CINTA SEORANG PANGERAN

Nizam melayani Alena



Nizam melayani Alena

0Nizam menoleh ke arah Alena yang sedang cemburu kepada Nizam dan sambil mengerutkan keningnya Nizam berkata, "Mengapa kau jadi aneh begitu? Apa Aku mengatakan kalau Aku menyukai Lila?" Kata Nizam.     

"Pandangan matamu itu begitu berbinar - binar?" kata Alena sambil menahan tangis  karena cemburu. Nizam malah mengulurkan tangannya di bawah dan mengelus paha Alena dengan lembut.     

"Ini bukan pandangan berbinar - binar tetapi pandangan mata takjub. Pangeran itu seperti binatang liar yang lepas kendali selama ini. Ia bisa tidur dengan siapa saja yang Ia sukai. Tetapi kini binatang liar itu sudah memiliki pawangnya. Lila sungguh pasangan yang sangat tepat untuk Pangeran Abbash" Kata Nizam sambil tersenyum dengan mata redup. Alena jadi merinding, dia menyapu tangan suaminya menggunakan tangan kirinya sehingga tangan suaminya terlepas dari pahanya.     

"Tetapi Aku bukan istri yang ideal, Aku tidak pernah melayanimu makan seperti Lila melayani Pangeran Abbash" Alena berkata dengan nada masih tidak puas.     

"Kau ini memang keterlaluan Alena. Siapa yang minta dilayani makan. Aku punya banyak pelayan untuk melakukan itu. Aku cuma minta dilayani di tempat tidur olehmu dan kau setia padaku selamanya. Jangan pernah selingkuh di belakangku" Kata Nizam sambil mendelik melihat Alena bicara yang aneh - aneh. Tetapi kemudian Nizam tersenyum dia lalu berbisik lagi.     

"Kau cemburu Alena ?" Kata Nizam sambil mengedipkan matanya. Alena mengangkat tangannya dan menggoyangkannya.     

"Tidak ! Bagaimana mungkin Aku cemburu kepada temanku sendiri. Kamu sangat konyol " Kata Alena sambil tertawa. Tapi Nizam malah semakin tertawa geli. Ia baru menyadari kalau Alena memang sedang cemburu.     

"Thank's God. Akhirnya Kau bisa merasakan bagaimana kalau Aku sedang cemburu kepada Pangeran Abbaash" Kata Nizam penuh kepuasan.     

"Tapi Aku tidak mencintai pangeran Abbash. Aku hanya menyukai ketampanannya" Kata Alena sambil mendelik kesal. Karena Nizam selalu mencemburui Pangeran Abbash. Pangeran Abbash itu bagi Alena seperti keindahan dalam lukisan. Ia menyukainya tetapi sebatas menyukai karena Pangeran Abbash baginya hanyalah fatamorgana saja.     

"Lha.. apalagi Aku, Jangankan mencintainya. Menyukai wajah Lilapun tidak. Bagiku kau adalah wanita tercantik di seluruh jagat raya" Kata Nizam sambil mengambil potongan daging kambing dan menyimpannya di piring Alena.     

"Lihat Alena, Aku tidak perlu pelayananmu. Aku yang akan melayanimu" Kata Nizam lagi sambil mengambil nasi dan menuangkannya ke piring Alena. Alena jadi tertegun melihat Nizam melayaninya. Sebenarnya ini bukan yang pertama kalinya Nizam melayaninya. Ia sering minum air yang diambilkan Nizam, Ia sering makan masakan Nizam. Ia sering dipijat oleh Nizam dan terkadang sering dimandikan juga kalau sedang mandi berdua.     

Tetapi kali ini saat nya tidak tepat. Ketika Lila melayani suaminya dengan penuh perhatian masa iya sekarang Alena malah di layani oleh Nizam. Bukankah ini seperti sedang bertolak belakang. Apalagi sekarang semua mata malah memperhatikan ke arah mereka.     

Mereka termasuk Lila dan Pangeran Abbash tentunya melihat Nizam yang sibuk menuangkan makanan ke dalam piring Alena dan mengambilkan minuman kesukaan Alena yaitu jus jeruk dengan madu.     

Cynthia menggelangkan kepalanya melihat adegan itu. Ia dan suaminya jadi sibuk menengok ke kiri dan ke kanan. Di kira ada Lila yang sedang melayani suaminya sedangkan di kanan ada Nizam yang sedang melayani Alena. Sementara Ia dan pangeran Thalal yang terbiasa melayani diri sendiri hanya bisa menyaksikan dengan pandangan aneh. Hingga akhirnya Cynthia berkata sambil menuangkan minuman ringan ke dalam gelasnya sendiri.     

"Entahlah mengapa saat ini Aku seperti sedang berada di tengah - tengah. Diantara dua kutub yang berbeda. Entah apa yang sedang kalian lakukan tetapi yang pasti semua orang dapat hidup dengan gayanya sendiri. Benarkan Yang Mulia suamiku Pangeran Thalal?" Kata Cynthia sambil kemudian mengangkat gelasnya ke arah pangeran Thalal mengajaknya bersulang.     

