CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Ingin Tidur



Aku Ingin Tidur

0Pangeran Husen memandang kedua istrinya dengan penuh bahagia. Ia melihat Amrita dan Putri Avantika yang sedang berbincang - bincang di dalam ruangan pengantinnya. Mereka tampak akrab dengan dikelilingi para pelayan. Sungguh cantik sekali kedua istrinya itu membuat mereka bagaikan dua bulan purnama yang kembar. Satu sama lain tampak ingin saling mengalahkan sinarnya.     

Amrita sedang bercerita dan Putri Avantika tampak mendengarkan dengan penuh rasa takjub. Amrita sedang bercerita pengalamannya berkeliling negara dan Putri Avantika yang tidak pernah kemana - mana itu tampak sangat senang mendengarnya. Sehingga saking asyiknya mereka sampai tidak mendengar kalau Pangeran Husen datang.      

Pelayan yang membungkukkan badan dan memberikan hormat kepada Pangeran Husen menyadarkan mereka atas kedatangan Pangeran Husen. Amrita dan Putri Avantika segera berdiri dan turut memberikan hormat. Pangeran Husen menjadi gugup dan memerah. Ia seperti sedang mendapatkan kebahagiaan ganda dengan dua putri cantik di hadapannya.     

"Kalian tampak sangat akrab. Apa yang sedang kalian bicarakan?" Kata Pangeran Husen sambil kemudian duduk di kursi yang memang disediakan untuknya. Mereka sedang duduk lesehan di bawah dengan susunan tempat duduk berupa kursi yang terbuat dari bantal - bantal yang empuk.     

Putri Avantika dan Amrita segera duduk di samping Pangeran Husen. Mereka tampak salah tingkah melihat Pangeran Husen yang malam ini ketampanannya semakin terlihat memancar.     

"Kakak Amrita sedang bercerita tentang keindahan Kota Amsterdam. Ada banyak bunga tulip di sana. Aku tidak pernah kemana - mana. Jangankan keluar negeri. Ke kerajaan Aliansi saja seperti Kerajaan Azura belum pernah" Kata Putri Avantika tampak murung.     

"Jangan sedih Putri Avantika. Aku juga jarang ke luar negeri. Aku bukan Kakak Nizam yang lama tinggal di Amerika. Aku juga bukan Amrita yang sering bepergian ke luar negeri" Kata Pangeran Husen sambil tersenyum. Amrita mengerlingkan matanya ke arah Pangeran Husen.     

"Yang Mulia memang benar, Hamba sering bepergian keluar negeri tapi.." Amrita tampak sangat malu karena Ia tahu persis Ia keluar negeri hanya untuk melaksanakan perintah Pangeran Abbash menjadi mata - mata dan pembunuh mematikan bagi musuh - musuh Pangeran Barry. Dan Pangeran Husen tahu kalau Amrita tampak pucat karena ketakutan akan masa lalunya yang begitu kelam.     

"Ssst.. jangan bicara apapun lagi. Kita akan bersama - sama keluar negeri nanti untuk bersenang - senang. Dengan pengetahuan yang dimiliki oleh Amrita kita tidak akan pernah takut tersesat" Kata Pangeran Husen sambil bercanda. Amrita tampak begitu terpesona dengan wajah Pangeran Husen yang begitu tulus, hangat dan ramah.     

Mengapa Ia harus terus menerus mengira kalau Pangeran Abbash adalah pria yang begitu sempurna kalau ternyata definisi pria sempurna bagi seorang wanita itu adalah pria baik yang mencintainya dengan tulus dan mau menerima apa adanya. Pria baik itu bukan pria yang tampan atau banyak hartanya tetapi pria baik itu adalah pria yang selalu menjaga dan mencintainya.     

Putri Avantika yang tidak tahu apa - apa tentang Amrita hanya tahu kalau Amrita adalah orang yang pandai dalam ilmu bela diri dan memiliki gelar sarjana dari luar negeri dan bagi dirinya itu sangat hebat dan mengagumkan.     

Mereka lalu berbincang - bincang panjang lebar sampai larut malam. Para pelayan tampak berdiri dengan wajah kelelahan. Malam ini adalah malam pengantin mereka mengapa mereka tidak masuk ke dalam kamar masing - masing karena memang ada dua kamar pengantin yang sudah dipersiapkan. Entah Pangeran Husen akan tidur di kamar yang mana dulu karena tidak ada tanda - tanda mereka akan masuk ke dalam kamar pengantin.     

