CINTA SEORANG PANGERAN

Memilih diantara Dua Pilihan



Memilih diantara Dua Pilihan

0"Kau ini sangat menyebalkan Alena, Aku dilarang mencintai wanita lain tetapi mata malah jelalatan pada pangeran Abbash. Jangan - jangan kalau poliandri diperbolehkan kau akan memiliki banyak suami" Kata Nizam sambil cemberut.     

"Kau jangan gila! Mana boleh ada poliandri dalam keyakinan kita. Lagipula bisa mati lemas kalau Aku memiliki banyak suami. Memangnya Aku ini Arani yang memiliki kulit setebal tembok dan tulang sekuat besi serta kaki yang bagaikan beton . Oh ya mungkin darah yang mengalir pada tubuh Arani juga terdiri dari adukan semen." Kata Alena sambil terus bisik - bisik.     

Nizam jadi menahan tawanya mendengar perkataan Alena.     

"Kau pikir, Arani itu gedung apartemen ? Kau ini membuat Aku jadi gila" Kata Nizam lagi dan tingkah Alena serta Nizam yang terus berbisik - bisik membuat Pangeran Abbash mengerling terus ke arah mereka. Lila bukannya tidak tahu melihat tingkah Pangeran Abbash kepada Alena dan Nizam. Ia lalu mengambil air minum di sampingnya dan meminumnya. Tenggorokannya terasa kering ketika Ia mengenang kembali bagaimana Edward dulu menyakitinya.     

Ada kabut di mata Lila melihat tingkah pangeran Abbash tetapi Ia tidak akan pernah membahas masalah ini pada Pangeran Abbash. Ia merasa tidak pantas untuk melarang Pangeran Abbash melakukan apapun. Baginya Pangeran Abbash dapat melindungi dan menyayangi anaknya saja sudah cukup bagi Lila. Pangeran Abbash sangat menyayangi Pangeran Ezhar. Bahkan Pangeran Ezhar tidak boleh jauh darinya. Mereka harus tidur diruangan yang sama walaupun terhalang oleh dinding yang bersebelahan.      

Dan Pangeran Abbash yang selalu melindungi Lila dari semua gangguan di istana. Jadi bagi Lila semua tingkah Pangeran Abbash masih dapat Ia tolelir. Lagipula bagi Lila cinta bukan lagi menjadi prioritas. Ia hanya ingin bertahan hidup untuk anaknya. Lila kemudian mengambil tangan Pangeran Abbash dan mengelusnya. Pangeran Abbash tersenyum dan melirik ke arah Lila.     

"Kau lihat Pangeran Nizam dan Putri Alena ?" Kata Pangeran Abbash sambil berbisik ke telinga istrinya. Lila menganggukan kepalanya, "Aku melihat, Yang Mulia sedari tadi menatap mereka" Kata Lila dengan tulus. Ia tidak bermaksud untuk menunjukkan rasa cemburunya. Ia hanya mengatakan apa yang Ia lihat sebenarnya.     

"Apakah kau cemburu?" Bisik pangeran Abbash lagi. Lila menggelengkan kepalanya, " Tidak sedikitpun Yang Mulia. Aku tidak ingin mengekang Yang Mulia sedikitpun. Aku cukup puas jika Yang Mulia menyayangiku dan anakku" Kata Lila perlahan membuat Pangeran Abbash mendesis.     

"Kau sungguh wanita yang sangat tabah. Mengapa ada dua wajah yang sama tetapi memiliki sifat yang begitu berbeda" Kata Pangeran Abbash sambil memegang kepala Lila dengan penuh kasih sayang.     

"Aku sebenarnya tidak ingin bertanya atau meminta Yang Mulia untuk memilih. Tetapi karena Aku sangat penasaran maka Aku akan bertanya. Tolong jawab dengan jujur karena apapun jawabannya. Aku akan terimakan dari lubuk hati yang terdalam" Kata Lila sambil tersenyum.     

Pangeran Abbash mengerutkan keningnya, Ia menoleh kepada Lila, "Apa yang hendak kau tanyakan ?" Kata Pangeran Abbash.     

"Jikalau Yang Mulia di suruh memilih antara Aku dan Putri Alena. Mana yang akan dipilih oleh Yang Mulia? " Kata Lila sambil menatap Pangeran Abbash dengan matanya yang indah. Mata Lila itu sangat sayu dan ini yang paling membedakan dengan Alena selain warna kulitnya. Mata Alena sangat lebar, bersinar bagaikan gemerlap bintang dan ini yang membuat Edward tidak menemukan sosok Alena pada Lila.     

"Mengapa Kau tanyakan pertanyaan absurd itu? kau ingin memilih siapa? Kau pasti sudah tahu jawabannya. Aku bukan pria munafik yang bisa membohongi wanita hanya untuk mencari aman sendiri. Kecuali jika memang sangat perlu untuk keselamatan si wanita itu.     

Aku mencintai Alena, memang benar. Tapi Aku masih waras untuk tidak terobsesi dengannya. Aku tidak akan mengatakan bahwa Aku akan memilih dirimu hanya untuk kebahagianmu kalau ternyata itu adalah dusta.     

