CINTA SEORANG PANGERAN

Anda Berdua Begitu Harmonis



Anda Berdua Begitu Harmonis

0Alena terus mengomeli suaminya menggunakan bahasa Jawa sambil mengeringkan rambutnya di bantu oleh para pelayan.     

"Dheweke sanuli nglakoke kuwi yen lagi kesal. Dasar laki - laki, ora bisa ndeleng situasi lan kondisi. aku dadi kudu nggaringna rambutku. kekeliwatan dheweke. Pisan ping - aku mengko sing arep memperkosa dheweke" Alena mengomel dengan sebal. Para pelayan yang tidak mengerti hanya terdiam sambil memegang hairdryer di tangannya.     

Alena bahkan harus mengganti pakaiannya yang dirobek Nizam tadi. Para pelayan menutup mulutnya rapat - rapat padahal mulut mereka sudah tidak tahan  ingin bergosip tentang apa yang dilakukan Nizam kepada Alena.     

Apalagi sekarang Nizamnya malah pergi meninggalkan Alena menuju ruang pertemuan karena ada Arani dan Amar yang sudah menunggu Nizam di sana. Mereka akan membicarakan beberapa masalah tentang kedatangan pangeran Abbash yang sedang meluncur dari Bandara ke istana Azura.     

Tapi tampak salah seorang pelayan tidak dapat menahan senyumnya melihat Alena mengomeli Nizam. Walaupun Ia tidak mengerti bahasanya tetapi melihat raut muka Alena yang kesal sudah bisa ditaksir kalau Alena pasti sedang mengomeli Nizam.     

"Mengapa Kau tersenyum ? " Alena jadi melirik ke arah pelayan yang sedang menahan tawa. Pelayan itu langsung menutup tawanya.     

"Hamba.. tidak tersenyum " Kata pelayan itu dengan muka pucat. Ia jadi ingin menampar mukanya sendiri karena tidak bisa menahan senyumnya.     

"Kalau kau tidak tersenyum berarti kau sedang mentertawakan Aku" Alena menjadi semakin tajam nada bicaranya. Para pelayan langsung pucat. Selama ini Alena sangat jarang marah dan bersikap lucu. Jadi mereka tidak bersikap terlalu tegang di hadapan Alena. Tetapi sekarang Alena tampak marah. Mereka jadi ketakutan.     

"Majikan kalian itu.. selalu begitu. Dan Aku yang jadi korban. Kau lihat bajuku itu robek. Itu pakaian dari Indonesia. Aku belum pernah memakainya. Bordiran yang ada di pakaian itu buatan pengrajin di Indonesia. Pakaian itu jauh - jauh Aku pesan. Sekarang robek karena majikanmu yang tidak sabaran. Dan kalian sekarang malah tertawa. Kalian tertawa di atas penderitaan orang lain" Kata Alena.     

"Maafkan Kami Yang Mulia. Kami sungguh hanya merasa senang melihat Anda berdua begitu harmonis" Kata seorang pelayan kepada Alena.     

"Harmonis ? Harmonis darimana ? " Alena melotot. Ia dipaksa Nizam untuk bergerak di atas tubuhnya yang sedang duduk di kursi rias dan sekarang pelayan itu malah menuduhnya harmonis.     

"Tentu saja harmonis Yang Mulia. Karena kami melihat pipi Yang Mulia bersemu merah dan mata berbinar " Kata Pelayan itu sambil kembali tersenyum dan itu malah membuat Alena semakin melotot.     

"Kalian memang bersekongkol dengan majikan kalian untuk membuatku menderita" kata Alena dengan cemberut. Bagaimana bisa para pelayan itu mengetahui kondisinya yang memang menikmati apapun yang Nizam lakukan. Ia memang kesal tetapi tubuhnya malah melakukan apa yang Nizam mau.      

Tiba - tiba dari arah belakang terdengar ada suara, "Siapa yang membuatmu menderita ?" kata suara itu. Alena memalingkan kepalanya dan Ia melihat sahabatnya sedang berjalan ke arahnya sambil memakan buah apel.     

Alena melihat betapa cantiknya Cynthia dalam gaun berwarna merah. Ia seperti putri dari negeri dongeng. Rambut pirangnya nampak sedikit berjela di balik kerudung sutranya.     

"Kau cantik sekali, Cynthia " Kata Alena sambil berdecak kagum.      

"Mengapa Kau belum selesai berdandan ? Ini sudah hampir pukul sepuluh dan rombongan Pangeran Abbash sudah di jalan sebentar lagi mereka datang." Kata Cynthia sambil mengerutkan keningnya. Dan Ia langsung memekik melihat para pelayan yang sibuk mengeringkan rambut Alena.     

"Apa yang barusan kalian lakukan? Jangan - jangan kalian sudah melakukan hal gila lagi " Kata Cynthia dengan takjub.     

