CINTA SEORANG PANGERAN

Menjadi Asisten Alena



Menjadi Asisten Alena

0Maya kemudian menutupi mukanya oleh kedua tangannya dan mulai menangis dengan kuat. Alena segera memeluknya dan mengusap punggungnya. Maya terus menangis hingga pundak Alena basah oleh air matanya.     

"Aku melihat bagaimana ibuku dipukuli dan ditendang.. Yang Mulia itu sangat menyakitkan dan menakutkan. Aku harus bersembunyi di bawah tempat tidur agar tidak terlihat oleh ayahku.     

Yang Mulia.. Ayahku bersikeras meminta ibuku untuk bercerai dengan dia karena Ia tidak bisa menceraikannya langsung. Kakek dan nenek mengancam tidak akan memberikan warisan kepadanya jika Ayah menceraikan ibuku.     

Yang Mulia Aku melihat darah dimana - mana ketika Ayahku menendangi ibuku. Aku melihat Ibuku terjatuh dan kemudian dia menatapku yang sedang ketakutan di kolong tempat tidur. Aku masih ingat tatapan matanya yang begitu sedih. Air matanya tergenang dan kemudian Ia menggapaikan tangannya untuk meraihku tetapi tangan itu tidak pernah sampai kepadaku. Ibuku menghembuskan nafas terakhirnya tepat didepanku.     

Aku sangat terluka Yang Mulia. kau tahu bagaimana kebencianku kepada laki - laki ? Aku sangat membencinya.. Aku sangat membencinya" Kata Maya sambil menangis dengan keras.     

Alena membeku sambil tetap memeluk Maya. Bulu kuduknya berdiri, ini cerita tersedih yang pernah Ia dengar. Melihat Ibu merenggang nyawa karena dipukuli ayah sendiri di depan matanya. Bagaimana ini bisa terjadi ? Ini sangat menyedihkan. Air matanya Alena mulai meleleh dan kemudian turun semakin deras. Dadanya terasa sesak karena kesedihan yang Maya alami.     

Alena bahkan tidak ingin lagi meminta Maya untuk menikahi Amar atau pria manapun. Alena terus menangis hingga dadanya terasa sesak. Arani yang sedang ada di atas ikut berkaca - kaca. Kisah Amar sangat menyedihkan tetapi kisah Maya lebih sangat menyedihkan. Betapa hidup memang terkadang diluar pemikiran manusia.      

Agaknya cerita Maya ini adalah cerita yang sebenarnya terjadi mengapa Maya begitu trauma. Dan Maya memang tidak pernah menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada siapapun termasuk kepada polisi. Maya memendam cerita ini sendirian dan hanya bercerita kepada Alena.      

Setelah tangisan mereka reda kemudian Alena berkata,     

"Atas nama suamiku, Aku sungguh meminta maaf. Kami terlalu pongah dengan bertindak sesuka hati. Tidak ada yang lebih menyakitkan hati ketika kita membuat orang lain menderita.     

Maya, hiduplah sesuai dengan yang kau inginkan. Aku jamin kalau suamiku tidak akan pernah untuk memintamu menikah lagi. Biarlah takdir menuntun hidupmu." Kata Alena sambil mengelus kepala Maya. Umur maya itu jauh diatas umurnya tetapi saat ini Ia ingin menjadi Kakak bagi Maya. Ia ingin melindungi Maya dengan segenap hatinya.     

"Hiduplah disisiku, Maya. Agar Aku bisa menjagamu. Aku akan berusaha untuk melindungimu agar kau tidak menderita lagi. Maya.. izinkan Aku menangis lagi untukmu. Aku sangat sedih mendengar ceritamu" Kata Alena malah kembali menangis. Kali ini Maya malah tidak ingin menangis lagi.     

Ia merasa ganjalan didadanya sudah terlepas, Bersama Alena Ia seperti sudah mentuntaskan kesedihan yang Ia rasakan selama ini. Dan Ia bukan orang yang tidak tahu membalas budi kepada siapapun yang sudah berbuat baik kepadanya.     

"Yang Mulia.. hamba belum pernah bertemu dengan orang sebaik Yang Mulia. Yang Mulia tidak mengenal hamba sebelumnya tetapi mengapa Hamba merasa dekat dengan Yang Mulia. Mengapa Hamba seperti memiliki saudara ? Mengapa Hamba merasa tidak sendirian lagi" Kata Maya sambil memegang tangan Alena dan menciumnya dengan penuh rasa hormat.     

