CINTA SEORANG PANGERAN

Bastnah Bermulut Manis



Bastnah Bermulut Manis

0Melihat Bastnah hanya terdiam, Alena menjadi tidak enak hati. Dari raut wajahnya terlihat jelas kalau Bastnah tampak tidak suka dijadikan asisten Lila. Dan Alena merasa kalau Ia jadi merasa bersalah juga.     

"Ada Bastnah? Apakah kau tidak suka Aku jadikan asisten Lila?" tanya Alena hati - hati. Walaupun Bastnah adalah bawahannya tetapi Ia bukanlah majikan yang otoriter. Alena sangat baik memperlakukan bawahannya. Ia menyayangi mereka seperti keluarga sendiri. Itulah sebabnya para pelayan Alena sangat nyaman berada di sisi Alena. Alena sangat royal dan murah hati. Ia juga tidak pernah marah - marah tanpa alasan.      

Alena selalu tertawa dan tersenyum. Kalau mereka melakukan kesalahan, Alena tidak pernah langsung menghukumnya tetapi diingatkan dulu dengan baik. Apabila kesalahannya berulang barulah sedikit keras. Alena sering mengajak para pelayan makan bersama dengan menu yang sama. Hal ini tidak pernah dilakukan oleh para putri yang lain.     

Para pelayan sangat dilarang makan satu meja dengan majikan karena dianggap tidak sopan dan kurang ajar. Tetapi Alena malah sering makan bersama dan mengadakan pesta kecil - kecilan bersama para pelayan.     

Nizam tahu apa yang dilakukan istrinya tetapi Ia tidak pernah melarangnya bahkan Ia mendukungnya walaupun kalau ibundanya tahu pasti Ia akan marah. Antara pelayan dan Majikan harus ada jarak sesuai dengan etika kerajaan. para pelayan harus menghormati majikan agar mereka tidak melakukan kesalahan yang fatal.     

Dan Bastnah sudah sangat nyaman di sisi Alena. Ia mengurui keperluan Alena dan para bayi. Ia kepala pelayan Alena. Ia mendominasi para  pelayan dan Ia suka kalau Alena dan Cynthia mendengarkan gosip yang Ia bawa.     

Kalau Bastnah sekarang menjadi asisten Lila maka Ia akan kehilangan Alena yang sangat baik hati. Tetapi tentu saja Bastnah tidak berani mengatakan tidak setuju. Walau bagaimanapun Ia sangat menghormati keputusan Alena. Ia hanyalah sekedar kepala pelayan sehingga Ia tidak berhak membantah perkataan Alena.     

"Hamba tidak berani Yang Mulia. Hamba akan mengikuti perintah Yang Mulia" Kata Bastnah sambil membungkuk. Tetapi Alena tidak bisa dibohongi hanya melalui perkataan. Tinggal di istana membuat Alena harus melatih kepekaannya walaupun itu akan muncul jika Ia sedang dalam keadaan serius.     

Alena kemudian mengambil tangan Bastnah dan mengelusnya. Ia lalu mengajak Bastnah duduk di lantai pendopo yang sedikit jauh dari Lila dan Cynthia. Ia ingin berbicara khusus berdua dengan Bastnah tanpa di dengar oleh Cynthia dan Lila. Mereka lalu duduk di lantai pendopo yang  di alasi oleh permandani persia yang sangat tebal. lembut dan indah.     

Alena duduk disampingnya dan mengelus punggung Bastnah yang berlemak. Bastnah menjadi sangat tersanjung. Hatinya merasa terbeli oleh sikap Alena. Dalam hatinya Ia tidak mengeluh lagi untuk menjadi asisten Lila. Merasakan sikap Alena yang begitu manis jangan hanya menjadi asisten Lila, mengorbankan nyawa juga Ia sanggup.     

"Bastnah, Kau tahu aku sangat menyayangimu. Kau banyak membantuku selama ini. Tetapi Aku sangat membutuhkanmu untuk menjadi asisten Lila. Kau tahu kalau Aku berhutang budi sangat banyak kepadanya. Suaminya meninggal karena mengorbankan dirinya untukku.     

Kau tahu kalau di kerajaan Zamron, Lila tidak memiliki siapapun. Lila bisa saja memiliki asisten dari kerajaan Zamron tetapi apakah Ia sebaik dirimu? Konon katanya Ratu Ariel, mertuanya Lila lebih parah dibandingkan dengan Ratu Sabrina. Kalau Lila kenapa - kenapa. Aku akan merasa sangat berdosa.     

Di istana Kerajaan Zamron, Aku ingin kau merekrut para pelayan yang bisa diajak setia kepada Lila. kau sangat pandai berbicara dan membujuk orang. Kau juga cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitarmu. Pelajarilah kondisinya dan Kau harus menguasai istana Kerajaan Zamron agar kelak kau dapat mengirimkan gosip kepada kami." Kata Alena berbisik kepada Bastnah.     

