CINTA SEORANG PANGERAN

Segera resmikan hubungan kalian



Segera resmikan hubungan kalian

0Arani melihat ke arah Maya yang sedang duduk sambil senyum - senyum. Bagaimana Ia tidak ingin tertawa melihat Alena dan Putri Rheina melarikan diri sebelum latihan karatenya di mulai. Entah kenapa Arani jadi panas hati. Karena Ia tahu kalau dari tadi Maya pasti menonton Ia melatih para putri itu dan sekarang Arani melihat betapa berseri - serinya Maya melihat para putri melarikan diri dari Arani dengan nafas yang masih ngos - ngosan.     

Padahal seharusnya kalaupun mereka hendak pergi, minimal mereka harus melakukan pendinginan dulu agar nafas mereka kembali normal. Tapi Alena tampak tidak tahan ketika Ia di minta melakukan push up. Karena alih - alih Ia push up, Alena malah lari meninggalkan Arani. Dan Putri Rheina begitu melihat Alena lari tanpa berpikir panjang, Ia ikut melarikan diri sambil berteriak meminta Alena untuk menunggunya. Sungguh adegan yang mengundang tawa.     

Arani hanya termangu menatap mereka sambil berkacak pinggang. Ia tidak mungkin mengejar mereka dan menyeretnya untuk terus berlatih. Mereka berdua adalah putri manja yang tidak tahu kerasnya latihan jadinya Arani hanya mencoba bersikap sabar. Hanya saja kesabarannya langsung habis melihat Maya yang duduk sambil bersender di kursi dan kakinya berselonjor dengan santai.     

Arani menghampiri Maya dan Maya masih duduk dengan santai sedangkan asisten Putri Rheina sudah ikut melarikan bersama majikannya. Dia ketakutan berada dekat dengan Arani. Sedangkan Maya malah tetap duduk dengan santai. Adegan di depannya terlalu indah untuk dilewatkan. Kapan lagi Ia melihat Singa betina Azura dikerjai para putri kesayangan pangeran putra Mahkota Nizam yang mulia.     

"Kau pikir sedang melihat pertunjukkan komedi?" Kata Arani sambil berdiri dan menaikan kakinya ke kursi yang ada di depan Maya. Asisten Alena ini memang luar biasa menyebalkan. Di dunia orang yang paling ditakuti adalah orang yang tidak pernah memiliki rasa takut. Dan Maya adalah salah satu orang yang tidak memiliki rasa takut di dunia ini kecuali terhadap Nizam.      

Maya malah memainkan kuku jarinya yang lentik - lentik, "Memang kenapa kalau benar? Kau mau apa ?" Kata Maya sambil menatap Arani dengan sengit. Arani mengangkat alis matanya yang cantik.     

"Mengapa bukan kau yang mengajari para putri itu?" Kata Arani sambil masih tetap berada di depan maya.     

"Ilmuku sangat jauh di bawa ilmumu. Kalau kau adalah batu karang yang menguasai lautan sedangkan Aku hanya butiran  pasir yang tidak ada kekuatan apapun" Kata Maya sambil menyeringai kepada Arani.     

"Ow.. begitukah ? Kalau begitu silahkan terdampar di tepi lautan" Kata Arani sambil menendang kursi yang diduduki Maya. Maya berteriak kaget tetapi Ia terlambat untuk menghindar. Tubuhnya sudah melayang beserta kursi yang Ia duduki. Mencelat jauh hampir ke tengah lapang dan jatuh terjerembab di lantai. Untuk Maya masih mengeluarkan tenaganya untuk meringankan tubuhnya sehingga Ia tidak terluka.     

Arani tersenyum melihat Maya jatuh terjerembab. Ia lalu memberikan gerakan memberikan hormat menggunakan dua jarinya di keningnya sambil pergi meninggalkan Maya yang berusaha bangun sambil mengusap bokongnya yang terasa sakit. Gerakan Arani begitu cepat hingga Maya tidak bisa menghindarinya padahal Maya sedari tadi sudah siapa siaga menerima pukulan dari Arani.     

Sambil berbicara Maya terus memperhatikan tangan Arani dan akan bersiap untuk menangkis pukulan Arani tetapi apa daya Arani ternyata tidak memukul tetap malah menendang kursi yang didudukinya hingga jatuh terpental.     

Arani keluar dari ruangan dan Ia kemudian bertemu dengan Amar yang baru datang dari luar. "Ah Arani..  kebetulan Aku hendak berbicara denganmu" kata Amar sambil melihat ke arah ruangan, Ia sekilas melihat Maya yang sedang berjalan menuju pintu keluar sambil mengusap bokongnya.     

"Apakah itu Maya?" Kata Amar bertanya sambil menunjuk ke arah Maya yang masih terlihat sedang berjalan ke depannya.     

