CINTA SEORANG PANGERAN

Aku yang salah



Aku yang salah

0Nizam terdiam, apa yang dikatakan oleh Nayla memang benar. Urusan dalam harem bukanlah urusannya kecuali kalau ada kasus yang memang melibatkan dia untuk ikut campur. Urusannya sebagai pemilik harem adalah hanya menyentuh mereka untuk memberikan keturunan terutama dengan para putri yang tidak nikahi secara resmi.     

"Yang Mulia ? Apakah hamba melakukan kesalahan?" Kata Nayla sambil segera berlutut dan membungkukkan tubuhnya. Nizam hanya duduk sambil meremas pegangan kursi. Ia menghela nafas panjang lalu menggelengkan kepalanya dan berkata,     

"Tidak ! Kau tidak salah. Aku yang salah. harusnya Aku menuruti perkataan Alena untuk mengembalikan Alena ke dalam harem. Jika ada Alena di dalam harem tentu kejadian seperti ini akan lebih cepat diketahui. Aku harus sudah mempercayai Alena" Kata Nizam. Ketiadaan Alena di dalam harem membuat Ia jadi tidak pernah memantau harem.      

Alena berada di istananya dan itu membuatnya menjadi tenang. Padahal ada banyak masalah di dalam harem. Selama ini Nizam selalu mengandalkan ibunya untuk mengurus Harem. Mungkin sudah seharusnya Ia membiarkan Alena memegang kepemimpinan Harem.     

Nizam harus mengusir ketakutannya. Ketakutan kalau Alena mungkin tidak dapat menjaga dirinya di dalam Harem sehingga Alena bisa dicelakai oleh siapa saja. Tetapi Nizam juga tidak bisa terus menerus membiarkan harem bergerak tidak terkendali. Ia tidak memiliki wewenang untuk membubarkan harem kecuali para putri itu kembali kenegaranya dengan suka rela.      

Ibunya sudah terlanjur membawa mereka dan tentu saja tidak akan mungkin dikembalikan begitu saja. Nizam masih sangat memikirkan rakyatnya yang akan jadi korban kalau sampai kerajaan Azura diserang oleh seluruh kerajaan Aliansi karena ketidak puasan mereka terhadap perlakuan Nizam.     

Nizam kemudian memutuskan untuk pergi menemui ibunya. "Yang Mulia, apa yang sebenarnya terjadi?" Nayla menjadi tidak tahan untuk berbicara.     

"Kau ku suruh untuk bersekutu dengan Putri Mira. Apa kau benar - benar tidak mendapatkan petunjuk sedikitpun tentang Putri Mira. Dan apa yang dilakukan oleh para penyulam itu? Apakah mereka melakukan sesuatu yang mencurigakan?" Kata Nizam lagi.     

"Oh ya.. satu lagi. Apakah kau tahu untuk apa Putri Mira menyiapkan gaun pengantin?" Kata Nizam kepada Nayla. Nizam tidak perduli kalau pertanyaan yang terakhir adalah pertanyaan yang paling bodoh yang pernah Ia lontarkan. Untuk apa Nizam bertanya mengapa Putri Mira menyiapkan gaun pengantin kalau bukan untuk pernikahan mereka. Tetapi Nizam sungguh ingin memuaskan keingintahuan dirinya dan berharap Ia menemukan keajaiban dalam jawaban Nayla.     

Dan memang benar, Nayla tampak keherenan mendengar pertanyaan Nizam. Mengapa majikannya berkata hal yang sangat aneh. Lha memangnya untuk pernikahan siapa lagi kalau bukan untuk pernikahan Putri Mira dan Pangeran Nizam. Tetapi Nayla tidak berani membantah sehingga Ia hanya berlutut dan berkata,     

"Untuk pernikahan dengan Yang Mulia. Putri Mira mengatakan kalau pernikahannya akan dilangsungkan dalam waktu dekat. Mengapa Yang Mulia Pangeran Nizam tidak tahu? " Nayla balik bertanya dengan polosnya. Nizam jadi ingin membenturkan kepalanya ke pohon kurma yang ada di depan kolam. Ya Tuhan.. Nayla lebih bodoh dari Alena. Bukankah Nizam yang menempatkan Nayla untuk menyelidiki Putri Mira. Kenapa Ia malah balik bertanya kepadanya.      

Dengan gigi gemeretak Nizam bertanya, "Kau pikir untuk apa Aku  menempatkanmu di sini, kalau aku harus mencari tahu jawabanku sendiri. Apa kau belum pernah di merasakan digantung di bawah pohon kurma dengan tubuh terbalik?" Kata Nizam dengan mata melotot.     