Tetapi Aku tidak akan pernah mendampinginya sepanjang kau ada disisiku. Aku hanya akan menjadikanmu satu - satunya istriku. Dan demi Tuhan, Aku berkata sebenarnya. Aku pangeran Abbash bukanlah pria yang baik tetapi Aku akan memegang teguh pada janjiku. Aku lebih suka melihat kerajaanku rata dengan tanah daripada melihatmu menderita." Kata Pangeran Abbash sambil memegang kedua pipi Lila.     

"Jangan berpikiran terlalu jauh. Kau adalah istriku. satu dan selamanya sampai maut memisahkan salah satu diantara kita" Kata Pangeran Abbash dengan mata yang tajam. Mata Lila berkaca - kaca tetapi Ia masih belum puas.     

"Aku sungguh sangat bahagia mendengar perkataanmu tetapi Aku adalah wanita yang sudah tersakiti selama menjadi seorang istri. Kau tahu aku telah tersakiti selama berada di sisi Edward. Dan Aku hanya ingin memastikan keegoisanku Aku harap kau tidak menganggapku wanita yang tidak tahu diri.     

Aku hanya ingin kepuasan batin dan tidak bermaksud untuk menguasaimu seutuhnya. " Kata Lila sambil mengambil gelas minumannya. Ia lalu meminum isinya.      

"Jika pada suatu masa, Aku dan Alena ada pada posisi yang di ambang kematian dan kau harus memilih salah satu untuk diselamatkan. Maka mana yang akan kau selamatkan?" Kata Lila sambil menatap Pangeran Abbash dengan tatapan mata yang tajam.     

Pangeran Abbash mengangkat alisnya tinggi - tinggi. Ia lalu melihat ke arah Alena yang sedang bisik - bisik dengan Nizam diiringi tawa kecil. Wajahnya begitu berseri - seri seakan dia tidak pernah mengalami kesusahan sedikitpun. Alena itu adalah musim semi yang membawa kebahagian semua orang bersamanya. Dengan telunjuknya dia mampu menumbuhkan bunga dari dalam sebuah batu. Dia adalah sinar mentari yang mampu melelehkan gunung salju yang membeku.     

Lila melirik ke arah pangeran Abbash yang sedang menatap Alena. Sesungguhnya Ia sudah tahu apa yang ada dalam hati Pangeran Abbash. Tetapi Ia memang bodoh dengan bertanya seperti itu. Ini adalah pertanyaan yang menyakitkan baginya. Ia sungguh tidak mengharapkan cinta Pangeran Abbash begitu dalam kepadanya. Tapi keegoisannya sebagai wanita memaksa lidahnya mengeluarkan perkataan seperti itu.     

"Kau tahu dulu Amrita selalu bertanya, Apakah Aku mencintainya? Dia bertanya kepadaku ratusan kali dan Aku selalu mengatakannya tidak. Aku tidak mencintainya. Apakah Amrita sakit hati? Aku yakin dalam hatinya Ia sangat sakit tetapi Ia tidak pernah memperlihatkannya kepadaku.      

Walaupun Aku menolak mengatakan mencintainya karena Aku memang tidak mencintainya. Ia tetap tinggal disisiku dan mencintaiku setulus hati hingga kemudian Ia menikah dengan Pangeran Husen. Bertahun - tahun Aku dan Amrita berhubungan tanpa ada ikatan status.     

Dan selama itu pula Ia terus bertanya apakah Aku mencintainya ? Apakah Aku akan menikahinya ? Dan Aku selalu mengatakan tidak dan tidak. " Mata Pangeran Abbash jadi berkabut. Ia sangat menyesali perbuatannya. Ia menyesal bukan karena Ia tidak menikahi Amrita karena memang sampai sekarang Ia tidak mencintai wanita itu. Ia menyesal karena telah merusak kesucian Amrita.     

Sekarang Lila mengatakan sesuatu yang membuatnya kesulitan untuk menjawabnya. Lila bukanlah Amrita. Lila adalah istrinya dan Ia ada dalam perlindungannya. Bibir  tipis dan merah itu terkatup rapat.     

***     

Dear Reader     

Jangan lupa kiriman PS, komen dan Review-nya untuk novel "a prince's love"     

Dukungan Anda sangat berarti bagi saya. Berikan Review dengan bintangnya.  Jika Review mencapai 100 dan  PS di novel A Prince's Love minggu ini mencapai 500 maka saya akan update 2 kali perhari sampai hari minggu.     

Jika 1000 maka saya akan update 3 kali. Jika anda hanya memiliki PS satu maka vote saja A prince's Love jangan novel CSP. Jika anda berniat memberikan 3 PS untuk CSP maka berikan 2 untuk A Prince's Love dan satu untuk CSP. Jika 2 PS maka berikan satu - satu. Tanpa PS dan review Anda, novel saya tidak akan mendapatkan peringkat di Web Global.     

Terima kasih     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.