Mata Bastnah melebar dan dadanya berdegup dengan penuh kegembiaraan. "Apakah maksud Yang Mulia kalau hamba harus memata - matai keadaan istana kerajaan Zamron?" Kata Bastnah kepada Alena.     

"Ssst.. jangan keras - keras nanti terdengar Lila. Lila itu orangnya sangat tulus dan baik hati. Aku takut Ia akan dianiaya di istana Kerajaan Zamron. Jadi kau harus laporkan kepada kami apapun kejadian yang menimpa Lila sehingga Kami dapat menolongnya jika terjadi apa - apa" Kata Alena meyakinkan Bastnah.     

"Tapi mengapa Yang Mulia bicara berbisik - bisik? Bukankah ini adalah suatu hal yang baik untuk Lila?" Kata Bastnah keheranan. Mengapa Alena harus bicara perlahan. Mengapa Ia seakan takut ketahuan Lila. Kalau hal ini dilakukan untuk kebaikan hati Lila seharusnya Lila diperbolehkan untuk tahu.     

"Kau tahu kalau Lila sangat lemah lembut dan tidak ingin menyusahkan yang lain. Kalau Ia tahu kita akan mempertaruhkan nyawa kita untuk menolongnya. Ia pasti akan menolak. Kau tahu bagaimana resiko menjadi mata - mata" Kata Alena kepada Bastnah. Bastnah menganggukan kepalanya.     

"Tentu saja Hamba tahu, tidak ada ampun untuk mata - mata" Kata Bastnah.     

"Tapi walaupun begitu. Aku sangat yakin kau akan baik- baik saja di sana. Kau sangat licin seperti belut, gesit seperti kijang dan cerdas seperti kancil. Jika nanti disana sudah tidak kondusif. Kau harus segera melapor kepadaku dan Aku akan segera menarikmu dari sana. Tidak akan kubiarkan siapapun menyentuh sehelai rambutmu" Kata Alena dengan mata bersinar tajam.     

Bastnah tampak terkejut melihat ekspresi Alena yang tiba - tiba jadi seperti ujung pedang yang sangat tajam. Alena yang biasanya penuh senyum dan tawa kini tampak menakutkan. Tidak ada lagi wajah polos yang lucu. Yang ada adalah wajah orang yang tampak sangat waspada akan keselamatan orang yang begitu penting.      

Bastnah langsung bersujud di depan Alena dan mengucapkan terima kasih atas kebaikan hati Alena. Ia merasa sangat beruntung memiliki majikan yang begitu menyayanginya.     

"Tidak ! Jangan bersujud kepadaku. Aku bukan Tuhan." Kata Alena dengan segera mengangkat bahu Bastnah.     

"Anda sungguh mulia. Kerajaan Azura sungguh beruntung memiliki anda sebagai ratu" Kata Bastnah sambil menghapus air mata yang menggenang.     

"Tidak Bastnah ! Jangan mengatakan itu. Aku bukan yang terbaik. Malah Aku terkadang merasa berdosa terhadap Putri Rheina. Jika Aku tidak ada maka pasti Putri Rheina yang akan menjadi ratu"     

"Tidak Yang Mulia. Putri Rheina bukan yang terbaik untuk menjadi ratu. Karena tingkahnya sangat kejam dan egois. Sudah banyak pelayan yang terluka di tangannya karena melakukan kesalahan. Bahkan Fatimah asistennya yang dulu. Sakit karena di hukum berdiri di luar saat hujan dan panas hingga kemudian dia diberhentikan jadi pelayan karena terkena penyakit TBC.      

Yang Mulia Putri Rheina berubah setelah berteman dengan Yang Mulia. Ia sekarang tampak menyesali semua perbuatannya di masa lalu. Mungkin sekarang Yang Mulia sudah layak menjadi ratu tetapi tentu Yang Mulia Putri Alenalah yang paling layak" Kata Bastnah. Alena jadi tertawa mendengar perkaatan Bastnah.     

"Kau ini sangat bermulut manis. Bisa diabetes aku karena perkataanmu" Kata Alena sambil tersenyum lega. Persoalan asisten Lila sudah selesai Ia tangani.     

***     

Dear Reader     

Jangan lupa kiriman PS, komen dan Review-nya untuk novel "a prince's love"     

Dukungan Anda sangat berarti bagi saya. Berikan Review dengan bintangnya.  Jika Review mencapai 100 dan  PS di novel A Prince's Love minggu ini mencapai 500 maka saya akan update 2 kali perhari sampai hari minggu.     

Jika 1000 maka saya akan update 3 kali. Jika anda hanya memiliki PS satu maka vote saja A prince's Love jangan novel CSP. Jika anda berniat memberikan 3 PS untuk CSP maka berikan 2 untuk A Prince's Love dan satu untuk CSP. Jika 2 PS maka berikan satu - satu. Tanpa PS dan review Anda, novel saya tidak akan mendapatkan peringkat di Web Global.     

Terima kasih     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.