CINTA SEORANG PANGERAN

Belajar Bercinta dari Arani



Belajar Bercinta dari Arani

0Alena masuk ke dalam kamar Nizam dengan keringat yang masih menetes di sekujur tubunya. Nizam sedang ada di ruangan depan dan tengah berbicara dengan Ali dan Fuad tentang permasalahan perjalanan Nizam ke pertemuan para pejabat besok hari. Nizam ingin memastikan keamanan istananya karena kebetulan Amar akan pergi keluar istana untuk suatu penyelidikan.     

Melihat Alena datang, Ali dan Fuad langsung berdiri dan menundukkan wajahnya. Nizam melihat ke arah Alena yang mukanya memerah karena kepanasan dan kelelahan. Alena bahkan tidak bisa bicara karena lelahnya. Nizam mengerutkan keningnya sambil memberikan isyarat kepada dua orang pengawalnya untuk keluar dari ruangan. Ali dan Fuad langsung membungkukkan badannya memberikan hormat sebelum mereka kemudian keluar dari ruangan Nizam.     

"Ada apa ? Mengapa wajahmu memerah seperti itu? Bukankah kau habis berlatih karate?" Kata Nizam sambil mengambil gelas dan mengisinya dengan minuman lalu memberikannya kepada Alena. Alena langsung hendak menenggaknya tetapi Ia mendengar Nizam berkata, "Duduk kalau minum !" katanya kepada Nizam dan Alena langsung duduk lalu meminum air putih dalam gelas itu.      

Saking terburu - burunya air itu sampai tumpah membasahi leher dan pakaiannya. Nizam hanya duduk sambil memperhatikan tingkah Alena. Alena menghabiskan satu gelas dan Ia masih belum puas. Ia menyodorkan kembali gelas kosong itu kepada Nizam dan Nizam mengisinya kembali.     

"Seingatku, tadi kau hendak pergi berlatih dengan Arani tetapi mengapa kau seperti orang yang terlihat dikejar hantu." Kata Nizam terheran - heran dan Ia tidak mengharapkan Alena menjawabnya segera karena Alena masih meminum air di dalam gelasnya. Nizam mengelus dagunya sendiri melihat gaya Alena saat meminum air.      

Alena kemudian menyimpan gelasnya yang sudah kosong dan Ia mengusap bibirnya yang basah oleh punggung tangannya. Alena merasakan pakaiannya basah karena air minum yang tumpah. Dan kemudian Ia membuka pakaiannya dan melepaskannya di depan Nizam. Mata Nizam sampai terbeliak melihat Alena hanya mengenakan penutup dada. Dadanya langsung tersembul seakan menusuk mata Nizam.     

Alena malah melemparkan pakaiannya ke muka Nizam yang sedang melotot menatapnya. "Tutup matamu ! Ga bisa lihat dada terbuka sedikit" Kata Alena dengan sebal. Ia lalu berdiri dan hendak masuk ke dalam kamar Nizam. Tapi Nizam langsung menarik tangan Alena dan Alena terpekik ketika tubuhnya terjerembab ke pelukan Nizam.      

Nizam mencium Alena membabi buta. Ia tampak kalap karena Alena yang terlihat sangat menggairahkan. Alena meronta - ronta, "Apa yang kau lakukan ? Badanku berkeringat, Aku mau mandi. " Kata Alena sambil mendorong dada Nizam agar menjauh dari tubuhnya.     

"Kau yang mulai membuka bajumu" Kata Nizam sambil mencium leher Alena.     

"Kau gila Yang Mulia. Aku masih berkeringat.."     

"Aku suka Alena.. "     

"Kau jorok.." Kata Alena sambil berusaha menghindar. Ia memegang kedua pipi Nizam dan menariknya mundur. Tapi semakin dilarang Nizam malah semakin menjadi - jadi.      

"Aku cape, Nizam.  Aku mau mandi"     

"Kau diam saja jangan bergerak, Aku yang bergerak. Aku hanya akan sebentar. Kau terlihat sangat seksi saat berkeringat. Biar nanti sekalian mandinya" Kata Nizam sambil menyeringai. Ia berhasil membungkam istrinya dan memuaskan dirinya sendiri. Alena hanya mengerang sambil balas memeluk tubuh suaminya dengan penuh cinta.     

