CINTA SEORANG PANGERAN

Lila Tidak Boleh Menghadiri Pertemuan



Lila Tidak Boleh Menghadiri Pertemuan

0Para putri itu serentak menatap ke arah Pangeran Abbash yang sangat tampan. Pangeran Abbash mengenakan pakaian putih. Pakaian tradisional kerajaan Azura. Rambutnya yang panjang itu sebagian terikat dan sebagian lagi tergerai. Dia tidak mengenakan penutup kepala tetapi malah mengikat sebagian rambutnya mengenakan pita berwarna putih juga.     

Kulitnya yang sangat putih itu terlihat sangat kontras dengan rambutnya yang hitam senyumnya yang manis langsung membuat semua putri memegang dadanya karena takut jantung mereka terlepas. Sedangkan Lila sendiri berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukan Pangeran Abbash.  Ia sudah tidak tahan di-bully dan sekarang malah membuat para putri itu melotot ke arah mereka. Sebagian dari mereka menatap Lila dengan penuh kebencian. Mereka tidak rela kalau pangeran mereka yang sangat tampan itu terjatuh ke pelukan Lila.     

Pangeran Abbash merasakan Lila yang meronta dalam pelukannya dan berusaha ingin melepaskan diri tetapi pangeran Abbash malah mengeratkan pelukannya.     

"Lepaskan Aku ! Kau membuat Aku semakin dibenci mereka" kata Lila sambil mencoba menarik tangan Abbash dari perutnya.     

"Kau dari tadi diam saja di kasari oleh mereka. Mengapa Kau tidak melawan ? Kau membuat Aku kesal" Kata Pangeran Abbash malah mendekatkan ke kepala Lila dan mencium ubun - ubun kepala Lila membuat para putri itu menjadi bergemuruh. Mereka menyeruakan ketidak puasan dan rasa iri yang membakar dada mereka.     

Putri Cantika tampak sangat marah melihat kejadian itu. Ia sudah dijanjikan oleh Ratu Ariel akan menjadi istri dari Pangeran Abbash tetapi sekarang Pangeran Abbash tampak seperti tidak memperdulikannya. Ia memang tidak diperdulikan oleh Pangeran Abbash sejak dulu padahal Ia sudah berusaha mendekati Pangeran Abbash. Putri Cantika tidak mengerti mengapa Pangeran Abbash lebih memilih menyentuh wanita lain dibandingkan dirinya.     

Sewaktu Lila belum menjadi istrinya tidak sedikitpun Pangeran Abbash meliriknya. Ia bukannya tidak tahu bagaimana sepak terjang Pangeran Abbash dengan banyak wanita. Pangeran Abbash menyentuh wanita mana saja yang Ia sukai dari pelayan, para pegawai, anak pejabat, rakyat jelata, para putri bahkan sampai istri orang.     

Putri Cantika juga bukannya tidak tahu kalau Pangeran Abbash selalu bersama Amrita dan itu Ia tahu pasti. Tetapi Ratu Ariel tampak kurang setuju jika Pangeran Abbash bersanding dengan Amrita karena memang Amrita dianggap tidak cukup pantas untuk anaknya mengingat Amrita lama tinggal diluar negeri. Dan sering tinggal bersama dengan Pangeran Abbash padahal mereka belum menikah.     

Ratu Ariel menganggap kalau Amrita wanita murahan yang tidak pantas untuk anaknya. Dan saat itu Putri Cantika yang merupakan putri pilihan dari Ratu Ariel merasa berbesar hati kalau Ia akan menjadi istri dari pangeran abbash. Tetapi siapa sangka Pangeran Abbash malah pulang membawa istrinya yang janda dan beranak satu.     

Putri Cantika merasa sangat terpukul dengan peristiwa ini. Ia malah merasa kalau Amrita lebih layak dibandingkan Lila. Setidaknya Amrita adalah orang asli kerajaan Zamron dan bukan bekas istri orang lain.      

"Aku tidak suka berbuat keributan " Kata Lila sambil masih berusah melepaskan tangan Pangeran Abbash yang melingkari perutnya dengan erat.     

"Yang Mulia Pangeran Abbash. Mengapa Yang Mulia tidak membiarkan Putri Lila untuk duduk bersama kami ? " Kata Putri Cantika dengan senyum menawan. Pangeran Abbash malah mengangkat alisnya yang lebat itu ke atas.     

