CINTA SEORANG PANGERAN

Nizam Mengetahui Segalanya



Nizam Mengetahui Segalanya

0Amar sedikit memundurkan tubuhnya sambil menguatkan tubuhnya. Ia takut tiba - tiba Nizam menendangnya seperti saat Arani menendangnya. Bukankah Nizam dan Arani itu seperti jari telunjuk dan jari tengah saking dekat dan miripnya. Tapi Nizam ternyata hanya mengeratkan giginya menahan perasaannya.     

"Apakah ayahku begitu marah kepada Ibunda? " Tanya Nizam dengan mata yang redup. Amar menganggukan kepalanya, "Benar Yang Mulia. Kalau hamba tidak melihat dengan mata kepala sendiri Hamba tidak akan mempercayai apa yang hamba lihat mengingat Yang Mulia Baginda Raja Walid adalah sosok yang begitu lembut dan baik hati. Apalagi Yang Mulia Ratu Sabrina adalah istri yang paling dekat dengan Yang mulia Baginda Raja Walid." Kata Amar nyerocos kalau saja Ia tidak melihat ke arah Arani yang mendelik ke arahnya mungkin Amar sudah bicara panjang lebar.     

"Ayahku agaknya sudah mulai hilang kesabaran. genderang perang akan semakin cepat di tabuh. Aku tidak tahu sampai kapan akan bertahan untuk tidak melakukan gerakan apapun " Kata Nizam dengan pandangan menerawang.     

"Aku sudah bersabar sama seperti Ayahanda yang bersabar terhadap ibunda tetapi Ibunda malah menabur genderang perang sendiri. Aku tidak mau disalahkan atas semua ini. Mereka adalah orang tuaku. Dan Aku sendiri memiliki keluarga.     

Aku seharusnya tidak memicu kemarahan ibunda dengan membawa Alena keluar dari harem tetapi Aku juga tidak bisa mengabaikan keselamatan Alena. Tahta kerajaan tidaklah sebanding dengan cintaku kepada Alena. Andaikan para tetua menendangku dari Azura karena Aku mencintai Alena maka Aku tidak keberatan. Bagiku buat apa hidup memegang kekuasaan dan harta yang banyak kalau hati ini kosong dan hampa.     

Hidup hanya satu kali maka Aku tidak ingin mati sia - sia karena mempertahankan sesuatu yang serupa dengan bilangan Nol. Bilangan Nol itu ada tetapi nilainya kosong. Dan hanya akan berarti jika ada bilangan yang lain ada di depannya.     

Kekuasaan dan harta adalah nol jika tidak ada cinta yang ada didepannya. Cinta kepada sang pencipta, cinta kepada Nabi dan cinta kepada keluarga. Jika Aku tidak ada maka kerajaan Azura masih akan memiliki rajanya tetapi jika keluargaku  tidak ada disisiku maka Aku tidak akan berdaya. " Kata Nizam dengan mata yang berkabut.     

Arani dan Amar terdiam mendengar perkataan Nizam yang melankolis. Putra Mahkota itu sedang mempertaruhkan kerajaan dengan cintanya kepada Alena dan anak - anaknya.     

"Arani.." Nizam menoleh ke arah Arani.     

"Hamba Yang Mulia" Kata Arani sambil membungkuk memberikan hormat.     

"Aku tahu sekarang Aku sudah harus mulai bergerak. langkah pertama adalah Alena harus berada di dalam harem. Tetapi Aku tidak ingin dia berada disana tanpa pengawasan dan keterampilan ilmu bela diri " Kata Nizam kepada Arani. Mata Arani dan Amar langsung melebar.     

"Yang Mulia ingin Yang Mulia Putri Alena belajar ilmu bela diri?" Kata Arani.     

"Tapi mengapa harus Arani yang mengajari ? Mengapa bukan Yang Mulia sendiri ?" Kata Amar dengan mata yang polos. Arani langsung berdehem dan Amar langsung menutup mulutnya.      

Nizam tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Amar karena Ia sedang malas berbasa - basi biarlah Arani saja yang menjelaskan.     

"Kapan Yang Mulia Putri Alena siap untuk Hamba ajari ?" Kata Arani kepada Nizam.     

"Sore ini juga. Aku sudah mengatakan kepadanya untuk mempelajari ilmu bela diri dulu sebelum Ia kuizinkan pulang ke Harem "      

Arani mengerutkan keningnya dan Nizam melihat raut wajah Arani yang sedikit kebingungan. Ia kemudian berkata,     

"Tentunya jangan berharap Ia akan bisa berkelahi melawan seorang prajurit. Aku hanya ingin Ia bisa melawan kalau di aniaya oleh putri - putri di dalam harem. Aku juga ingin kau mengasah gerak refleksnya dan mengajari kehati - hatian dalam menghadapi situasi di dalam harem.     