Ruangan itu ruangan pirvacy Nizam tempat Ia menerima tamu. letaknya ada di depan kamarnya. Tidak ada seorangpun yang bisa masuk ke dalamnya tanpa seizin Nizam. Siapapun itu kecuali Alena tentunya. Bahkan ibunya sendiri tidak bisa masuk tanpa pemberitahuan dari penjaga di depan ruangan itu. Jadi Nizam bisa melakukan apa saja di ruangannya itu.     

Nizam menjatuhkan tubuhnya ke lantai ketika Alena mendorongnya lagi. "Kau ini keterlaluan, bilangnya sebentar tetapi nyatanya kau tidak berhenti - henti" Kata Alena sambil bersungut - sungut. Nizam malah tertawa kecil sambil mengambil gelas dan meminum isinya.     

"Kau yang mulai duluan menggodaku" Kata Nizam sambil kembali hendak mencium Alena. Alena jadi kesal Ia kemudian memijit hidung Nizam yang sangat mancung itu.      

"Cukup, yang Mulia. Tadi Asistenmu menyiksaku dengan menyuruhku lari sepuluh keliling, lalu aku disuruh push up dan sit up. Ia hendak membunuhku dengan latihannya dan sekarang kau hendak membunuhku dengan percintaan. Kalian benar - benar memiliki watak yang sama" Kata Alena. Tawa kecil Nizam meledak jadi tawa yang besar. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana Alena akan lari terengah - engah mengelilingi ruangan yang cukup luas itu.     

Alena ini kekuatan fisiknya tidak terlalu bagus. Ia tidak suka olah raga makanya gerak refleksnya juga kurang. Nizam tidak ingin ada yang membully Alena di dalam harem makanya Ia berusaha membekali Alena agar minimal bisa bertahan jika ada yang menjahilinya.     

"Itu sangat bagus untuk kekuatan fisikmu. Kalau fisikmu kuat maka kau akan kuat melayaniku" Kata Nizam sambil merangkul Alena dari belakang.     

"Kuat melayanimu ? Apa selama ini Aku kurang kuat? " Kata Alena sambil melotot. Nizam malah mengangkat alisnya dengan lucu.     

"Kalau kau kuat, kau tidak akan meminta ampun setiap malam kepadaku" Bisik Nizam sambil kemudian menggigit telinga Alena dengan perlahan. Alena mendelik dan berbalik, "Itu karena kau seperti kuda, tidak ada puasnya"      

"Maka dari itu berlatihlah dengan Arani" Kata Nizam lagi.     

"Berlatih apa ? Bercinta ? Kau bilang Arani hanya akan melatih ilmu bela diri dan bukan melatih bercinta" Kata Alena dengan polos. Nizam langsung tercengang mendengar perkataan Alena. Siapa pula yang akan menyuruh Alena belajar bercinta dengan Arani. Kalau urusan melatih bercinta maka Nizam tidak akan menyuruh Arani tapi akan Ia latih sendiri.     

"Kau ini ! Siapa yang meminta kau belajar bercinta dari Arani? " Kata Nizam dengan muka takjub.     

"Lhah.. tadi kau bilang apa? Kau bilang Aku harus banyak berlatih agar kuat melayanimu" Alena bertanya sambil mengerutkan keningnya. Ia heran kenapa suaminya jadi plin plan begitu.     

Nizam jadi ingin menampar pipinya sendiri, "Sana mandi ! Atau aku akan memperko**mu sekarang. " Kata Nizam kepada Alena. Alena langsung ketakutan. Ia langsung bangun dan lari terbirit - birit masuk ke dalam kamar. Nizam menggelengkan kepalanya sambil meraih pakaiannya yang berserakan.     

Nizam menaikan kakiknya ke atas sofa dan menselonjorkan kakinya dengan santai. Ia membuka kancing pakaiannya karena Ia juga sedikit kepanasan. NIzam meraih iphone-nya dan membaca berita di dalamnya.     

Nizam mengerutkan keningnya membaca  beberapa headline berita online yang mengatakan pembunuhan Putri Kumari masih belum tertangani. Istana sudah kehilangan taringnya. Keadaan Harem tidak baik. Pangeran Putra Mahkota belum ada aksinya. Pangeran Putra Mahkota sibuk dengan urusan pribadinya.     

Nizam menghela nafas panjang. Nizam harus melangkahkan kakinya keluar dari istana untuk menenangkan rakyatnya tapi bagaimana Ia bisa melangkah kalau kedudukan Alena belum kuat di dalam harem. Masyarakat  memang benar. Ia masih sibuk dengan urusan pribadinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.