"Tidak Yang Mulia. Walaupun hamba sangat menyukai buah kurma tetapi hamba tidak ingin digantung di atas pohon kurma. Memang benar Yang Mulia, Putri Mira mengatakan kepada hamba kalau Yang Mulia akan segera menikahinya. Bahkan berita ini sudah tersebar diam - diam di dalam harem. Makanya Ingin menyiapkan gaun pengantinnya sendiri karena Putri Mira menginginkan gaun pengantin khas kerajaan Zamron"      

"Mengapa Bastnah tidak pernah mengatakan apapun?" Kata Nizam kepada Nayla. Seharusnya Bastnah tahu berita ini dan kalau Bastnah tahu maka seharusnya Ia mengatakan kepada Alena. Dan kalau Alena sampai tahu tidak mungkin Ia tidak mengatakannya kepada Nizam. Kalau Alena tahu Putri Mira membuat gaun pengantin, Alena pasti sudah mengamu kepada Nizam.     

Nayla kembali mengerutkan keningnya, "Sungguh Yang Mulia tidak tahu?" Kata Nayla bertanya kepada Nizam. lagi - lagi Nizam merasakan bulu kuduknya berdiri.     

"Bastnah dilarang masuk Harem oleh Yang Mulia Ratu Sabrina. Bastnah diminta untuk menjaga si kembar di dalam istana Yang Mulia. Jadi mana mungkin Bastnah tahu tentang hal ini." Kata Nayla kepada Nizam.     

Nizam baru mengerti mengapa Bastnah sering ada di istananya dan berkeliaran di istana utama. Basntah tidak mengerti kalau Ia diminta untuk tidak masuk harem karena Ratu Sabrina takut Bastnah mengetahui rencana di dalam harem. Nizam menggelengkan kepalanya. Ia tidak menyangka kalau ibundanya begitu pintar dan berhasil mengelebauinya. Sampai kapanpun Ia ternyata tidak dapat menang melawan ibundanya sendiri.     

Yang jadi pertanyaan adalah, mengapa ibunya jadi begitu memaksanya Ia harus menikahi Putri Mira. Apakah dia tidak tahu kalau Putri Mira banyak melakukan kebohongan. Kemungkinan jika ibunya tahu, Ibunya akan membatalkan rencana untuk menikahkan dia dengan Putri Mira bahkan akan mengembalikan Putri Mira ke kerajaan Zamron dengan kesalahan dari Putri Mira. Jadi kalaupun putri itu bunuh diri, Kerajaan Zamron tidak akan menyalahkannya. Dan yang terpenting kerajaan Azura tetap aman dari serangan kerajaan lain.     

Nizam kemudian berdiri. Badannya yang tinggi besar itu tegak menjulang dan gagah seperti seekor harimau yang siap untuk bertempur mempertahankan wilayah kekuasaannya. Nayla yang sedang berlutut tidak dapat menahan matanya untuk melirik ke arah Nizam.     

Darahnya berdesir ketika menyadari betapa seksinya Nizam sebagai seorang laki - laki. Dan sebagai penggemar pria tangguh, Nayla lebih suka membayangkan berada dipelukan Nizam yang gagah dibandingkan dengan berada di pelukan Pangeran Abbash yang sangat cantik itu.     

Pikiran Nayla sudah melayang kemana - mana jadi ketika Nizam berkata menyuruhnya berdiri, Nayla masih tetap berlutut.     

"Nayla !! Bangunlah ! " Kata Nizam kepada Nayla. Tetapi Nayla masih berlutut sambil tersenyum dengan pipi merah.     

"Nayla ! " Suara Nizam mulai terdengar keras dan tidak sabar, tapi Nayla malah menggigit bibirnya sendiri dan Nizam mulai emosi melihat tingkah Nayla.     

"NAYLA ! APA KAU SUDAH TULI?" Nizam hampir gila melihat asistennya itu.     

"Siap Yang Mulia eh apa ? M.. Maafkan Hamba Yang Mulia. Hamba tidak mendengar " Kata Nayla dengan muka pucat. Posisinya masih berlutut di depan Nizam yang sedang berdiri.     

"Apa yang sedang kau pikirkan ? Mengapa Kau diam saja. Aku bilang bangun dan ikut aku menemui Ibundaku" Kata Nizam dengan mata melotot. Nayla malah semakin panas di pelototi Nizam. Majikannya itu semakin menggugah selera kalau sedang marah. Nayla memang ketakutan tetapi seperti orang yang selalu ingin naik wahana mengerikan di tempat hiburan. Mereka suka naik roller coaster dengan sensasi ketegangannya. Semakin menakutkan wahana itu maka semakin orang ingin menaikinya.      

Nayla baru mengerti mengapa para putri itu tidak mau meninggalkan Harem Nizam mereka tidak hanya bertahan untuk harga diri tetapi mereka penasaran dengan Nizam. Semakin Nizam tidak ingin menyentuh mereka semakin penasaran untuk mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.