CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Layak Hidup Bahagia



Aku Layak Hidup Bahagia

0"Apa yang  harus Aku katakan kepada Yang Mulia ?" Kata Amar kepada Arani sambil berjalan menuju istana Nizam.     

"Kau katakan saja sejujurnya, Aku pikir Yang Mulia lebih tahu dari kita. Hanya saja Yang Mulia tidak banyak bicara"     

"Tahukah Kau Arani, kalau dulu Aku selalu menganggap bahwa Yang Mulia Pangeran Nizam adalah sosok yang mendekati sempurna. Yang Mulia begitu tampan, pintar, kaya dan calon raja. Memiliki banyak wanita di dalam kehidupannya dan memiliki orang tua yang menyayanginya.     

Tapi sekarang Aku baru menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini" Kata Amar kepada Arani.     

"Tentu saja. Kita tidak akan pernah menjalani kehidupan yang sempurna selamanya. Kalau kau memiliki istri yang cantik bisa jadi dia tidak berakhlak baik. Kalau istrimu cantik dan berakhlak baik bisa jadi dia memiliki tubuh yang penyakitan. Semua akan ada ujian agar kita bersabar dan akan ada kebahagiaan agar kita bersyukur" Kata Arani dengan wajah datar.     

" Kau benar Arani, mungkin kita harus banyak bersyukur agar setiap ujian tidak akan terasa menjadi ujian. Seperti Aku akhirnya bisa menerimakan ketiadaan Zarina di sisiku" Kata Amar.     

"Syukurlah, Aku sudah hampir putus asa melihatmu meringkuk sambil memegang ladu yang sudah berjamur itu" Kata Arani sambil tersenyum, tetapi kemudian senyumnya berhenti dan Arani  mendelik ke arah Amar sambil cemberut.     

"Kau lupa kepada Zarina apa bukan karena ada Maya di sisimu?" Kata Arani kepada Amar.     

"Tentu saja tidak. Aku tidak sehina itu Arani, Aku bukannya pria yang hanya mengumbar nafsu syahwat. Aku hanya percaya bahwa cinta tulus itu adalah cinta sejati yang tidak saling menyakiti.     

Kalau Aku begitu cepat melupakan seorang wanita karena wanita lain. Itu berarti bukan cinta tulus tapi nafsu. Aku tidak akan pernah melupakan Zarina dan akan selalu menyimpannya di lubuk hati yang terdalam. Tetapi Aku sendiri tidak ingin membuat Zarina tidak tenang di alam kubur mendengar ratapanku terus menerus" Kata Amar kepada Arani. Arani menepuk bahu Amar.     

"Itu baru laki - laki. Kita harus mempertahankan miliki kita sekuat tenaga tetapi jika sudah hilang karena takdir maka sebaiknya kita ikhlaskan saja agar batin kita tidak tersiksa" Kata Arani kepada Amar.     

Amar menganggukan kepalanya. Ia senang berbincang dengan Arani karena Arani ini termasuk orang yang tidak terlalu banyak berkata - kata tetapi sekali berkata, kata - katanya penuh bermakna. Arani tidak pernah mengeluarkan kata - kata kosong apalagi bercanda. Senyumnya saja termasuk salah satu senyum terlangka di Azura. Ia selalu tampil serius dimanapun Ia berada.     

Ketika masuk ke dalam mereka melihat Putri Rheina sedang memotong bunga - bunga yang tumbuh di depan istana Pangeran Nizam.     

Sesaat Arani dan Amar tertegun melihat Putri Rheina. Putri Rheina bagaikan burung dalam sangkar emas. Mereka sangat jarang melihat putri itu berada di luar harem tapi kali ini burung merak itu seakan terlepas dari sangkarnya dan berkeliaran di taman bebas. Maka dalam pemikiran mereka  adalah mereka sedang menyaksikan kecantikan ganda antara bunga dan wajah Putri Rheina.     

Rambut merah Putri Rheina tampak terjalin dengan hiasan berbentuk lonceng dan bunga di ujung rambutnya. Kalau Putri Rhiena berjalan maka lonceng itu pasti berbunyi. Gaunnya yang berwarna ungu muda tampak membiaskan kulit putih kemerahan Putri Rhiena.     

Matanya yang biru jeli itu teramat lebar dinaungi bulu mata yang panjang dan lentik. Bulu alis yang tebal dan rapih menaungi keindahan matanya. Amar dan Arani menyadari kalau Putri itu memang layak menyandang putri yang tercantik di kerajaan Azura atau bahkan di seluruh kerajaan Aliansi.     

