CINTA SEORANG PANGERAN

Lunturnya Kemarahan Pangeran Husen



Lunturnya Kemarahan Pangeran Husen

0"Tidak apa - apa. Walaupun kami sedang berkabung bukan berarti kami harus menunda suatu pernikahan. Asalkan tidak berpesta berlebihan. Lagipula pernikahan ini tujuannya sangat baik. Meredam kemarahan rakyat Kerajaan Rajna. Menenangkan Istriku dari kesedihan yang telah kehilangan Putri Kumari." Kata Raja Alimudin sambil menatap Pangeran Husen.     

Pangeran Husen menganggukan kepalanya menyetujui perkataan Raja Alimudin tapi dalam hatinya sibuk mengumpat - ngumpat. Mengapa Kerajaan Rajna lebih fleksibel dalam menghadapi pernikahan. Ia dilarang menikah sebelum kasus Putri Kumari tuntas. Tahu seperti ini Ia pasti sudah menikah dengan Amrita dan sekarang pasti Ia sudah memadu cinta. Tapi kemudian Ia melirik ke arah Putri Avantika yang sudah memakai cadarnya kembali. Matanya jadi sangat lembut dan tersenyum ke arah putri cantik itu.     

Sungguh Pangeran Husen merasa sangat beruntung mendapatkan istri seperti Putri Avantika yang cantiknya seperti artis India Aishwarya Rai. Luntur sudah kemarahannya terhadap Nizam. Niatnya tadi ingin berduel dan bertarung sampai mati sekarang sudah berubah jadi ingin memeluk kakinya dan bersimpuh sambil mengucapkan terima kasih.      

Putri Avantika jadi tersipu - sipu dipandang oleh Pangeran Husen seperti itu, Ia menundukkan mukanya yang cantik itu sambil merah merona. Pangeran Husen jadi sangat gemas. Ia mengepalkan tangannya menahan perasaan. Maya yang ada disampingnya tentu saja melihat dengan jelas bagaimana majikannya main mata dengan Putri Avantika.     

Maya menggelengkan kepalanya. Pangeran Husen benar - benar tidak pernah berubah sifatnya. Tadi begitu marah kepada Nizam sekarang Ia malah senyam - senyum sambil main mata. Kalau Putri Amrita sampai tahu pasti Ia akan mengamuk tahu calon suaminya akan menikahi wanita lain sebelum menikahinya.      

"Apa Yang Mulia masih sangat marah kepada Yang Mulia Pangeran Nizam" Kata Maya berbisik di telinga Pangeran Husen.      

"Kapan Aku marah dengan kakakku yang begitu hebat. Sungguh luar biasa kakakku itu. Semoga Alloh selalu melimpahi keberkahan kepadanya." Kata Pangeran Husen dengan hati bahagia.     

"Hmm.. bukannya tadi Yang Mulia bilang kalau Yang Mulia Pangeran Nizam adalah kakak yang tidak berperikeadikan" Kata Maya sambil mencibir.     

"Aku tadi hanya bercanda saja..jangan diambil hati" Kata Pangeran Husen dan Maya hanya menggelengkan kepalanya.     

Kemudian Raja Alimudin memerintahkan istrinya untuk menyiapkan pesta pernikahan sederhana untuk pernikahan Putri Avantika. Istrinya itu masih sembab mukanya tetapi pernikahan putri keduanya sedikit menghibur dirinya. Apalagi putrinya akan menikah dengan Pangeran Husen yang tidak belum memiliki jabatan apapun sehingga Ia tidak akan kehilangan putrinya lagi karena kali ini Putrinya dan Pangeran Husen akan tinggal di Kerajaan Rajna dan akan membantu Putri Avantika memimpin kerajaan Rajna.     

Nizam baru selesai bersantap dan akan memasuki kamar tempatnya beristirahat ketika rombongan Pangeran Husen sudah datang kembali ke ruangan tempat Nizma bersantap. Nizam mengangkat alisnya melihat wajah adiknya yang tadi begitu keruh sekarang sangat berseri - seri. Nizam sudah tahu pasti Pangeran Husen sudah bertemu dengan Putri Avantika dan Ia langsung menyetujui pernikahan ini.     

