CINTA SEORANG PANGERAN

Belajar Karate



Belajar Karate

Alena dan Putri Rheina sudah bersiap menggunakan pakaian olah raga untuk berlatih, dan di ruangan olah raga itu hanya ada berlima, Alena, Putri Rheina, Maya, Asisten Putri Rhiena dan Arani tentunya.  Arani akan mengajarkan ilmu bela diri kepada mereka. Arani hanya akan mengajarkan karate ringan agar mereka bisa memiliki gerak refleks kalau ada bahaya mengancam.     

Arani berdiri di tengah ruangan dengan badan tegapnya. Ia benar - benar tampak kekar dan gagah. Alena dan Putri Rheina malah mengkerut melihatnya. Mereka berdiri di pojok sambil berbisik - bisik. Mereka malah saling dorong agar salah seorang dari mereka maju duluan.     

"Aku tidak pandai berkelahi, Aku hanya bisa menari " Bisik Putri Rheina sambil mendorong bahu Alena agar menghampiri Arani terlebih dahulu. Alena malah berjalan ke belakang tubuh Putri Rheina dan mendorong punggun Putri Rheina,     

"Kau masih lumayan bisa menari, Lha.. Aku cuma bisa menangis " Bisik Alena membuat Putri Rheina sambil terkikik. Arani melihat kedua putri itu malah saling dorong untuk maju, Ia menjadi berdehem dengan suara keras.     

Alena dan Putri Rheina langsung berkeringat dingin. Hingga akhirnya Alena kemudian mendatangi Arani dengan takut - takut.     

"A..apakah Kau akan membanting tubuhku ? " Kata Alena dan Putri Rheina mengangguk tanda setuju dengan pertanyaan Alena. Sedikitnya Alena dan Putri Rheina tahu kalau belajar ilmu bela diri itu pasti ada adegan banting membanting.      

"Mengapa harus membanting ? " Kata Arani menjadi geli sendiri melihat tingkah dua putri di depannya ini. Mereka berdua persis dua orang bocah yang sedang ketakutan karena kepergok kenakalan mereka.     

"Aku tahu kalau saat berlatih suka ada adegan membanting, Aku tidak mau di banting. Aku takut" Kata Alena dan lagi lagi Putri Rhiena menganggukan kepalanya tanda setuju. "Aku juga setuju, selama aku berlatih menari Aku tidak pernah dibanting - banting" Kata Putri Rheina.     

Arani mengerutkan keningnya, ini kan belajar karate dan bukannya menari yang gerakannya lemah gemulai seperti pohon di tiup angin. Arani berkata dalam hatinya.      

"Yang Mulia berdua jangan takut, Hamba tidak akan langsung mengajarkan yang berat. Sekarang Yang Mulia silahkan untuk berlari dulu sebagai pemanasan. Berlarilah mengelilingi ruangan ini sebanyak sepuluh kali" Kata Arani disambut dengan tatapan wajah Alena yang memelas. Ruangan ini sangat luas hampir sama dengan lapangan sepak bola dan disediakan khusus sebagai tempat untuk acara berkumpul seperti makan bersama atau berlatih olah raga.      

Alena jarang berolah raga walaupun Nizam sering menyuruhnya untuk olahraga tetapi Alena selalu menolaknya dan sekarang Ia malah disuruh belajar karate. Alena jadi sedikit ketakutan. Bagaimana kalau nanti Ia keseleo atau terkilir atau terkena pukulan dan tendangan.      

Melihat Alena tertegun, Putri Rhiena lalu menarik tangan Alena, "Ayo Alena kita berlari.. hanya berlari saja tidak ada yang perlu ditakuti" Kata Putri Rheina sambil kemudian mulai berlari mengelilingi ruangan di ikuti oleh Alena.     

Arani menghela nafas panjang melihat dua putri itu yang berlari dengan langkah lemah gemulai. Bahkan sebentar - sebentar mereka berhenti. Lalu berlari lagi sambil ngobrol, kemudian mereka tertawa cekikikan. Kalau saja mereka bukan orang terdekat Nizam mungkin Arani sudah menendang mereka jauh ke luar ruangan.     

Maya melihat wajah Arani yang berkerut dengan bibir yang maju ke depan tandanya Ia mulai tidak sabar. Maya jadi ingin tertawa terbahak - bahak. Arani terbiasa melatih para prajurit baik laki - laki ataupun perempuan. Ia adalah pelatih yang keras dan di takuti. Tidak ada yang berani main - main dengan Arani.  Binatang buas  saja takut menggigit Arani apalagi manusia di Azura.     