Alena membiarkan tangan kanannya disentuhkan Maya ke keningnya sebagai tanda hormat. "Tinggalkan disisiku, Maya. Hiduplah bersamaku" Kata Alena dengan bersungguh - sungguh. Dan Bagi Maya ajakan Alena ini adalah suatu permintaan untuk menjadi asisten Alena. Alena memang sudah memiliki seorang Asisten tetapi entahlah Alena merasa tidak cocok dengan dirinya.     

Tetapi menjadi Asisten seorang calon ratu tidaklah mudah. Orang itu harus benar - benar dapat dipercaya dan biasanya diambil dari orang - orang yang menjadi pelayan calon raja atau ratu itu sendiri. Tapi Maya bukanlah pelayan Nizam ataupun Alena, Ia termasuk orang luar karena kedudukannya sebagai asisten Pangeran Husen.      

"Hamba sangat bahagia mendengar permintaan Yang Mulia tetapi hamba tidak bisa menjadi asisten Yang Mulia begitu saja " Kata Maya dengan sedih.     

Alena mengerutkan keningnya. Ia tadinya sangat berharap Maya bisa menjadi asistennya. Selama ini Ia hanya ditemani Cynthia dan Bastnah sebagai orang yang terdekat dengannya tetapi Ia tidak memiliki orang yang seperti Arani yang siap bertarung untuk majikannya. Ia ingin maya melindunginya dan Ia melindungi Maya.      

"tetapi mengapa kau tidak bisa. Aku tinggal bilang kepada Yang Mulia Pangeran Nizam dan Ia pasti setuju" Kata Alena.     

Maya menggelengkan kepalanya dengan sedih, "Hamba adalah orang luar. Untuk menjadi asisten itu tidak mudah. Asisten itu tidak bisa diambil dari orang luar dan hamba adalah orang luar bagi Yang Mulia" Kata Maya.     

"Hah ?? Aturan apalagi ini. Sungguh dikerajaan kalian itu banyak aturan yang tidak masuk di akal" Alena meradang dan air matanya sudah berhenti sekarang kesedihannya berubah menjadi kesal karena ketidakpuasannya dengan sistem dalam kerajaan yang kerap kali bentrok dengan daya nalarnya.     

"Hamba hanya bisa menjadi asisten Yang Mulia jika Hamba menjadi orang dalam" Maya berkata dengan sangat perlahan. Mata Alena jadi berbinar seperti menemukan hal baru yang menakjubkan.     

"Bagaimana agar Kau bisa menjadi orang dalam ?" Kata Alena kepada Maya.     

Maya malah menarik nafas dan berkata, " Dengan melalui pernikahan.." Bisik Maya. Dan itu membuat hatinya jadi tidak karuan, muka Maya kembali murung.     

"Tidak Maya, Aku tidak ingin kau melakukan hal yang melukai hatimu. Kau sudah sangat terluka. Aku akan menjagamu walaupun kau tidak ada disisiku sebagai seorang asisten" Kata Alena setelah melihat Maya yang murung kembali.     

Maya menggelengkan kepalanya, "Hamba sangat terkesan dengan perbincangan kita. Yang Mulia banyak membuka hati Hamba. Yang Mulia begitu tulus kepada Hamba. Hamba sudah merasa kelam dengan hidup hamba, tetapi Yang Mulia seperti membawa secercah cahaya dalam hidup Hamba.     

Yang Mulia agar hamba menjadi orang dalam yang ada disekitar Yang Mulia Nizam, Hamba akan bersedia menikah dengan Jendral Amar. Tetapi Hamba ingin mengajukan syarat kepada Jendral Amar. Hamba ingin dia tidak menyentuh Hamba hingga Hamba siap.     

Yang Mulia Pangeran Nizam tadi begitu marah ketika Hamba bersedia menikah dengan Jendral Hamba dengan pembebasan dari hak dan kewajiban. Hamba tahu itu sangat berdosa. Jadi hamba menarik kata - kata hamba yang tadi. Hamba hanya meminta waktu seluas - luasnya agar Hamba dapat mempersiapkan diri hamba sebelum hamba menjadi istrinya seutuhnnya' Kata Maya dengan kebulatan tekadnya.     

"Sungguhkah itu? Kau tidak keberatan menikah dengan Jendral Amar dan kemudian menjadi asistenku?" Kata Alena dengan penuh harap.     

"Ya Hamba bersedia, Hamba tidak keberatan" Kata Maya tegas. Alena seketika memeluk Maya dan mengucapkan terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.