CINTA SEORANG PANGERAN

Dikhianati Dua Kali



Dikhianati Dua Kali

0Begitu pintu ditendang suasana di dalam sangat mengerikan. Maya sampai mau pingsan semaput ketika melihat Pangeran Husen sedang berlutut dengan pistol di kepalanya. Amrita sedang menodongkan pistolnya dengan wajah sangat geram     

Bagaimana bisa. Sudah jelas - jelas Ia berjaga didepan kamar Pangeran Husen semalaman. Dan Ia tidak melihat siapapun masuk ke dalamnya selain Pelayan perias Pangeran Husen. dan Pelayan itu cuma dua orang sudah Ia periksa dengan teliti dan tidak ada yang mencurigakan. Bagaimana bisa Amrita ada di dalam ?     

"Berani maju selangkah maka kepala Pangeran keparat ini akan pecah " Kata Amrita dengan muka kelam. Nizam mengangkat tangannya meminta Amrita untuk tenang.     

"Sebelum kau membunuh adikku. Apakah kau akan memberikan Aku kesempatan berbicara ?" kata Nizam sambil menyuruh semua orang untuk pergi meinggalkan kamar Pangeran Husen. Arani tampak tegang tetapi Nizam menggelengkan kepalanya ketika Melihat Arani hendak maju.     

Arani kemudian meminta yang lain untuk keluar. Amrita masih belum bereaksi. Matanya tampak berkaca - kaca saking sedihnya. Bagaimana bisa Ia dikhianati dua kali hanya dalam kurun waktu yang singkat.     

"Yang Mulia.. maafkan hamba. Hamba tidak tahu kalau salah satu pelayan itu Putri Amrita.." Kata Maya sambil gemetar ketakutan. Ia sangat takut kalau Pangeran Husen sampai terbunuh oleh Amrita     

"Tidak apa, Maya keluarlah ! " Kata Nizam sambil matanya tetap mengawasi tangan Amrita. Ia bersumpah sedikit saja tangan Amrita bergerak maka Ia akan menendang tubuh Amrita sampai terpental ke belakang. Ia tidak akan membiarkan Amrita menyentuh tubuh Pangeran Husen walaupun hanya sehelai rambut.     

Amrita sama sekali tidak bicara sedikitpun ketika satu persatu orang - orang meninggalkan kamar kecuali Nizam. Nizam melihat pelayan wanita yang terjatuh pingsan meringkuk di dekat lemari. Kemungkinan Amrita memukulnya. Nizam juga melihat ada semacam topeng wajah yang sangat tipis di lantai kemungkinan itu adalah topeng kulit wajah yang digunakan Amrita untuk bisa mengelabui Maya dan penjaga.     

Nizam menatap mata Amrita yang tampak berkabut dan Pangeran Husen yang sama sekali tidak berbicara sepatah katapun. Dari wajah Pangeran Husen yang diam saja dengan wajah pucat, Nizam sudah tahu kalau Pangeran Husen merasa bersalah.     

"Boleh Aku bicara ? " Kata Nizam kepada Amrita. Amrita hanya menatap Nizam dengan air mata meleleh saking sedihnya. Ia akan menembak pangeran Husen sebelum kemudian menembak dirinya sendiri. Ia sangat sedih dan marah ketika Ia tahu kalau Pangeran Husen akan menikahi Putri Avantika.     

Ia tidak mengira kalau Pangeran Husen akan meninggalkannya sebagaimana Pangeran Abbash meninggalkannya. Di saat Ia sudah berharap banyak kepada Pangeran Husen, tetapi pangeran Husen malah akan menikahi wanita lain. Bahkan gaun pengantinnya sudah siap dipakai dan persiapan pesta sudah siap. Seharusnya Ia sudah menikah dengan Pangeran Husen kalau seandainya Kerajaan Azura tidak sedang berkabung. Tetapi mengapa ini harus terjadi, mengapa tiba - tiba Pangeran Husen malah menikahi wanita lain.     

"Amrita tahukah Kau ? Mengapa adikku sekarang ada di hadapanmu ? dan berlutut tidak berdaya serta tidak berkata apapun" Kata Nizam dengan sikap tubuh tetap waspada.     

Amrita masih diam tidak berkata apapun selain melelehkan air matanya yang terus turun berderai. Ia sudah putus asa dengan hidupnya.     

