CINTA SEORANG PANGERAN

Bantuan Pangeran Abbash



Bantuan Pangeran Abbash

0Alena terkejut karena orang itu berani memegang tangannya. Apalagi pas dilihatnya orang itu hanyalah seorang pelayan biasa. para pelayan itu, jangankan pelayan tingkat bawah, pelayan tingkat atas saja kalau bertemu tidak berani menatap wajahnya. Apalagi ini dia duduk dengan gaya santai dan menumpangkan kaki kiri ke kaki kanannya lalu menarik tangannya agar Alena duduk kembali.     

Alena bukanlah orang yang gila hormat, Walaupun Ia sekarang calon ratu utama tetapi kalau sampai tangannya ditarik dengan kurang ajar seperti seorang teman yang sudah sangat akrab. Alena jadi meradang juga, Ia menepiskan tangan pelayan itu sambil berbalik dengan marah.     

"Kau jangan kurang ajar ya! " Kata Alena. Ini bukan tentang kedudukan antara calon ratu dan pelayan rendahan. Ini tentang dua orang yang tidak memiliki hubungan yang dekat tapi salah satunya sok kenal sok dekat, sok akrab sekali.     

"Apa kalau Aku punya solusi untuk Yang Mulia, akan di sebut kurang ajar juga?" Kata Pelayan itu sambil memiringkan kepalanya dengan gaya yang aneh. Fix.. ini bukan seperti gaya perempuan Azura yang kebanyakan bergaya kaku, anggun dan mahal senyum. Para pelayannya apalagi. Mereka bahkan jarang memamerkan giginya apalagi bergaya seperti ini.     

Alena menatap pelayan wanita itu. Pelayan wanita ini kemungkinan usianya baru dua puluh tahun dan berwajah standar untuk ukuran wanita Azura yang sangat cantik - cantik. Rambutnya yang sedikit pirang tapi tidak sepirang Cynhtia. Raut wajahnya tampak sangat tenang dan pandangan matanya sedikit aneh. Alena menjadi curiga.     

"Sudah jangan menatapku dengan pandangan aneh. Aku sengaja menunggumu keluar dari Harem. Karena Aku tidak bisa masuk ke dalam harem. Harem itu terlarang untuk setiap laki - laki. Dan Aku menghargai itu."     

"Laki - laki !" Alena mengguman kecut. Bagaimana bisa pelayan wanita itu menyebut dirinya laki - laki padahal sudah jelas - jelas Ia mengenakan gaun panjang yang sangat pingki sebagaimana gaun para pelayan tingkatan bawah. Tetapi kemudian mulut Alena terbuka. Siapa lagi yang bisa menyusup ke tubuh orang lain kalau bukan Pangeran Abbash.     

"Kau Pangeran Abbash ? " Kata Alena sambil ternganga.     

"Oh yeah.. ini Aku, Putri Alena. Apa kabarmu? Maaf Aku baru datang. Terlalu banyak urusan di kerajaanku sehingga Aku tidak sempat jalan - jalan. Hapus air matamu. Kau jelek kalau berurai air mata. Putri Alena yang aku kenal adalah Putri Alena ceria dan penuh pesona" Kata Pelayan yang jiwanya sudah bertukar dengan Pangeran Abbash.     

Alena menghapus air matanya, Ia sedikit terhibur ada Pangeran Abbash di sisinya walaupun melalui tubuh si pelayan.     

"Apa kabar dengan Lila?" Kata Alena bertanya tentang Lila. Pangeran Abbash tersenyum. Ini hebatnya Alena. Sedang sedih saja Ia masih memikirkan orang lain.     

"Dia baik - baik saja," Kata Pangeran Abbash sambil menghela nafasnya. Sebenarnya tidak baik - baik saja. Lila sedang berusaha keras berjuang untuk meyakinkan ibunya yang sampai saat ini belum mampu menerima kehadirannya. Lila berasal dari keluarga miskin, Ia juga tidak memiliki ayah dan yang paling membuat ibunya sangat membenci Lila adalah Lila seorang janda dengan anak dari Edward. Tetapi Lila yang cerdas itu tidak putus asa apalagi ini baru awal.      

Tetapi kemudian Pangeran Abbash merasa tidak enak hati. Ia merasa merindukan Nizam dan Alena. Jadi Ia iseng - iseng melakukan perjalanan sukma dan Ia terkejut melihat suasana Azura yang muram. Pangeran Abbash lalu menyelidiki dan dengan cepat Ia sudah mengetahui apa yang terjadi     

"Aku senang Ia baik - baik saja daripada Aku sedang sedih" Kata Alena sambil menahan tangisnya lagi.     

"Karena Putri Rheina?" Kata pangeran Abbash sambil ikut prihatin.     

"Iya.. dia.. Aku sangat sedih Nizam menangisi dia" Kata Alena sambil menerawang.     

"Mengapa sedih? Itukan wajar. Suami mana yang tidak sedih istrinya diambang kematian?" Kata Pangeran Abbash malah berkata menyebalkan. Bukannya membela dirinya. Alena manyun membuat Pangeran Abbash jadi tertawa.     

"Enggalah Alena, Aku bercanda. Aku panggil kau Alena ya.. Aku merasa kita lebih akrab. Mumpung Nizam sedang tidak ada disisimu" Pangeran Abbash malah tertawa terkehkeh.     