Putri Rheina juga akan mengajari Alena dalam menari dan keterampilan yang harus dimiliki oleh para putri. Aku bersyukur Putri Rheina benar - benar berubah dan kembali seperti dulu. Aku sangat berharap mereka berdua dapat bekerja sama menangani situasi harem.     

Aku bahkan tidak dapat menerobos ke dalam haremku sendiri. Ternyata hidup di istana benar - benar tidak mudah. Mengapa saudara kembarku lebih beruntung daripadaku. Di saat dia hidup bebas di luar, Aku terperangkap di sini. " Kata Nizam membuat Arani dan Amar saling berpandangan mata dan bahkan Arani tidak dapat menahan perkataannya lagi.      

"Yang Mulia !! " Kata Arani dengan nafas tertahan. Nizam menghembuskan nafasnya.     

"Kalian pikir Aku tidak tahu apa - apa tentang saudara kembarku? Aku dulu hanya menebak - nebak saja tetapi ketika menyadari Ibundaku mengatakan kepadaku betapa beruntungnya Aku karena anak kembarku berbeda jenis kelamin. Maka Aku sudah yakin kalau Ibunda memiliki anak kembar.     

Aku berusaha menutupi masalah itu bahkan mencoba mengingkarinya dan berharap mungkin saja dia meninggal bukan karena Aku tidak ingin berbagi tahta dengannya tetapi Aku hanya tidak ingin masyarakat tahu tentang rahasia ini.     

Dan Aku yakin kalau Ayahanda tidak tahu tentang kejadian ini karena jika Ayahanda tahu maka yang pertama akan Ia lakukan adalah membunuh ibunda" Kata Nizam dengan muka pucat pasi.     

"Membunuh Yang Mulia Ratu Sabrina ?" Kata Amar sambil gemetar.     

"Kau pikir mengapa Ayahku selama ini diam, Ia hanya tidak ingin Aku celaka. Aku anaknya, darah dagingnya. Dan Ayahanda menampar ibunda karena Ibunda mencambukku. Sekarang kira - kira apa yang akan Ayahanda lakukan jika seandainya Ayahanda tahu Ibunda melahirkan anak kembar dan menyembunyikan salah satunya" Kata Nizam sambil meremas kepalanya sendiri.     

"Yang Mulia Raja Walid akan membunuh Ibunda Ratu Sabrina" Kata Arani perlahan.     

"Itulah mengapa Aku diam saja dan tidak berani bertindak apapun. Jadi untuk saat ini. Aku tidak ingin kalian melakukan gerakan apapun. Termasuk Kau Amar ?" Kata Nizam sambil menatap Amar dengan pandangan mata yang tajam.     

"Hamba Yang Mulia ? Memangnya apa  ? Eumm.. ampuni Hamba Yang Mulia" Kata Amar langsung menundukkan padangan matanya ketika Ia berbicara dengan nada sedikit keras kepada Nizam.     

"Kau pikir Aku begitu bodoh ketika Kau ingin menikah segera dengan Maya dan akan pergi Ke Jepang ? Aku tidak mengizinkan siapapun mengambil tindakan di luar sepengetahuaku. Ini tentang nyawa Ayahanda dan Ibunda" Kata Nizam.     

"Kenapa dengan Raja Walid ? Bukankah yang terancam hanya Yang Mulia Ratu Sabrina?" Lagi - lagi Amar tidak tahan untuk bertanya. Ia tidak bisa berpikir secepat Nizam bahkan Arani sendiri tidak bisa mengimbangi pemikiran Nizam.     

"Jika Ayahanda membunuh Ibunda maka Perdana Menteri Salman tidak akan tinggal diam. Mereka akan langsung menggulingkan Ayahanda dan menggantikannya dengan yang lain. Ia akan mengeluarkan perintah menangkap Ayahanda dan mungkin Aku dengan tuduhan pembunuhan tingkat satu. Kejahatan anggota keluarga kerajaan terhadap yang lain.     

Walaupun Ayahanda Raja tetapi ada undang - undang yang mengikat kami. Pembunuhan tidak akan dibenarkan dengan alasan apapun kecuali ada peradilan di depannya." Kata Nizam kepada Amar dan Arani.     

***     

Dear Reader, Jangan lupa untuk memasukan cerita Cinta  seorang Pangeran dalam bahasa Inggris di global ke dalam library Anda semua. Cukup search, A Prince's Love dan masukan ke dalam library atau pustaka. Oh ya jangan yang ada tulisan deletenya ya. Jangan lupa untuk meninggalkan komen dan memberikan PS. Dukungan Anda sangat berarti buat Author agar karyanya dapat diterima di negara lain.     

Terima kasih      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.