Mereka malah ngobrol ke sana kemari dan berbicara banyak hal. Dan yang paling banyak bicara adalah Putri Avantika. Gadis itu baru berumur tujuh belas tahun. Dia masih sangat muda. Sedangkan Amrita dan Pangeran Husen tampak menjadi pendengar gadis itu. Dia berceloteh banyak hal. Dan sesekali Amrita menimpalinya. Ia seperti memiliki adik baru.     

Ketika malam semakin larut suara putri Avantika tampak semakin parau hingga kemudian tanpa sadar Ia terjatuh tidur dan Amrita langsung dengan sigap menangkapnya agar putri itu tidak terjatuh.      

Pangeran Husen mengangkat alisnya melihat Putri Avantika tertidur pulas, Ia menggelengkan kepalanya. "Dia bagaikan burung beo yang berkicau tanpa henti. Aku sampai pening mendengarnya" Kata Pangeran Husen sambil kemudian tertawa.     

"Ia sangat lucu, Yang Mulia. Aku jarang berada di rumah sehingga Aku tidak mendapatkan kedekatan dengan adik - adikku. Siapa sangka Aku sekarang memiliki adik baru" Kata Amrita sambil tersenyum. Ia lalu berdiri sambil mengangkat Putri Avantika dalam gendongannya.      

"Biar Aku saja ! " Kata Pangeran Husen seakan takut kalau tubuh Putri Avantika akan memberatkan Amrita. Amrita tersenyum dan memberikan tubuh Putri Avantika kepada Pangeran Husen. Tetapi kemudian Pangeran Husen tampak terdiam. Ia menjadi takut Amrita akan salah paham.     

"Amrita, maafkan Aku, Aku bukan bermaksud untuk menyentuhnya lebih dulu" Kata Pangeran Husen dengan muka merah padam.     

"Tidak usah khawatir Yang Mulia, Hamba sudah cukup senang, Yang Mulia menepati janji untuk menikahi hamba. Percayalah hamba terbiasa menghadapi perasaan ini. Ini jauh lebih baik daripada yang hamba rasakan waktu itu."Kata Amrita berterus terang.     

"Kau ternyata sangat bijaksana.. Masuklah ke kamarmu. Aku akan menidurkan dulu Putri Avantika di kamarnya " Kata Pangeran Husen.     

Amrita mengerutkan keningnya, " Tapi mengapa ? Apakah Yang Mulia tidak akan bersamanya malam ini ? " Kata Amrita.     

"Tidak ! Aku sudah meminta izin kepada Ibunda Ratu Nisa untuk menunda malam kesucian Putri Avantika sampai dua hari ke depan" Kata Pangeran Husen.      

Amrita mengerutkan keningnya, "Tapi mengapa ? Apa ada yang salah ? Bukankah seharusnya berlangsung malam ini?" Kata Amrita.     

"Masih ada Kakak Alena di sini. Aku tidak siap mental menghadapinya " Kata Pangeran Husen sambil melangkah pergi untuk menidurkan Putri Avantika di kamarnya. Amrita hanya ternganga mendengar alasan dari suaminya tentang itu. Memangnya kenapa dengan Putri Alena. Apa yang salah ?     

Pangeran Husen memasuki kamar pengantin yang disediakan untuk Putri Avantika. Ia menidurkan putri cantik itu, tapi ketika Ia akan pergi Ia mendengar Putri Avantika berbicara.      

"Yang Mulia hendak kemanakah ?" Tanya Putri Avantika sambil menatap Pangeran Husen dengan mata yang sangat sayu. Ia sungguh sangat lelah dengan acara pernikahan yang berlangsung sepanjang hari. Pangeran Husen lalu duduk di tepi tempat tidur dan memegang tangan Putri Avantika.     

"Apakah Aku harus ada disini ? Apakah Kau ingin Aku temani malam ini?" Bisik Pangeran Husen dengan lembut. Putri Avantika menggelengkan kepalanya.     

"Tidak ! Aku sangat mengantuk dan lelah. Aku tidak akan bisa melayani Yang Mulia dengan baik. Sebaiknya Kakak Amrita dulu. Malam ini Aku ingin tidur saja " Kata Putri Avantika sambil merebahkan kembali tubuhnya ke tempat tidur. Ia lalu tertidur pulas.     

Pangeran Husen jadi menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Putri Avantika. Melayani ? Melayani apanya ? Apa dia tidak tahu ritual malam pertama di kerajaan Aliansi yang ga ada indah - indahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.