CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Ingin Menguping, Alena



Kau Ingin Menguping, Alena

0"Aku sebenarnya tidak perduli dengan nyawaku sendiri. Ini demi adikku. Kakak Barry harus menghentikan perbuatannya dengan memberikan dukungan kepada Putri Mira. Putri Mira harus ditarik dari kerajaan Azura walapun ini sangat menyakitkan bagi putri mira tetapi lebih baik sakit sekarang daripada menderita seumur hidup. Adikku tidak mungkin dapat bersaing dengan Putri Alena sampai kapanpun" Kata Pangeran Abbash kepada Samir.     

"Yang Mulia benar tetapi Yang Mulia harus ingat kalau sekarang Yang Mulia sudah memiliki tanggungan seorang istri dan seorang anak tiri. Kalau sampai Yang Mulia kenapa - kenapa bagaimana dengan nasib Putri Lila ? Putri Lila baru saja dinikahi oleh Yang Mulia kalau harus menjanda untuk yang kedua kalinya ini sangat tidak adil bagi Putri Lila" Samir dengan cerdas menjadikan Lila sebagai alasan agar Pangeran Abbash menghentikan niatnya untuk menenmui Pangeran Barry.     

Pangeran Abbash langsung terdiam dengan kening berkerut. Ini benar - benar di luar perkiraannya. Ternyata menikah itu membuat langkahnya menjadi tidak leluasa. Ia sekarang memiliki tanggung jawab. Dan Ia juga baru menyadari kalau kepentingan keluarga bisa saling berbentrokan seperti ini.     

Disatu sisi Ia harus melindungi adik wanitanya yaitu Putri Mira di sisi yang lain Ia harus melindungi anak dan istrinya. pangeran Abbah tidak dapat  membayangkan kalau Ia meninggal dan bagaimana Lila pasti akan langsung terusir dari kerajaan Zamron bersama anaknya yaitu Pangeran Ezhar. Akhirnya Pangeran Abbash menghela nafas dan berkata,     

"Kau benar. Kakakku itu sebenarnya lebih gila dariku. Aku takut Ia akan gelap mata dan membunuhku. Aku sudah mengkhianatinya dan menyebabkan Ia tidak menjadi Pangeran Putra Mahkota lagi. Jadi apa yang kau katakan sangat masuk di akal. Aku pasti akan dibunuhnya. Lalu Aku harus apa?" Kata Pangeran Abbash sambil mengelus dagunya yang bentuknya begitu sempurna.     

"Yang Mulia lebih baik membujuk Putri Mira agar bersedia pulang dan menarik dirinya dari perjodohan  dengan Pangeran Nizam. Hamba khawatir Putri Mira akan terbunuh di kerajaan Azura"     

"Terbunuh? memang siapa yang berani membunuh adikku? Pangeran Nizam tidak akan sekejam itu. Dia bukan pengecut yang bisa membunuh wanita" kata Pangeran Abbash dengan wajah kelam. Ia sangat marah dan ketakutan mendenger  kata - kata samir. Samir adalah asisitennya yang sangat pintar. Ia bisa dengan cepat situasi dan kondisi yang berlangsung. Ia juga bisa dengan cepat menganalisanya. Samir lebih pintar dibandingkan dengan dirinya dan Samir memiliki hati yang cukup lurus.     

"Hamba juga tidak tahu siapa yang akan melakukannya tetapi memang tidak mungkin Pangeran Nizam. Yang Mulia harus tahu kala di dalam harem kerajaan Azura terlihat seperti aman tetapi sebenarnya di dalamnya sangat bahaya. Kerajaan Azura adalah kerajaan terbesar saat ini sehingga banyak para putri yang ingin menjadi Ratu. Untuk menjadi Ratu mereka akan bersaing dengan cara yang baik dan jahat. Itulah sebabnya kalau di dalam harem kerajaan Azura akan menjadi sangat berbahaya.     

Yang Mulia tentu masih ingat bagaimana matinya Putri kumari. dan sampai sekarang bahkan pembunuhnya tidak diketahui. Kasusnya sudah berbulan - bulan dan sampai sekarang masih belum terpecahkan. ' Kata Samir yang kemudian ditanggapi oleh Pangeran Abbash.     

"Kau benar Samir. seharusnya untuk kerajaan besar seperti Azura akan mudah menangkap pembunuhnya tetapi sampai sekarang masih belum tertangkap. Ini sangat luar biasa. Aku sendiri sudah berulang kali pergi ke kerajaan Azura tetapi sampai sekarang Aku tidak bisa menemukan siapa pembunuhnya. Terlebih Aku tidak bisa masuk ke dalam harem karena penjagaanya sangat ketat.     