"Jangan macam - macam Kamu! Belum nyoba sepatu nyium jidatmu ?" Kata Alena.     

"Jangan main - main Alena, ini tubuh pelayan bukan tubuhku. Kalau kau pukul keningku maka yang terluka adalah pelayannya" Kata Pangeran Abbash lagi.     

"Uh.. kamu memang keterlaluan..."Alena tambah manyun.     

"Alena.."     

"Hmmm..."     

"Jangan menangisi Nizam seperti itu. Bukankah Nizam ini adalah Pangeran Putra Mahkota. Memiliki istri lebih dari satu adalah suatu kewajaran"     

"Aku tahu.. tapi ini tetap membuatku sakit. Aku tidak ingin Nizam membagi perasaannya. Kalau berbagi tubuh mungkin Aku masih bisa pertimbangkan"      

"Aku paham.. Karena memang sangat menyakitkan ketika pasangan yang kita cintai berbagi cinta dengan orang lain"     

"Aku takut Putri Rheina meninggal" Kata Alena dengan lemah membuat Pangeran Abbash tercengang.     

"Kau ini aneh. Kau tidak menginginkan suamimu bersama wanita itu tetapi malah takut kalau Putri itu mati. Bukankah kalau dia mati maka dia tidak akan pernah bisa bersaing dengan mu lagi" Kata Pangeran Abbash mencoba memahami pikiran Alena.     

Alena menggelengkan kepalanya dengan lemah, " Aku ingin Putri Rheina tetap hidup karena dia meninggal maka Nizam akan menjadi merasa bersalah seumur hidup. Dia merasa bersalah karena telah menyia - nyiakan istri pertamanya"     

Pangeran Abbash kemudian terdiam tetapi dalam hatinya Ia mengakui bahwa Alena benar.     

"Aku tidak ingin perasaan Nizam penuh dengan pikiran dia walau dia sudah meninggal. Aku ingin dia hanya jadi milikku, cintanya hanya untukku, perhatiannya hanya untukku. Hanya boleh ada aku di dalam hatinya, wania lain tidak boleh ada" Kata Alena dengan hati pedih. Tiba - tiba Ia merasa jadi wanita yang paling jahat di dunia ini.     

Pangeran Abbash terdiam, Ia sangat memahami bagaimana perasaan Alena tetapi sebagai salah satu istri dari calon raja di Kerajaan Aliansi perasaan seorang istri seperti itu kesannya memang egois sekali. Kalau hanya ingin memiliki pria seorang diri jangan menikah dengan raja dari kerajaan Aliansi. Menikah saja dengan orang biasa atau Pangeran dari kerajaan lain. Mungkin Kerajaan Inggris, Jepang, Belanda atau apalah.     

"Aku Jahat ya ? Aku egois ya? Sungguh sangat menyebalkan" Kata Alena sambil melirik ke arah Pangeran Abbash yang terdiam. Pangeran Abash duduk dengan kaki sedikit mengangkang tapi kemudian dia menyadari kalau Ia berada di tubuh pelayan. Pangeran Abbash kemudian menutup kakinya dan memperbaiki sikap duduknya walaupun sedikit kaku.     

"Kalau kau gadis asli dari kerajaan Azura mungkin perasaan itu salah dan kau bisa dihujat semua orang. Tetapi karena kau adalah gadis dari negara luar. Aku sangat memahami perasaanmu. Aku sendiri berniat hanya akan memiliki Lila saja dalam hidupku. Aku tidak ingin membagi dua cintaku. Aku merasa sudah cukup menikmati semua tubuh wanita jadi sekarang Aku cukupkan hanya Lila saja untukku" Kata Pangeran Abbash sambil tertawa kecil melihat Alena mendelik.     

"Dan Kau hampir saja berbuat asusila kepadaku" Kata Alena tiba - tiba teringat bagaimana Pangeran Abbash pernah menculiknya.     

"Aku bersumpah Alena, tidak ada niat sedikitpun Aku akan menyentuhmu waktu itu. Aku menghormatimu dan hanya akan menyentuhmu jika kau mengizinkan. Tapi Aku bersyukur karena Aku memiliki Lila sekarang. Aku tidak ingin merusak hidupmu. Aku mencintaimu dengan tulus dan bukan mencintaimu karena menginginkan tubuhmu. Alena Kau tahu kalau Kau akan tetap ada di hatiku yang paling dalam. Dan Lila menghargai itu.     

Aku tidak suka melihat kau menderita, walaupun perasaanmu itu sebenarnya salah dipandang dari sudut keadilan sebagai sesama istri Nizam tetapi Aku sudah masuk ke dalam tubuh Putri Rheina saat dia ada di dalam penjara bawah tanah. "     

Alena terbelalak sambil menatap Pangeran Abbash, ada binar kebahagiaan ketika Pangeran Abbash memilki cara untuk membantunya. Karena terus terang saja Ia merasa buntu pada saat ini. Melihat Nizam meringkuk sambil meratap, Ia sudah kehilangan akal sehatnya. Pangeran Abbash menikmati wajah Alena yang cantik jelita itu dengan leluasa. Binar kekaguman pada matanya cukup memompakan perasaan bahagia ke seluruh tubuhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.