"Kau pikir adikku ini Pangeran yang tidak berdaya ? Ia adalah Pangeran Azura yang memiliki ilmu bela diri yang di atas rata - rata. Dan sangat tidak mungkin Kalau Ia tidak bisa melawanmu. Walaupun mungkin ilmu beladirimu lebih tinggi darinya tetapi tidak mungkin Ia sampai tidak melawan sedikitpun. Katakan padaku. Apa yang dilakukan adikku ketika Ia melihatmu ?" Kata Nizam kepada Amrita dengan hati - hati.     

Perkataan Nizam langsung membuat Amrita sedikit bereaksi. Padangan matanya yang kosong dan kabur oleh air mata tampak bergerak. Ia mengingat kejadian ketika Ia menyamar menjadi pelayan. Kemampuan menyamarnya yang memang sangat luar biasa membuat Maya tidak bisa mengenalinya. Sehingga Ia bisa masuk ke dalam kamar Pangeran Husen yang sedang menunggu pelayan yang akan meriasnya.     

Ketika Amrita kemudian memukul tekuk si pelayan satunya lagi dan melepas topeng tipis diwajahnya, Pangeran Husen sangat terkejut dan ketika Amrita menodongkan pistolnya dan membuat Ia berlutut. Pangeran Husen tidak melawan dan bicara sepatah katapun. Amrita baru saja akan bicara ketika Nizam sudah menendang pintunya dengan paksa. Jadi ketika Nizam bertanya seperti itu Ia melirik ke arah Pangeran Husen yang terdiam dengan muka pucat.     

"Kau tanya sekarang. Bagaimana perasaan adikku kepadamu" Kata Nizam kepada Amrita. Amrita lalu memandang Nizam dan Nizam menganggukan kepalanya kepada Amrita.     

Amrita menekankan ujung pistolnya ke pelipis Pangeran Husen dan berkata, ' Katakanlah ! Agar kau bisa mati dengan tenang !! " Kata Amrita.     

Pangeran Husen menatap wajah Nizam dengan mata berkaca - kaca, "Sampaikan kepada Ibuku kalau Aku sangat mencintainya. " Kata Pangeran Husen malah memejamkan mata seperti siap mati. Amrita jadi tergagap. Ia menarik tangannya yang memegang pistol itu dari kepala Pangeran Husen. Dan Nizam tidak menyia - nyiakan gerakan itu sedikitpun. Ia langsung menendang pistol di tangan Amrita. Amrita yang memang emosinya sedang tidak stabil tidak menyadari gerakan itu.     

Tahu - tahu pistol ditanganya sudah terlempar ke udara dan Nizam meloncat ke atas mengambil pistol itu. Amrita menjerit dan langsung kalap karena Ia tidak memegang pistol lagi. Tetapi sebelum Amrita menyerang dengan membabi buta. Pangeran Husen langsung memeluknya dengan erat.     

"Maafkan.. Aku .. maafkan Aku " Kata Pangeran Husen sambil menangis di kepala Amrita dan Amrita memukuli punggung Pangeran Husen dengan kalap. Air matanya berderai - derai saking sedihnya. Amrita merasa jadi wanita yang paling malang di dunia. Setiap saat Ia menantikan hari pernikahannya dengan Pangeran Husen tetapi malah berita pahit yang Ia dengar. Ini seperti kejadian saat Ia menunggu Pangeran Abbash menikahinya tetapi malah berita pernikahannya dengan Lila yang Ia dengar.     

"Aku terlalu bodoh.. mengharapkan kau mau menikahi wanita sampah seperti Aku. Aku hanya sampah sisa orang. Tidak bisa dibandingkan dengan Permata seperti Putri Avantika. Izinkan Aku mati Yang Mulia.     

Izinkan Aku mati agar Yang Mulia bisa tenang menikahi Putri Avantika. Sungguh Aku wanita yang tidak beruntung. Berharap mendapatkan cinta sejati tetapi hanya rasa sakit hati yang kudapatkan. Impian hidup bahagia bersama Yang Mulia sudah hancur tak bersisa. " Kata Amrita sambil terisak. Pangeran Husen malah menekankan kepala Amrita ke dadanya.     

"Jangan berkata seperti itu. Aku yang salah.. Aku yang salah. Seharusnya Aku menolak keinginan Kakakku Nizam "Kata Pangeran Husen. Amrita sesaat berhenti menangisnya dan Ia lalu mengangkat wajahnya dari dada Pangeran Husen lalu berbalik menatap Nizam dengan pandangan marah.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.