CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Ingin Berbicara Denganmu



Aku Ingin Berbicara Denganmu

0Amrita terbangun ketika Ia menyadari kalau suaminya sudah tidak ada disampingnya dan Ia terkejut melihat para pelayan sudah berdiri di dalam kamar walaupun agak jauh darinya. Ia terbiasa dilayani hanya oleh satu orang yaitu pengasuhnya Bibi Salamah.      

Semalam Amrita langsung tertidur setelah menghabiskan malam indahnya bersama Pangeran Husen bahkan Ia lupa apakah Ia sudah berpakaian atau belum sehingga Ia refleks memegang selimut tipisnya dengan erat. Ia tidak ingin tubuhnya telihat oleh sembarangan orang. Tapi kemudian Amrita merasakan kalau Ia sudah mengenakan pakaian tidurnya. Kemungkinan Pangeran Husen sudah mengenakan kepadanya tadi malam.     

Amrita menjadi merona merah, Ia sungguh terharu mendapatkan kelembutan dari Pangeran Husen. Amrita seumur hidupnya belum pernah mendapatkan perkaluan romantis dari seorang pria dan Ia baru merasakannya malam ini. Percintaan semalam adalah hal terlembut dan terindah yang pernah Ia rasakan.     

Amrita sungguh menyesal mengapa tidak dari dulu Ia menerima lamaran Pangeran Husen dan jika Ia menerimanya mungkin Ia sudah menjadi istri Pangeran Husen sejak lama.      

"Yang Mulia, jika Yang Mulia sudah membersihkan diri. Yang Mulia Pangeran Husen menunggu Yang Mulia untuk bersantap pagi di beranda." Kata pelayan itu sambil menyiapkan pakaian yang akan dikenakan oleh Amrita.     

Amrita menganggukkan kepalanya dan Ia segera turun dari tempat tidur untuk mandi. Para pelayan itu tampak menundukkan kepalanya tidak berani memandang putri dari Kerajaan Zamron. Desas desus sudah beredar kalau perempuan ini memiliki ilmu bela diri yang sangat tinggi.     

***     

Nizam sudah bersiap di beranda. Ia akan pulang hari ini tetapi Ia ingin berbicara dengan Amrita terlebih dahulu. Pangeran Husen tampak diam - diam minum kopi sambil duduk sedikit gelisah. Dari tadi mata Alena tampak menatapnya sambil mesem - mesem. Ia semakin duduk gelisah ketika Alena berdehem.      

"Ada yang menang banyak nih.. ngalahin kakak - kakaknya. " Kata Alena sambil mengerling. Pangeran Husen pura - pura tidak mendengar. Apalagi ketika Ia melihat Amrita datang diikuti para pelayan.     

Amrita membungkukkan badannya memberikan hormat kepada Nizam dan suaminya. Alena tampak semakin menyebalkan. Ia kini mengerling ke arah Amrita lalu berkata sambil senyum - senyum.     

"Kalau dilihat dari aura yang terpancar dari wajah cantikmu itu. Pasti semalam ada yang sudah melalui malam dengan penuh kebahagiaan. "     

Wajah Amrita seketika merah padam, tenggorokannya mendadak kering. Ia melirik ke arah suaminya dan Pangeran Husen malam terdiam sambil pura - pura sibuk meminum kopinya. Maya juga ikutan diam.     

"Siapa sayangku yang sudah melalui malam yang penuh bahagia " Kata Nizam sambil merangkul pinggang Alena yang berdiri disampingnya. Amrita tergagap, Ia sebenarnya terbiasa berperilaku bebas di luar negri bersama Pangeran Abbash tetapi ini Kerajaan Rajna bukannya di luar negeri.     

'Kau bisa lihat sendiri siapa yang wajahnya merah merona, padahal kita susah payah membujuknya tetapi nyatanya kemungkinan sekarang Ia pasti menyesal tidak menikah dari dulu.. " Kata Alena sambil senyum - senyum lucu.     

Amrita semakin malu. Ia mengigit bibirnya, perasaan Ia adalah pembunuh berdarah dingin dan tanpa belas kasihan. Tetapi mengapa di depan Alena, Ia jadi tidak berdaya. Ia bingung mau berkata apa kalau kata - kata Alena benar adanya. Rona pada pipinya yang begitu putih tidak bisa menyembunyikan kebahagiaanya karena bersuamikan Pangeran Husen.     

"Kau sungguh beruntung mendapatkan Pangeran Husen.. Pangeran Husen ini pangeran Azura yang paling manis dan imut diantara kakak - kakaknya. Aku berani taruhan, Ia tidak akan otoriter seperti Pangeran yang satu ini.."Kata Alena sambil mendorong pipi Nizam dengan jarinya.     

