CINTA SEORANG PANGERAN

Ini bukan tentang Cinta tapi ini tentang Anak



Ini bukan tentang Cinta tapi ini tentang Anak

0Maya adalah orang yang tidak sabaran sehingga setelah Ia mengetuk pintu tiga kali tidak ada jawaban. Ia segera memundurkan tubuhnya dan kemudian, " Brak !! " Ia menendang pintu kamar Alena. Para pelayan langsung menjerit dan berlarian ke arah kamar Alena. Maya masuk ke dalam kamar Alena dan ketika dilihatnya Alena sedang duduk sambil memeluk lututnya. Maya langsung menghambur ke arahnya dan memeluknya dengan tanpa sadar.     

"Ya Tuhan, Yang Mulia.. hamba sudah ketakutan. Alhamdulillah Yang Mulia tidak apa - apa." Kata Maya sambil mendekap Alena ke dadanya. Kali ini Ia bagaikan Kakak bagi Alena.     

"Aku tidak ingin menjadi wanita yang jahat seperti selingkuhan ayahmu. Aku bukan wanita selingkuhan Nizam. Aku bukan intruder." Alena menangis sambil merebahkan kepalanya di dada Maya. Sesaat Maya kebingungan mendengar ratapan Alena. Ada apa ? Apa yang terjadi ?      

"Yang Mulia ..." Kata Maya sambil tetap mengelus punggung Alena.     

"Kalau Aku pulang ke Indonesia, apakah kau akan ikut? Aku memang tidak sekaya Nizam. Tetapi Aku jamin kita tidak akan sengsara di sana" Kata Alena sambil terus terisak - isak membuat Maya tambah kebingungan. Ke Indonesia ? Memang ada apa? Apa Alena akan travelling?     

"Kau tahu, Maya. Aku sangat sedih melihat Nizam tidur dengan Putri Rheina. Tetapi Aku tidak bisa marah. Mereka melakukan hal yang benar. Mereka suami istri bahkan sebelum Nizam menjadi suamiku. Kau tahu Maya ? Kalau dalam hal ini, Akulah yang menyebabkan Nizam menjauhi Putri Rheina.      

Aku bukan wanita jahat yang mempengaruhi Nizam agar meninggalkan Putri Rheina. Putri Rheina sangat mencintai Nizam, dan Ia juga tidak salah karena cinta Putri Rheina muncul pada saat mereka masih kecil. Jadi jelas kalau dalam hal ini Akulah perebut suaminya. Akulah wanita yang tidak bermoral itu" Kata Alena terbata - bata.      

Maya kemudian mengerti mengapa Alena menangis. Darahnya langsung mendidih mendengar ratapan Alena. Ia kemudian merenggangkan pelukan Alena dari tubuhnya. Matanya menyalang tajam.     

"Hamba mengerti apa yang terjadi. Yang Mulia.. tunggulah di sini. Hamba akan mengambil tindakan" Kata Maya sambil berdiri. Alena terkejut dan kemudian memegang tangan Maya.     

"Tidak..jangan ! Kau mau kemana? Tolong jangan lakukan itu ! " Kata Alena dengan panik.     

Maya berdiri tegak di samping Alena dan berkata,     

"Hamba kenal Yang Mulia Pangeran Nizam. Walaupun Yang Mulia tidak bisa mengingkari kalau Putri Rheina adalah istrinya tapi Yang Mulia Pangeran tidak akan mengingkari cinta dalam hatinya. Ini tentang perasaan cinta dan bukan tentang paksaan.      

Jangan samakan Yang Mulia Pangeran Nizam dengan Ayah Hamba. Yang Mulia hanya tidak mencintai Putri Rheina dan bukan menyiksanya. Yang Mulia memenuhi semua kebutuhan lahir Putri Rheina. Yang Mulia Pangeran Nizam sedang menunggu waktu yang tepat untuk melepaskan Putri Rheina tanpa menyakitinya.     

Hamba mohon Yang Mulia Putri Alena, tolong untuk tetap percaya kepada Yang Mulia Pangeran Nizam. Karena ketika hamba pernah menuduhnya bahwa Yang Mulia mempermainkan pernikahannya. Hamba kemudian tersadar sepenuhnya bahwa semua itu tidak benar. " Kata Maya membuat Alena menghentikan tangisannya.     

"Apa Aku bukan orang jahat ? "Kata Alena kepada Maya.     