"Ini menunjukkan ada pendukung yang sangat kuat berada di dalamnya. Suatu kejahatan akan sulit ditemukan jika tidak ada bukti dan tidak ada saksi." Kata Samir  lagi. Pangeran Abbash kembali menghela nafas yang terasa sangat menyesakkan dadanya     

"Ketiadaan saksi bisa disebabkan beberapa hal, saksi penting ada yang membunuh atau si saksi itu benar - benar dapat menutup mulutnya rapat dan menjaga tingkahnya dengan baik. Ketiadaan barang bukti bisa disebabkan karena cara kerja yang sangat rapi dan profesional"     

"Begitulah Yang Mulia. Anda sudah mengetahuinya dengan baik, jadi memang sebaiknya Yang  Mulia segera berkunjung ke kerajaan Azura untuk berbicara langsung dengan Putri Mira dan segera menariknya ke sini" Kata Samir dengan tegas.     

"Mengapa kelihatannya seperti Kau yang sangat ingin Putri Mira kembali ke Azura?" Kata Pangeran Abbash menjadi curiga dengan Samir. Samir malah tersenyum kepada majikannya.     

"Hamba hanya takut kalau kita terlambat bertindak maka Putri Mira akan terbunuh di dalam harem. Tentu Yang Mulia dapat membayangkan apa yang akan terjadi jika Putri Mira terbunuh di dalam harem" Kata Samir.     

"Kakakku akan menyerang kerajaan Azura dan membuat perhitungan dengan Pangeran Nizam' Kata Pangeran Abbash kepada Samir. Samir menganggukan kepalanya.     

"Itu benar dan jika sampai ini terjadi maka perang besar tidak dapat dielakkan lagi" Kata Samir kepada Pangeran Abash.     

"Ish.. mengapa masalah berkembang menjadi membelit begini? Aku dari awal sungguh tidak suka mengurusi hal yang beginian. Aku hanya ingin hidup tenang bersama anak dan istriku di Scotlandia.      

Huuh, permasalahan kerajaan sungguh sangat pelik. Aku lebih suka mengurusi pembunuhan daripada mengurusi kerajaan." Kata Pangeran Abbash sambil mencekal kepalanya sendiri. Samir hanya menatap majikannya sambil menggelengkan kepalanya. Wajah majikannya itu entah lagi bahagia atau lagi kesal atau lagi marah tetap saja terlihat sangat tampan bagaikan sinar purnama yang cerah.     

"Kau siapkan pesawat, kita akan terbang malam ini juga ke kerajaan Azura. Saat ini aku akan  menelpon Yang Mulia Pangeran Nizam terlebih dahulu untuk mendapatkan izinnya" Kata Pangeran Abbash sambil mengangkat telepon selularnya.     

Di kerajaan Azura, Nizam tampak sedang dipijat oleh Alena ketika Pangeran Abbash menelpon dan Alena langsung dapat melihat wajah Pangeran Abbash yang tampan di layar handphone suaminya dan Alena langsung menghentikan pijatan tangannnya dan Ia berbaring disisi suaminya. Alena ingin mendengarkan percakapan mereka dengan jelas. Sudah lama Ia tidak bertemu dengan Pangeran tampan itu. Ia diam - diam merasa rindu.     

Melihat Alena tiba - tiba terbaring di sampingnya membuat Nizam mengerutkan keningnya, "Kau mau apa? Jadi dekat - dekat. Sana pijitin kakiku" Kata Nizam sambil melirik ke arah Alena.     

"Ah..engga ah. Aku lelah, mau istirahat saja" Kata Alena sambil matanya tetap mengerling kepada layar handphone Nizam.     

"Kau mau istirahat atau ingin menguping?" Nizam mendadak menjadi kesal dengan tingkah istrinya itu.     

Alena jadi cengengesan melihat Nizam jadi sewot.     

"Dikitlah Mas Nizam. Jangan marah seperti itu" Kata Alena sambil tersenyum genit bahkan memanggil Nizam dengan sebutan Mas. Dan itu malah membuat Nizam semakin sewot. Alena ini bukan tipe istri yang suka mencampuri urusan suaminya kecuali jika diminta pendapatnya. Alena juga tidak pernah peduli jika Ia menerima telepon dari siapapun. Tapi sekarang Alena malah ingin mendengarkan pembicaraannya dengan Pangeran Abbash. Dan Nizam langsung cemburu.     

***     

Dear Reader     

Jangan lupa kiriman PS, komen dan Review-nya untuk novel "a prince's love"     

Dukungan Anda sangat berarti bagi saya. Berikan Review dengan bintangnya.  Jika Review mencapai 100 dan  PS di novel A Prince's Love minggu ini mencapai 500 maka saya akan update 2 kali perhari sampai hari minggu.     

Jika 1000 maka saya akan update 3 kali. Jika anda hanya memiliki PS satu maka vote saja A prince's Love jangan novel CSP. Jika anda berniat memberikan 3 PS untuk CSP maka berikan 2 untuk A Prince's Love dan satu untuk CSP. Jika 2 PS maka berikan satu - satu. Tanpa PS dan review Anda, novel saya tidak akan mendapatkan peringkat di Web Global.     

Terima kasih     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.