"Hamba sungguh senang melihat kebersamaan Yang Mulia, semoga kami dapat seperti Yang Mulia Putri Alena dan Yang Mulia Pangeran Nizam " Kata Amrita sambil membungkukkan badannya.     

"Terima kasih.. kau tentu bisa. Amrita mari ikut denganku. Aku ingin kita berbicara empat mata" kata Nizam kepada Amrita. Amrita terkejut mendengar permintaan Nizam walaupun Ia tahu pasti kalau yang dimaksud dengan Nizam berarti akan ada Arani dan dua orang pengawalnya. Tetapi Ia harus meminta izin kepada suaminya dulu.      

Pangeran Husen memang sudah diberitahu oleh Nizam kalau Ia ingin berbicara dengan Amrita. Dan pangeran Husen tidak keberatan karena Ia sangat mempercayai kakaknya. Pangeran Husen menganggukkan kepalanya.      

"Pergillah.. dan Kau bisa ditemani oleh Maya " Kata Pangeran Husen sambil melihat ke arah Maya. Maya segera membalikkan badannya dan memberikan hormat kepada Amrita. Sekarang Amrita adalah majikannya.     

Tidak lama kemudian Nizam dan Amrita sudah duduk berhadapan dengan Maya, Arani, Fuad dan Ali berdiri dibelakang mereka. Wajah Nizam tadi ketika bersama Alena tampak sangat ramah dan penuh tawa tapi kini wajahnya berubah menjadi dingin dan tidak ada ramah - ramahnya.     

Amrita merasakan hawa dingin menyelimutinya. Ia belum pernah berbicara langsung dengan Nizam. pada saat menyamar di rumah sakit. Ia hanya bisa bertemu Nizam dengan sembunyi - bunyi karena Nizam selalu dijaga oleh para penjaganya kecuali kalau saat berduaan dengan Alena. Sekarang Ia dapat dengan jelas melihat ke arah Nizam.     

Pangeran itu benar - benar berkarisma, pantas saja para putri bersedia terkurung di dalam harem padahal Nizam sama sekali tidak pernah memperdulikan mereka. Ia dulu pernah diminta oleh Ratu Sabrina untuk mengisi harem Nizam tetapi saat itu Ia sedang tergila - gila dengan pangeran Abbash. kalau tahu Nizam seperti ini mungkin Ia akan lemah hati juga.     

Karisma Pangeran Nizam sungguh tidak terkalahkan bahkan oleh seribu pangeran dari kerajaan lain. Sepasang mata yang tajam dan dingin. Alis mata yang lebat teratur, kulit yang coklat, tubuh yang kekar, rambut yang sedikit ikal, hidung yang begitu mancung dan bibir yang sangat menggemaskan seakan mengandung seribu kemanisan madu.     

Amrita masih menunggu perkataan Nizam. "Boleh Aku merokok ?" Kata Nizam sambil meminta Arani menyiapkan rokoknya.     

"Tentu Yang Mulia.." kata Amrita sambil tersenyum. Ia dengan Pangeran Abbash biasa merokok dan mabuk bersama tetapi tentu saja saat ini Ia tidak akan konyol merokok di depan Nizam mengingat kalau wanita masih belum bisa sebebas pria dalam hal merokok.     

Nizam lalu mulai menghisap rokoknya dan Amrita merasa beruntung bisa menyaksikan momen langka. Melihat pewaris tahta Kerajaan Azura menghisap dan menghembuskan asap rokok. Amrita bukan wanita alim yang penuh etika. Ia adalah wanita bebas yang lebih bebas dari Alena bahkan dengan Cynthia.      

Ia bisa menundukkan hatinya tetapi ketika ada yang memicunya Ia jadi merasa pusing juga. Pesona Nizam memang sulit dikalahkan oleh pria lain. Nizam memiliki magnet yang berbeda dengan Pangeran Abbash kalau Pangeran Abbash memang ketampanannya yang tidak terkalahkan tetapi pesona Nizam ini benar - benar luar dalam.      

Konon katanya kecerdasan seseorang akan menyempurnakan kekurangan fisik yang dimilikinya apalagi dengan Nizam. Nizam memiliki kesempurnaan otak dan fisik. Dan kekurangannya adalah emosinya yang mudah terpicu jika menyangkut Alena. Dan Amrita tidak tahu kalau Nizam sebenarnya sangat egois kalau sudah menyangkut Alena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.