"Tidak.. bertahanlah Yang Mulia Putri Alena. Hamba dan kerajaan ini berada di tangan Yang Mulia. Jika Yang Mulia sampai pulang ke Indonesia maka Yang Mulia Pangeran Nizam akan kehilangan istri dan si kembar akan kehilangan ibundanya" Kata Maya dengan polos.     

Sampai di sini Alena langsung berdiri dan melangkah ke hadapan Maya. "Apa yang kau katakan ? si kembar akan kehilangan ibundanya ? Bagaimana bisa? Aku tidak akan pernah meninggalkan anak - anakku di sini. Aku akan membawanya ke Indonesia " kata Alena.     

Maya menatap Alena dengan kebingungan, "Yang Mulia apakah Yang Mulia tidak tahu ? Kalau setiap pernikahan dengan anggota keluarga kerajaan terutama putra mahkota maka anak itu akan menjadi milik kerajaan. Dan jika ada perceraian maka anak itu akan tetap tinggal di kerajaan " Kata Maya dengan hati - hati.     

Alena langsung meradang, " Apa maksud dari semua ini? Kegilaan macam apa ini?" Alena berteriak. Hilang sudah kesedihannya berganti dengan amarah. Maya semakin terkesima melihat kemarahan Alena.     

Maya belum pernah melihat Alena marah, Wajahnya selalu penuh senyum dan tawa, semua persoalan Ia anggap ringan. Wajah polos dan matanya yang cemerlang selalu menawan hati setiap orang. Tapi sekarang Maya melihat sisi lain dari Alena. Ia seperti melihat kucing lembut yang berubah jadi macan karena anak - anaknya mau diambil orang lain.     

Dan Maya malah mendapatkan ide agar Alena tidak jadi terpuruk tapi malah bertempur untuk memperjuangkan nasibnya. Sungging licik tercetak dibibirnya yang tipis. Sekarang bukan pertarungan tentang dua orang istri yang akan memperebutkan suami tapi pertarungan seorang ibu yang akan berjuang untuk anaknya. Putri Rheina harus tahu kalau Alena selangkah lebih maju darinya. Walaupun Alena istri kedua tetapi dia sudah memiliki anak.     

"Yang Mulia, ketika menikah dulu apakah pernah menandatangani surat pernyataan tentang penyerahan anak kepada kerajaan seandainya Yang Mulia meninggalkaln kerajaan dan bercerai dengan Yang Mulia Pangeran Nizam ?" Kata Maya sambil mengerling kepada Alena.     

Alena terdiam, Ia mengingat - ngingat sewaktu Ia menikah dengan Nizam. Sebelum akad berlangsung Alena memang menandatangani beberapa berkas tapi waktu itu Nizam mengatakan kalau berkas - berkas itu tidak penting dan hanya fomalitas belaka. Jadi Alena tidak membacanya, apalagi saat itu Ia sedang berbahagia. Tahulah Ia sekarang kalau Nizam telah membodohinya,     

Karena seandainya Alena tahu kalau ada surat pernyataan seperti itu, sampai kapanpun Ia tidak akan pernah menandatanganinya.     

"Si keparat itu sudah membodohiku " Kata Alena mulai mengeluarkan kata - kata kasar kepada Nizam.     

"Kalau begitu, segera Yang Mulia datang ke pangeran Nizam dan selesaikan masalah ini. Jangan diam saja" Kata Maya memprovokasi Alena.     

"Apakah tidak apa - apa, kalau Aku pergi ke ruangan Putri Rheina untuk menyeret Nizam dari sana?" kata Alena dengan khawatir. Lama bersama Nizam, pemikirannya lebih dewasa. Walaupun Ia sangat marah tetapi Ia masih menggunakan akal sehatnya.     

Sangat tidak pantas dilihat dari sudut pandang siapapun, istri kedua menyeret suaminya keluar dari kamar istri pertama. Terlebih istrinya itu sedan dalam kondisi pemulihan.     

" Aku tidak bisa melakukan ini. Ini akan memperburuk kondisi Putri Rheina" Kata Alena ternyata masih merasa kasihan dengan Putri Rheina. Tetapi Maya malah menatap Alena sambil berkata,     

"Ini tentang anak Yang Mulia, Jangan pikirkan orang lain di saat kita akan kehilangan anak kita sendiri" Kata Maya kepada Alena. Dan Alena langsung menganggukan kepalanya.     

"Kau benar sekali ! Aku berjuang untuk anakku. Aku harus meminta penjelasan dari Nizam" Kata Alena sambil melangkah keluar. Dan Maya dengan sigap mengikuti keluar. Ia akan mengawal Alena jangan sampai ada yang berani macam - macam kepadanya     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.