"Maksudmu Aku harus membiarkan Lila di sana bersama kalian untuk kalian hina begitu? Jangan harap Aku akan membiarkannya. Aku tidak mengijinkan istriku turut serta dalam pertemuan apapun sampai Aku bisa melihat kalian menghormatinya sebagaimana mestinya. Dia adalah istriku dan calon ratu kalian.     

Tidak sepantasnya kalian memperlakukan istriku seperti itu. Kalian memberikannya tempat duduk di belakang di pinggir. Kalian sungguh keterlaluan" Kata Pangeran Abbash dengan galak. Mukanya cemberut. Tetapi para putri malah semakin suka melihat wajah Pangeran Abbash yang sedang cemberut itu. Mereka malah melihat pangeran Abbash semakin tampan dan bersinar.     

"Kami sama sekali tidak menghina yang Mulia Putri Lila. Bagaimana mungkin kami melakukannya. Yang Mulia jangan terlalu mendengarkan kabar yang belum jelas" Kata Putri Cantika lagi.     

Pangeran Abbash menyimpan tangannya di kepala Lila dengan penuh kasih sayang, "Aku tidak perduli itu berita benar atau tidak. Yang aku tahu dia tidak pernah sedikitpun dia merasa marah karena perlakuan dia. Dia adalah lulusan Magister hukum dari Amerika. Jadi jelas dia bukanlah orang bodoh seperti kalian. "     

"Anakku Pangeran Abbash " Tiba - tiba terdengar suara di belakang mereka. pangeran abbash langsung melepaskan pelukannya dan Ia segera menghampiri Ratu Ariel yang tengah berbicara itu. Ia segera mencium tangan ibundanya. Dan diikuti Lila sementara para putri lainnya segera memberikan salam kepada Ratu Ariel.     

"Jangan berbicara yang menyakitkan seperti itu anakku. Tidak baik. Mereka adalah para putri dari keluarga terhormat. Seharusnya kau  menghormati mereka"     

"Ibunda, mereka terlebih dahulu memperlakukan istri Ananda dengan tidak baik. Sudah jelas - jelas ananda mendengar perkataan mereka yang menyakiti Lila. Lila adalah istriku Ibunda. Bagaimana bisa mereka menghinanya" Kata Pangeran Abbash merengut.     

"Putri Cantika adalah calon istrimu. Dan Ia merasa terganggu oleh pernikahan kalian yang tanpa seijin pihak kerajaan jadi bagaimana mungkin kami dapat merimakannya begitu mudah?" Kata ibunya masih membela putri Cantika.     

"Mengapa Aku harus meminta ijin kalau sudah jelas pernikahan ini tidak akan di ijinkan oleh ibunda jadi maaf ibunda kalau Ananda sudah banyak berbuat kesalahan" Kata Pangeran Abbash kepada Ibundanya.     

"Ya sudah.. baiklah, nanti kita akan bicarakan lagi. Sekarang adalah waktunya berpesta dan bersenang - senang. Nah Lila duduklah di sana" Kata Ratu Ariel sambil menunjukkan meja di depan Putri Cantika.     

Putri Cantika semakin memerah karena marah. Ia harus duduk di belakang Lila dan ini sangat membuat Ia merasa terhina.     

"Yang Mulia, apakah hamba harus duduk di belakang Putri Lila?" Kata Putri Cantika tampak sangat tidak suka.     

"Kau belum memiliki kedudukan apapun sampai pangeran abbash menikahimu jadi kau duduklah di belakang Putri Lila" Kata Ratu Ariel.     

"Tidak usah ibunda, Ananda hendak membawa Putri Lila bersama Ananda" kata Pangeran abbash bersikeras tidak mengizinkan Lila mengikuti pesta ini. Ia tidak ingin Lila menangis. Ia tahu setiap menghadiri pertemuan para putri dan istri - istri petinggi kerajaan, Lila selalu pulang dengan wajah sedih dan bahkan kadang sampai mukanya sembab karena menangis tetapi di depan dirinya Lila sedikitpun tidak mengeluh dan berusaha tetap tersenyum. dan ini malah membuat Pangeran Abbash semakin merasa iba kepada Lila.     

"Pangeran Abbash, anakku apa maksudmu ? Kau tidak boleh selalu menjadi pelindung dan menyembunyikan wajah dari istrimu itu. Istrimu harus tampil dan memperlihatkan wajahnya ke semua orang. Dia boleh bergabung di perkumpulan keluarga tetapi anaknya tidak boleh ikut karena dia tidak memliki hubungan darah dengan kami. Wajah Lila pucat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.