. Ia jadi seperti intruder diantara Pangeran Husen dan Maya. Padahal Maya adalah orang yang menjaga Pangeran Husen selama ini.     

Nizam malah menggelengkan kepalanya dan menjawab, " Aku senang kau berkata seperti ini. Aku sekarang lega meninggalkan adikku di dalam penjagaanmu" Kata Nizam kepada Amrita.     

"Apa maksud Yang Mulia ? Hamba tidak mengerti" Kata Amrita sungguh tidak mengerti apa maksud dari Pangeran tampan yang ada didepannya ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.