Tapi kali ini Arani harus melatih dua orang putri gemulai ini. Maya berani taruhan kalau Arani pasti akan lebih suka melatih seribu prajurit dibandingkan dengan melatih para putri.     

Melihat Alena dan Putri Rheina yang berlari sambil cekikikan, Arani kembali berdehem lagi dengan wajah datarnya dan efeknya langsung membuat Alena dan Putri Rheina terdiam. Dan mulai serius berlari lagi. Tapi itu hanya bertahan lima menit karena tidak tahan mereka mulai berbicara lagi.     

"Di dunia ini tidak ada wajahnya yang sedatar wajah Arani. Ia sangat menakutkan. " Bisik Alena kepada Putri Rhiena yang sudah mulai berkeringat. Ia kepanasan dalam pakaian olah raganya. Putri Rhiena biasanya kalau belajar menari dengan pakaian yang terbuka kecuali dada dan bagian pinggulnya. Sekarang Ia berlari sambil mengenakan pakaian tertutup apalagi dalam ruangan tetutup maka alhasil mukanya memerah dengan keringat mengalir deras.     

Wajah cantik Putri Rheina malah semakin berkilauan seakan ingin bersaing dengan kecantikan Alena. Alena juga sama cantiknya dengan Putri Rheina tetapi kulit Alena lebih eksotis. Kulitnya berkilat oleh keringat dan untungnya Nizam tidak ada di dekat Alena. Melihat Alena yang bersimbah keringat dan nafas terengah - engah pasti Nizam tidak akan membiarkan Alena berlalu dari hadapannya.     

"Iya Kau benar, Tetapi Maya-mu itu lebih menakutkan bagiku dibandingkan Arani" Kata Putri Rheina sambil menghapus keringat di dahinya.     

"Maya ? Ia sangat baik. Mengapa Kau takut kepadanya ?" Kata Alena sambil melirik ke arah Maya yang sedang duduk di pinggir ruangan sambil menatap ke arah mereka.     

"Dia sangat judes dan bermulut pedas" Kata Putri Rheina.     

"Oh.. begitukah ? Dia memang seperti Cynthia, mulutnya sedikit pedas tetapi sebenarnya..." Alena tidak meneruskan pembicaraan nya  karena di dengarnya Arani berdehem kembali. Kali ini Arani berbicara. Yang Membuat Alena dan Putri Rheina kaget adalah, Arani berdiri agak jauh dari mereka tetapi suara Arani tampak seperti ada didekat telinga mereka. Sungguh aneh.     

"Jika Yang Mulia berlari sambil berbicara maka itu akan semakin menguras energi. Mohon untuk serius berlari" Kata Arani sambil mengerahkan tenaga dalamnya.     

Alena dan Putri Rheina malah berhenti larinya lalu melihat ke arah Arani dengan wajah keheranan. Bagaimana bisa orangnya ada jauh tetapi suaranya ada ditelinga mereka. Melihat mereka malah berdiri sambil melihat ke arahnya, Arani kembali berkata,     

"Silahkan lanjutkan berlarinya Yang Mulia atau akan Hamba tambah menjadi lima belas keliling" Kata Arani dan itu langsung membuat Alena dan Putri Rheina langsung berlari kembali dengan wajah ketakutan. Ini baru mau lima keliling tapi nafas mereka sudah mau putus bagaimana kalau ditambah menjadi lima belas keliling. Ini penyiksaan lahir batin namanya.     

Maya semakin ingin tertawa melihat Alena dan Putri Rheina yang berjalan seperti dikejar Anjing terluka. Ini benar - benar menarik. Ia beruntung melihat adegan lucu ini. Para putri manja itu sekali - kali memang harus berolah raga sedikit keras agar tidak terlalu manja. Apalagi Alena yang badannya sangat lemah, latihan ini akan membuat tubuhnya sedikit lebih kuat. Kalau Putri Rheina masih lumayan karena Ia sering berlatih menari sehingga Ia masih kuat berlari.      

***     

Dear Reader, Jangan lupa untuk memasukan cerita Cinta  seorang Pangeran dalam bahasa Inggris di global ke dalam library Anda semua. Cukup search, A Prince's Love dan masukan ke dalam library atau pustaka. Jangan lupa untuk meninggalkan komen dan memberikan PS. Dukungan Anda sangat berarti buat Author agar karyanya dapat diterima di negara lain.     

Terima kasih      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.