CINTA SEORANG PANGERAN

Kebahagiaan Amrita



Kebahagiaan Amrita

0Nizam langsung menyentuh hidungnya dengan telunjuknya sambil menggigit bibirnya. Ia merasa bersalah kepada Amrita. Karena Ia sudah memanfaatkan calon suaminya untuk menyelematkan dirinya sendiri. Jadi ketika Amrita menatapnya Nizam memutar matanya.     

Amrita melepaskan pelukan Pangeran Husen lalu berjalan ke arah Nizam perlahan. Matanya yang tajam seakan menelanjangi Nizam sampai ke dalam hatinya.     

"Yang Mulia..." Suara Amrita tampak bergetar. Bulu matanya yang tajam mengerjap dengan air mata yang masih tergenang. Nizam menelan ludahnya. Perasaannya saat ini persis seperti anak kecil yang dilarang ibunya makan permen sebelum tidur malah kepergok sedang mengemut permen itu di tempat tidur.     

"...." Nizam masih terdiam. Amrita menjadi semakin murka tetapi Ia masih sadar diri kalau yang di depannya ini Nizam. Pangeran yang paling berkualiitas dalam segala hal dibandingkan pangeran lain. Otak dan Ilmu beladirinya sangat tinggi. Jadi kalau dia diam bukan berarti dia tidak waspada. Malah bisa jadi Nizam lebih waspada. Jadi Amrita sama sekali tidak ingin melawannya. Ia hanya ingin bertanya tentang sesuatu hal.     

"Mengapa Yang Mulia begitu membenci hamba ?" Kata Amrita dengan nada yang sangat sedih. Hilang sudah keganasannya ketika Ia sudah mencelakai banyak orang hanya untuk menyenangkan hati pangeran Abbash. Ia seperti sedang menuai karmanya sendiri.      

Nizam memutar lehernya dan menjawab perlahan, "Sedikitpun Aku tidak pernah membencimu" Kata Nizam.     

"Yang Mulia berdusta. Hamba tahu kalau Yang Mulia menikahkan Pangeran Abbash dengan Lila dan membiarkan Aku merana. Yang Mulia sekarang hendak memisahkan hamba juga dengan Pangeran Husen." Kata Amrita sambil bercucuran air mata.     

"Kalau begitu biarkan Hamba mati Yang Mulia. Agar Hamba bisa mengubur semua kesedihan ini" Kata Amrita sambil hendak menggerakan tangannya sendiri ke dadanya tetapi Amrita memang benar tentang Nizam.     

Nizam dia bukan berarti dia tidak waspada karena begitu dia melihat Amrita hendak memukul dadanya sendiri agar Ia bisa menghentikan detak jantungnya dengan pukulannya. Nizam langsung menangkap tangan Amrita dan menelikungnya ke belakang. Amrita langsung menjerit kesakitan.     

 Dan Pangeran Husen langsung meloncat dan memeluk Amrita. " Kakak.. tolong Aku mohon. Jangan sakiti Amritaku. jangan.." Kata Pangeran Husen tampak panik melihat Amrita merintih kesakitan.     

"Dia hendak bunuh diri. kau tahu itu adalah perbuatan yang sangat dilarang agama' Kata Nizam sambil menyentakkan tubuh Amrita sehngga Amrita langsung terjatuh ke pelukan Pangeran Husen.      

"DUDUK ! " Kata Nizam dengan keras kepada Amirta dan Pangeran Husen. Dengan penuh ketakutan Amrita dan Pangeran Husen langsung duduk.     

Nizam lalu duduk di hadapan mereka dengan wajah menakutkan. Dia sudah kehilangan kesabarannya.      

"Kau Amrita. Bisa tidak otak rasionalmu di pakai. Kau bukanlah wanita biasa yang bisanya hanya duduk dan menangis. kau adalah prajuritnya pangeran Abbash yang sudah terkenal sepak terjangnya.      

Mengapa Kau begitu banyak menuduh hal yang buruk kepada orang lain tanpa berpikir jernih. " Kata Nizam sambil menatap Amrita dengan tajam. Amrita terdiam bahkan dia tidak sadar kalau tangan Pangeran Husen terus mengelus - ngelus tangan Amrita dan Nizam lalu melotot.     

"Menyingkir dari sisi Amrita, Kau belum menikahinya" Kata Nizam sambil melotot. Pangeran Husen jadi tersipu - sipu malu. Ia menggeser duduknya menjauhi Amrita. Amrita mejadi merah padam.     

"Kau tahu kalau adikku ini sangat mencintaimu. Ia benar - benar mencintaimu dan benar apa yang dikatakannya. Aku yang menyuruhnya untuk menikahi Putri Avantika" Kata Nizam.     