"Itulah yang tadi Aku sebut menderita. Nizam selalu saja begitu" Kata Alena dan itu malah membuat Cynthia langsung tertawa ngakak.     

"Oh..oh Alenaku. Itu sih bukan penderitaan. Itu adalah kebiasaan kalian. "     

"Tetapi Aku tidak suka" Kata Alena.     

"Tidak suka, tapi Aku berani taruhan kalau pinggulmu pasti bergoyang juga" Kata Cynthia sambil menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya dan terus menahan tawa. Alena langsung diam dan Ia kemudian melihat para pelayan ikut menahan tawa. Para pelayan itu sudah berusah mati - matian untuk tidak tertawa tetapi melihat Cynthia tertawa maka sudut - sudut bibir para pelayan itu melengkung menahan tawa. Alena jadi menggelengkan kepalanya. Ia dalam posisi kalah. Cynthia tahu benar setiap Nizam memaksa  Alena juga malah menikmatinya.     

Alena berdiri sambil mengibaskan rambutnya yang sudah kering. Ia kemudian mengangkat tangannya. "Ok Fine.. Kalian menang. Tertawalah sepuas kalian " Kata Alena sambil meminta kerudungnya dan Seorang pelayan segera memakaikan kerudung di atas kepala Alena. Alena tadinya mengenakan gaun berwarna merah muda tetapi karena sudah robek maka Ia menggantinya dengan gaun berwarna ungu lembut. Sebuah kalung melingkar di leher Alena.     

Cynthia langsung menatap ke arah kalung itu. Kalung indah itu sangat mudah dikenali sebagai barang langka. Alena sangat jarang memakai kalung itu. Kalung berlian yang sangat indah.     

"Alena.. Kalung itu? " kata Cynthia sambil mendekati Alena agar lebih jelas melihat kalung yang dikenakan Alena.     

Alena tersenyum lebar melihat kekaguman dari Cynthia, "Ini kalung langka warisan dari Nenek Nizam. Bagus sekali kan?" Kata Alena. Cynthia langsung mencibir,     

"Oh kalung dari Almarhum Nenek. Sungguh kalung yang sangat bagus" Kata Cynthia kepada Alena.     

"Kau jangan iri. Ini kalung dari Nenek Nizam dan diberikan sebelum meninggal. Katanya dia harus memberikan kepada wanita yang paling dicintainya. Dan Ia memberikan ini sebagai mas kawin. Keren bangetkan?" Kata Alena.     

"Memang sangat bagus... tapi mengapa dia hanya memberikan kepada Nizam. Suamiku tidak beri " Kata Cynthia kepada Alena sambil mengunyah apelnya. Alena mengangkat bahunya.     

"Mana Aku tahu ? Akukan tidak pernah berjumpa dengan Nenek mereka" kata Alena.      

"Ok.. Aku tidak iri. Aku tahu sebagai cucu paling tua, Nizam pasti mendapatkan kedudukan istimewa di mata semua orang dan itu adalah takdir. Hanya saja kau harus hati -  hati menjaganya. Kalung itu sangat indah dan langka. Mungkin hanya ada satu di dunia ini. Dan kalau kau memakainya maka semua orang akan langsung tahu bahwa kau pemilik kalung itu " Kata Cynthia tiba - tiba merasakan firasat yang kurang bagus tentang kalung itu.     

"Aku tahu, waktu itu Aku bahkan hendak memberikan kalung ini sebagai hantaran dari lamaran Pangeran Husen untuk  Amrita dan Nizam langsung sangat marah. Dia bilang kalung itu hanya boleh menjadi milikku karena itu adalah simbol cintanya kepadaku " Kata Alena sambil memegang kalung berlian itu.     

"Mengapa Kau terlihat baru memakainya hari ini. Saat ada Pangeran Abbash ke istana Nizam" Kata Cynthia sedikit heran.     

"Entahlah.. Aku juga tidak tahu. Tapi saat Aku sedang memilih perhiasan. Aku melihat kotak kalung ini jadi aku memutuskan untuk memakainya" Kata Alena. dan itu membuat Cynthia mengerutkan keningnya.     

***     

Dear Reader     

Jangan lupa kiriman PS, komen dan Review-nya untuk novel "a prince's love"     

Dukungan Anda sangat berarti bagi saya. Berikan Review dengan bintangnya.  Jika Review mencapai 100 dan  PS di novel A Prince's Love minggu ini mencapai 500 maka saya akan update 2 kali perhari sampai hari minggu.     

Jika 1000 maka saya akan update 3 kali. Jika anda hanya memiliki PS satu maka vote saja A prince's Love jangan novel CSP. Jika anda berniat memberikan 3 PS untuk CSP maka berikan 2 untuk A Prince's Love dan satu untuk CSP. Jika 2 PS maka berikan satu - satu. Tanpa PS dan review Anda, novel saya tidak akan mendapatkan peringkat di Web Global.     

Terima kasih     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.