Adiknya ini memang tidak pernah tidak suka dengan wanita cantik. Ia akan langsung luluh kalau melihat wanita cantik tidak perduli dari kalangan mana wanita itu. Asalkan wanita itu bening. Pelayan saja pasti diliriknya. Tetapi Nizam masih bisa mentolelir kelakukan adiknya karena memang Pangeran Husen tidak pernah kurang ajar terhadap wanita. Paling Ia hanya sekedar melirik, mengagumi dan memegang tangannya kalau sedang kumat gilanya. Selain daripada itu tidak pernah. Pangeran Husen memang menyukai wanita cantik tetapi dia bukan pangeran yang tidak ada akhlak.     

"Kakak.." Pangeran Husen menganggukan kepalanya dengan hormat. Ia tampak ingin berbicara sesuatu dengan Nizam secara pribadi.     

Nizam mengangguk kepalanya membalas hormat adiknya dan berkata, " Istriku ini pasti sangat lelah. Aku ingin memastikan istriku berisitirahat dengan nyaman lalu kita bisa berbincang' Kata Nizam sambil mengusap punggung Alena.      

"Baik Kakak, " Kata Pangeran Husen sambil duduk di belakang Nizam. Nizam kemudian meminta izin untuk beristirahat karena dilihatnya Alena tampak sangat lelah.      

"Jangan dulu masuk ke ruangan Yang Mulia. Izinkan Hamba memeriksa ruangan Yang Mulia dulu" Kata Arani sambil berdiri. Nizam melirik ke arah Arani dan menganggukan kepalanya.     

Arani kemudian melirik ke arah Amar dan memberikan isyarat agar dia mengikutinya. Amar segera berdiri dan memberikan hormat lalu pergi mengikuti Arani, Kepala bagian kerumah tanggaan yang bertugas untuk mengurus tamu berjalan di depan Arani menunjukkan ruangan yang akan digunakan oleh Nizam.     

Tubuh Arani yang tegap, berkulit coklat, berambut cepak itu tampak membuat dia seperti berjalan diikuti harimau dari belakang. Apalagi Ia melihat senjata yang menyembul di pinggang Arani membuat dia tambah gemetar. Keganasan Arani terkenal sampai ke seluruh Kerajaan Aliansi. Jangankan orang dewasa, anak - anak saja hapal siapa Arani. Terutama anak laki - laki. Kalau mereka bermain perang - perangan selain ingin menjadi Nizam mereka juga ingin menjadi jagoan seperti Arani.     

"Ini kamarnya, Jendral Arani.." Kata Kepala rumah tangga itu dengan hormat sambil membuka pintu. Arani segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan itu. Ruangan itu cukup besar sehingga Arani membutuhkan Amar untuk ikut memeriksa. Amar segera memeriksa ruangan itu bersama Arani dari mulai tempat tidur sampai lemari, meja dan kursi, kamar mandi semua diteliti dengan hati - hati dan bahkan Arani mengeluarkan alat untuk medeteksi bom atau benda yang mencurigakan seperti senjata atau apa saja yang bisa menjadi senjata.     

Arani juga memeriksa seluruh dinding dan atap kamar untuk memeriksa kalau - kalau ada CCTV yang bisa merekam semua kegiatan Nizam di dalam kamar. Arani juga memeriksa semua air minum dan cemilan yang ada di kamar yang memang disediakan untuk Nizam dan Alena.     

Setelah selesai dan memang tidak ada hal yang mencurigakan, Arani lalu menghampiri kepala bagian rumah tangga itu dan berdiri di depannya. Pria bertubuh sedikit pendek dan berperut gendut itu sedikit pucat ketika berhadapan dengan Arani yang wajahnya benar - benar sangat dingin bagaikan balok es.     

"Perlu kau ketahui. Kalau ada sedikit saja di ruangan ini yang bisa mencelakai Yang Mulia Nizam maka sebelum Aku meratakan istana ini maka Aku akan memecahkan isi kepalamu dulu " Kata Arani sambil memperlihatkan pistolnya kepada Kepala Rumah tangga itu.     

Muka Kepala Rumah tangga itu benar - benar menjadi pucat pasi dan dengan gemetar Ia berkata, "S..saya tidak berani Jendral, Semua ruangan aman dan sudah dibersihkan dengan sangat maksimal. Semua barang baru untuk menyambut kedatangan Yang Mulia Nizam" katanya sambil menundukkan kepalanya.     

"Bagus kalau begitu," Kata Arani sambil kemudian berpaling kepada Amar dan berkata, " Jemput Yang Mulia dan rombongannya ke sini agar segera dapat beristirahat. " kata Arani sambil berdiri di depan ruangan Nizam. Ia berdiri dan menyender ke dinding di samping pintu.     

Amar menganggukan kepalanya dan segera mengikuti perintah Arani.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.