"Tapi mengapa ? Kalau dia mencintaku mengapa dia harus menikahi wanita lain?" Kata Amrita.     

"Kau adalah wanita dari kerajaan Aliansi. Mengapa Kau masih bertanya seperti itu. Adikku ini memiliki hati yang luas. Ia sanggup menampung beberapa cinta. Lagipula asalkan dia bersikap adil dan para istrinya rido mengapa tidak? Aku yakin kau akan berbesar hati menerima pernikahan suamimu dengan Putri Avantika.      

Dan nanti kau bisa tinggal di sini bersama Putri Avantika dan Putri Elisa. Percayalah, ini semua demi kebaikan kalian" Kata Nizam kepada Amrita. Amrita masih tampak tidak ikhlas suaminya menikahi Putri Avantika tetapi apa yang dikatakan Nizam benar adanya. Bukankah dia memang terbiasa diduakan atau ditigakan bahkan lebih oleh Pangeran Abbash. Jadi memang dia tidak boleh terlalu kalap menghadapi ini.     

"Aku tahu kau masih belum bisa melupakan Pangeran Abbash. Dengan tinggal di sini kau benar - benar akan terbebas dari Pangeran Abbash dan memulai hidup baru bersama suamimu dan istri yang lain" Kata Nizam     

Amrita benar - benar terdiam mendengarkan perkataan Nizam. Apa yang dikatakan Nizam memang benar. Ia sebenarnya masih belum dapat melupakan Pangeran Abbash. Pangeran itu terlalu tampan untuk dilakukan. Dan jika Ia bertemu pangeran Abbash bersama Lila rasanya pasti lebih menyakitkan daripada melihat Pangeran Husen bersama istrinya yang lain.     

Ini tentang hati dan memang tidak bisa dipaksakan. Amrita butuh proses agar Ia bisa melupakan Pangeran Abbash. Dan Ia juga tidak bisa terlalu menguasai Pangeran Husen kalau dianya sendiri masih menyimpan pria lain jauh dilubuk hatinya terdalam. Dan pangeran Husen tidak keberatan tentang itu. Baginya asalkan Amrita berada disampingnya Ia akan berjuang keras agar Amrita bisa melupakan Pangeran Abbash.     

"Yang Mulia.. hamba meminta maaf. TIdak mengerti maksud Yang Mulia. Hamba tidak keberatan Pangeran Husen menikahi Putri Avantika" Kata Amrita dengan hati yang besar.     

"Aku menjadi lega. Kau akan mendampingi dan menjaga adikku selama menjadi raja di sini. kau akan menutupi kelemahan adikku ketika memerintah. Kau harus tahu, kelak diantara tiga istri Pangeran Husen kau lah yang paling layak untuk tampil ke depan tetapi tetapi tetap harus menjaga perasaan Putri Avantika dan Putri Elisa.      

Kedua putri itu tidak memiliki ilmu bela diri dan tidak memiliki pemikiran yang seluas dirimu mengingat kau lama hidup di luar negeri. Bantulah adikku dalam memimpin kerajaan Rajna " Kata Nizam kepada Amrita. Kata - kata Nizam membuat hati Amrita jadi berbunga - bunga. Secara tidak langsung Nizam menunjukkan kekagumannya kepada Amrita. Amrita menjadi merasa sangat bangga. Wajah muramnya berubah jadi berseri - seri dan kecantikannya semakin terpancar.     

"Dan satu lagi. Aku sebenarnya menunggumu dari kemarin. Aku menunggu Kau melabrak ke sini tetapi Aku tidak mengira kalau Kau akan menodongkan pistolmu ke kepala adikku. Kau benar - benar wanita yang mengerikan. Calon suami sendiri hendak kau bunuh" Kata Nizam sambil tersenyum. Amrita jadi tersipu - sipu malu.     

"Pangeran Husen.. Hari ini kau akan menikahi dua wanita sekaligus " Kata Nizam sambil tersenyum.     

"APA ? " Amrita dan Pangeran Husen terkejut.     

"Aku sebenarnya sudah mendatangkan Ayahmu ke sini hari ini dan mungkin sekarang Ia sudah sampai bersama pakaian pernikahanmu. Aku bertekad untuk mempercepat hari pernikahanmu karena kalau menunggu sampai Azura selesai berkabung itu akan memakan waktu yang lama. Jadi menikahla h berbarengan dengan Putri Avantika." Kata Nizam membuat Amrita benar - benar merasa terharu. Amrita dan Pangeran Husen tidak dapat menahan diri. Mereka berlutut di depan Nizam dan mengucapkan terima kasih kepada Nizam yang sudah membantu mereka untuk mendapatkan kebahagiaan berlipat ganda.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.