Arani melirik sedikit dan menjawab dengan suara dingin, "Benar.. itu tunanganmu" Kata Arani dengan nada datar.     

"Mau apa di ruangan itu? dan kau juga barusan keluar dari sana. Memang ada acara apa? Apa kalian sedang senam Zumba bersama?" Kata Amar dengan muka kebingungan.     

Arani mendengus, "Zumba, kepalamu ! Ayo kita pergi ke ruangan pertemuan. Aku tidak ingin tunanganmu ikut serta" Kata Arani sambil meninggalkan Amar. Arani tahu mungkin Amar ingin berbicara dengan Maya sehingga Ia sengaja mendahului Amar untuk pergi ke ruangan pertemuan.     

Dugaan Arani memang benar, Amar tidak segera mengikuti Arani tetapi sengaja menunggu Maya keluar. Ia melihat Maya terus meringis sambil mengusap bokongnya.     

"Kau kenapa ? Ada apa ? ada apa dengan bokongmu?" Kata Amar tanpa bermaksud kurang ajar. Maya cemberut, " Arani sudah gila. Ia menendang kursi yang Aku duduki hingga Aku terpental. Dan sekarang bokongku sakit" Kata Maya sambil tidak sadar hendak memperlihatkan bokongnya kepada Amar.     

Secara refleks tangan Amar terhulur untuk memegang bokongnya Maya tapi kemudian Amar menyadari dan Ia segera menarik tangannya dengan muka merah padam. Maya keheranan dengan tingkah Amar. Bokongnya benar - benar sakit dan ingin di elus. Melihat Amar gugup sambil mempermainkan tangannya Maya langsung menyadari kesalahannya.     

Maya jadi ingin menangis meraung - raung saking malunya. Ia segera mundur dari tubuh Amar. "Maafkan Aku. Aku terlalu bodoh. Pasti ini balasan dosa yang kuterima karena mentertawakan Arani. Sial.. sekali Aku hari ini. Permisi Aku pergi dulu.." Kata Maya sambil kemudian membalikkan tubuhnya dan melarikan diri dari depan Amar yang masih terdiam dengan muka merah.     

Jiwa laki - lakinya benar - benar meronta hebat. Amar merasakan dadanya berdebar dengan sangat keras. Tubuhnya gemetar dan panas. Amar langsung ikut berbalik dan mencari air minum. Ketika di lihatnya air minumnya ada di meja  depan. Ia segera menghampirinya dan duduk di kursi kemudian meminumnya dengan cepat. Ia ingin mendinginkan tubuhnya yang mendadak terasa panas.     

Amar menata deburan jantungnya dan kemudian Ia menggelengkan kepalanya, saat ini Ia benar - benar sangat ingin menikahi Maya dan menyatukan dirinya dengan Maya.     

Setelah tubuhnya mendingin Amar lalu berdiri dan segera berjalan ke arah ruangan pertemuan. Ia takut Arani menunggu terlalu lama. Ketika Ia masuk ke dalam ruangan. Arani tampak sedang membaca sebuah berita di tabletnya.     

Ketika Amar datang, Arani menurunkan tablet dari mukanya dan Ia menatap Amar dari ujung rambut sampai ujung kaki membuat Amar menjadi ciut.     

"Hubungan kalian harus segera diresmikan " Kata Arani membuat Amar menjadi semakin jengah.     

"Memangnya  kenapa? Kami tidak terburu - buru" Kata Amar berusaha untuk bersikap santai.     

"Aku khawatir lama - lama kau tidak bisa menahan diri" Kata Arani,     

"Aku bukan pria tipe bajingan.. "     

"Tidak harus menjadi bajingan bagi seseorang untuk tidak bisa menahan nafsunya. Karena nafsu adalah fitrah manusia siapapun itu. Tidak semua pria bisa menahannya jadi menurutku daripada kau tersiksa segera resmikan hubungan kalian"     

"Aku tidak seperti itu" Amar masih berusaha santai menjawab pertanyaan Arani tetapi kemudian Arani mendekat dan tangannya terhulur memegang dada Amar yang masih berdebar karena pertemuannya dengan Maya.     

"Mukamu memerah dan berkeringat, dadamu berdebar dengan keras. Matamu beriak gelisah. Apa itu masih belum cukup untuk menggambarkan bahwa kau begitu berhasrat kepada Maya?" Kata Arani dengan dingin. Muka Amar langsung pucat pasi.     

***     

Dear Reader, Jangan lupa untuk memasukan cerita Cinta  seorang Pangeran dalam bahasa Inggris di global ke dalam library Anda semua. Cukup search, A Prince's Love dan masukan ke dalam library atau pustaka. Jangan lupa untuk meninggalkan komen dan memberikan PS. Dukungan Anda sangat berarti buat Author agar karyanya dapat diterima di negara lain.     

Terima kasih      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.