"Tentu istriku. Sepanjang kita puas dengan kehidupan kita masing - masing mengapa kita harus melihat gaya hidup orang lain ? Bukankah setiap orang akan memiliki standar hidup masing - masing" Kata Pangeran Thalal.     

"Nah Alena, Kau dapat mendengar apa yang dikatakan oleh teman dan adik iparmu itu. Biarkan Lila dengan gayanya sendiri dan biarkan Aku dengan gayaku sendiri yang penting kita bahagia. Mari semuanya kita makan dan minum untuk merayakan pertemuan kita" Kata Nizam sambil mengangkat gelasnya dan disambut oleh yang lain. Hidup lama di Amerika membuat gaya Nizam terpengaruhi oleh kebiasaan bersulang orang - orang luar walaupun tidak menggunakan minuman keras.      

Pangeran Abbash segera mengangkat gelas paling tinggi sambil melirik ke arah Alena. Ia tersenyum dan berkata dalam hati. Mendapatkan istri seperti Alena jangankan hanya melayaninya, merangkak di kakinya pun akan Ia lakukan asalkan bisa menjadi suaminya. Tapi tentu saja itu hanya dalam otak Pangeran Abbash. Ia sama sekali tidak bermaksud untuk memiliki Alena. Ia hanya berandai - andai saja.     

"Mari bersulang untuk istriku yang luar biasa. Dia akan menjadi pendampingku dan menjadi Ratu di kerajaan Zamron" Kata Pangeran Abbash sambil mencium pipi Lila dengan gayanya yang seperti don yuan. Wajah Lila menjadi merah seperti kepiting rebus. Lila segera memalingkan mukanya yang panas. Suaminya ini sungguh keterlaluan. Ia selalu memperlihatkan gayanya yang seduktif itu pada setiap orang.     

Semua orang tampak bertepuk tangan dengan gembira termasuk Nizam dan Alena. Alena tampak bahagia melihat Pangeran Abbash mencintai Lila dan tidak ada yang paling membahagiakan malam ini melihat Lila mendapatkan kebahagiaan setelah disakiti oleh Edward.      

Dan yang paling bahagia malam ini tentu saja Nizam. Bagaimana tidak bahagia melihat Pangeran Abbash begitu tulus pada Lila. Berarti Alena akan tetap aman disisinya. Saingan terberat bagi Nizam setelah Edward adalah Pangeran Abbash tentunya. Tetapi melihat Pangeran Abbash yang sedang mabuk kepayang dengan Lila membuat Nizam menjadi tenang lahir dan batin.     

"Ayo kita berdo'a untuk kebahagiaan Pangeran Abbash dan Lila. Kita juga akan berdoa semoga Pangeran Ezhar segera mendapatkan adik" Kata Nizam sambil mengangkat gelasnya tinggi - tinggi dan meminum isinya dengan gembira.     

Kemudian mereka makan dan minum dengan gembira sampai kemudian Alena baru menyadari kalau Putri Rheina tidak ada.     

"Kemana putri Rheina ? Mengapa Ia tidak ada? Ini sangat aneh.Bukankah dia sangat penasaran ingin bertemu dengan pangeran tampan dari Kerajaan Zamron?" kata Alena sambil mencari - cari Putri Rheina. Ia bahkan tidak melihat Maya ada diantara mereka.     

Nizam baru menyadari diantara semua yang datang ternyata Maya dan Putri Rheina tidak ada. Nizam menoleh ke arah Amar.     

"Kemana tunanganmu itu?" Kata Nizam kepada Amar. Amar terpengarah dan Ia baru menyadari juga kalau tunangannya tidak ada.     

"Hamba tidak mengetahuinya Yang Mulia?" Kata Amar sambil membungkukkan badannya.     

"Masa iya kau tidak tahu? Bukankah kau harusnya selalu bersama dia?" Kata Alena kepada Amar.     

"Tetapi Hamba belum menjadi suaminya, Jadi Hamba tidak tahu keberadaannya?" Kata Amar lagi. Alena jadi berbalik marah kepada Nizam.     

***     

Dear Reader     

Jangan lupa kiriman PS, komen dan Review-nya untuk novel "a prince's love"     

Dukungan Anda sangat berarti bagi saya. Berikan Review dengan bintangnya.  Jika Review mencapai 100 dan  PS di novel A Prince's Love minggu ini mencapai 500 maka saya akan update 2 kali perhari sampai hari minggu.     

Jika 1000 maka saya akan update 3 kali. Jika anda hanya memiliki PS satu maka vote saja A prince's Love jangan novel CSP. Jika anda berniat memberikan 3 PS untuk CSP maka berikan 2 untuk A Prince's Love dan satu untuk CSP. Jika 2 PS maka berikan satu - satu. Tanpa PS dan review Anda, novel saya tidak akan mendapatkan peringkat di Web Global.     

Terima kasih     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.