"Kau tahu wanita cantik yang ada di depan kita ini" Bisik Arani kepada Amar. Amar malah menatap hampir tidak berkedip tapi Ia segera tersadar kalau itu tidak pantas dilakukan.      

"Hmm... dia memang cantik .. teramat cantik"     

"Jaga matamu ! "     

"Aku tahu.. Aku takut mimisan kalau menatapnya lama - lama"     

"Dia cantik tetapi kisah cintanya begitu berliku" Kata Arani.     

"Kau hendak bergosip Arani ?" Amar malah mengguman dan Ia langsung di injak Arani hingga Amar terpekik.     

Putri Rheina yang sedang memotong bunga ditemani para pelayan langsung mengangkat wajahnya. Tampak pipinya yang kemerahan itu sangat ranum bagaikan sebuah apel merah. Bibirnya bagaikan delima yang merekah langsung mengkerut melihat Amar dan Arani.     

Amar dan Arani segera membungkukkan badannya dengan sopan untuk memberikan hormat.     

"Kalian pasti akan menemui Yang Mulia. Tetapi sebaiknya kalian menunggu. Yang Mulia sedang bersama Alena" Kata Putri Rhiena sambil tersenyum manis. Arani hampir tersedak melihat betapa tulusnya Putri Rheina saat berkata seperti itu. Ini benar - benar keajaiban dunia, Putri Rheina yang cintanya begitu dalam kepada Nizam tampak sekarang seakan rasa  cintanya itu habis terkikis. Hanya Amar yang diam - diam tahu mengapa Putri Rheina kehilangan cintanya kepada Nizam.     

"Baiklah Yang Mulia. Hamba akan berjaga disini saja sambil menyaksikan Yang Mulia memotong bunga" Kata Arani sambil membungkuk kembali. Putri Rheina kembali memamerkan deretan gigi putihnya kepada Arani dan Arani diam - diam berkata dalam hatinya. Mengapa kecantikan Putri Rheina tidak menggetarkan hati Nizam.      

Padahal dari segi kecantikan Putri Rheina ini berada di atas Putri Alena tetapi cinta memang tidak melulu memandang fisik, Alena memang lebih menarik di mata Nizam dibandingkan dengan seribu wanita seperti Putri Rheina.     

"Baiklah.." Kata Putri Rhiena sambil kembali memotong bunga dan  menyimpannya di keranjang yang dipegang oleh pelayannya. Berbeda dengan Arani yang mendekati Putri Rheina, Amar malah menjauh dari putri tersebut karena memang ada etika tertentu yang harus dipatuhi oleh penghuni kerajaan. Salah satunya adalah menjaga jarak terhadap para putri kerajaan terutuma istri dari putra Mahkota atau Raja,     

"Apakah Yang Mulia baik - baik saja?" Tanya Arani sambil membantu membawakan keranjang bunga.     

"Tentu saja baik. Tidak pernah sebaik ini sebelumnya" Kata Putri Rheina sambil mengerling manja. Di pipinya tampak ada lesung pipit yang membuat senyum Putri Rheina semakin manis.     

Arani menganggukan kepalanya, Ia kemudian berkata lagi,     

"Yang Mulia sekarang tampak  lebih bijaksana"     

"Yah..b egitulah Jendral. Hidup harus ada perubahan dan Aku akan mengikuti perubahan itu. Aku lelah berkonfrontasi dengan siapa saja. Apalagi kalau di depan kita tidak akan pernah tahu hendak bertemu dengan siapa?" Kata Putri Rheina lagi - lagi tersenyum menawan.      

"Aku sedang sangat bersemangat menyosong perubahan baru dalam hidupku dengan harapan bahwa ke depan semua akan berjalan lebih baik" Kata Putri Rheina.     

Arani menoleh ke arah Amar yang sedang berdiri di dekat pohon mangga. Arani tampak merasa ada yang sedikit aneh dengan perkataan Putri Rheina.     

"Yang Mulia diberi pencerahan oleh siapa? Sehingga Yang Mulia begitu luar biasa" Kata Arani.     

"Orang - orang yang ada disekeliling Alena adalah orang yang baik dan beberapa diantaranya memberitahuka kepadaku. Buat apa Aku harus merendahkan diriiku mengharapkan sesuatu yang mungkin tidak akan pernah ku miliki. Aku berhak untuk hidup bahagia bersama orang yang kucintai dan mencintaiku" Kata Putri Rheina.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.