CINTA SEORANG PANGERAN

Mengenang Masa Lalu



Mengenang Masa Lalu

0Nizam menatap Alena dengan penuh kekaguman. Sementara yang ditatapnya malah sibuk memompa ASI. Wajahnya begitu datar ketika membetulkan selang pompa ASI yang tampak sedikit saling terbelit.     

Pesawat baru saja mengudara dan meninggalkan kerajaan Rajna. Dan Nizam begitu bahagia ketika Maya berkata bahwa Ia bersedia dinikahi Amar. Maya sangat tegar setegar batu karang. Entah teknik apa yang digunakan istrinya sampai Maya bisa luluh seperti itu. Dan mengapa akhir - akhir ini Alena seperti mendapatkan kecerdasan yang sangat luar biasa dan sanggup menyelesaikan semua permasalahan yang mereka hadapi.     

"AKu sangat lega akhirnya Maya bersedia menikah dengan Amar dan Amar juga akhirnya bersedia menikah dengan Maya. Ini adalah kebahagiaan yang sangat besar. Alena istriku yang sangat luar biasa, entah apa yang kau katakan pada mereka hingga mereka bisa bersedia untuk menikah" Kata Nizam sambil melemparkan tubuhnya ke atas kasur.      

Alena tampak tidak perduli karena Ia sibuk memompa ASI. Ia sudah sangat merindukan anak - anaknya dan kemungkinan anak - anaknya juga sedang merindukannya sehingga dadanya semakin bengkak dan ASI mengucur dengan deras. Konon katanya pertalian batin antara anak dan ibunya sangat kuat sehingga ketika Anaknya ingin menyusu maka sang Ibu akan merasakan dadanya semakin bengkak karena ingin menyusui.     

Nizam menggulingkan tubuhnya agar mendekati Alena.     

"Maya ini lebih keras dari Amar. Ketika Ia pingsan dan terkulai, Aku langsung tidak tega lagi. Aku give up, Aku menyerah untuk membujuknya " Kata Nizam kepada Alena. Tetapi kemudian Alena menatap Nizam dengan pandangan berkaca - kaca.     

"Nizam.. mengapa Laki - laki itu suka sekali menyakiti hati dan fisik wanita ? Mengapa Laki - laki selalu merasa jadi orang yang paling hebat dan kuat? Mengapa mereka harus selalu menganiaya wanita ? Apakah kami ini mahkluk yang sangat lemah hingga harus selalu diinjak laki - laki?" Alena tiba - tiba merasa sangat marah dengan kaum lelaki.     

Cerita Maya sangat memorable dan menyakiti hatinya dan karena Nizam adalah laki - laki yang tepat ada dihadapannya maka Ia menjadi marah - marah kepada Nizam. Nizam jadi manyun diomeli Alena.     

"Mengapa Kau jadi marah kepadaku ? Bukankah tidak semua laki - laki biadab seperti ayah Maya. Aku sangat baik kepadamu dan sangat memuaskanmu " Kata Nizam tidak terima dijadikan ajang kemarahan Alena terhadap Ayahnya Maya.     

"Memuaskan apa maksudmu?" kata Alena sambil mencabut selang - selang ASI itu dari dadanya. Dan kemudian membereskan botol - botol itu kedalam freezer.     

"Siapa yang suka bersuara keras kalau sedang berada dilangit ketujuh kalau bukan dirimu" Kata Nizam sambil tidur terlentang dan meletakan kedua tangannya di belakang kepalanya. Alena tiba - tiba berlari dan menghantamkan tubuhnya ke tubuh Nizam sampai Nizam bersuara keras karena kaget.     

"Siapa ? siapa yang bersuara keras ? Kau yang paling parah sampai sakit telingaku" Kata Alena sambil membaringkan kepalanya di dada Nizam. Nizam tertawa ketika Alena malah balik mengatainya.     

"Nizam..." Alena tampak berpikir keras.     

"Hmmm... " Nizam mengelus kepala Alena dengan lembut.     

"Dimanakah Ayahnya Maya sekarang? Kalau Ia menikah, siapa yang akan jadi walinya ? Bukankah wali itu adalah ayah kandung?" Kata Alena kepada Nizam.      

"Kalau memang ayahnya tidak diketahui keberadaannya maka Maya akan dinikahkan oleh pamannya. Seingatku Dia memiliki beberapa paman dari pihak ibunya "     

"Kasihan sekali nasib Maya ya.." Kata Alena sambil tiba - tiba menangis kembali mengenang penderitaan Maya.     

"Sebenarnya dia bercerita apa ? Dan mengapa Dia tiba - tiba menyetujui pernikahan ini?" kata Nizam bertanya lagi kepada Alena. Alena kemudian bercerita tentang pengalaman Maya kepada Nizam lengkap dengan permintaan Alena yang menginginkan Maya menjadi asistennya.      

Mata Nizam terbelalak mendengar cerita Alena, Ia sungguh menjadi emosi mendengar cerita Maya dari mulut Alena. Sebenarnya Ia sudah mendengar cerita Maya tadi. Tapi mendengar Alena bercerita kembali. Nizam kembali terbawa emosi bahkan Nizam kemudian menjadi paham mengapa Alena jadi emosi karena siapapun pasti akan emosi mendengar cerita Maya.      

"Aku jadi tahu mengapa Maya sangat trauma. Ini memang sangat menyedihkan Alena. Semoga ke depannya kejadian ini tidak terjadi kembali, semoga suami istri itu bisa saling menghormati, menjaga, saling memahami dan mencintai" Kata Nizam sambil mengecup ubun - ubun kepala istrinya.     

"Nizam jangan pernah kau menyakitiku Aku. Aku sungguh tidak akan tahan kalau menerima hukuman fisik dari mu" Kata Alen dengan wajah serius. Nizam menjadi terenyuh. Di peluknya istrinya dengan erat.     

"Semoga Aku akan selalu menjadi suami yang sangat menyayangimu dari lubuk hati yang terdalam" Kata Nizam dengan sungguh - sungguh.      

"Aku selama ini berpikir kalau semua keluarga itu bahagia seperti keluargaku. Aku anak tunggal tetapi Ibuku mengangkat anak saudara yang kekurangan menjadi adik angkatku. Aku melihat Ayah dan Ibuku saling menyayangi. Kami tidak pernah kekurangan ekonomi. Masa kecilku indah, Masa remaja menyenangkan dan masa dewasa dicintai olehmu " Kata Alena sambil memainkan dada suaminya.     

Nizam jadi sedikit tegang karena tangan Alena yang memelintir dadanya membuat bagian puncak dadanya menjadi ikut tegang.     

"Tidak semua orang bahagia sepertimu. Atau mungkin sebenarnya Alloh juga memberikan kesedihan kepadamu tetapi karena kau memang orangnya tidak pernah memikirkan kesedihan terlalu dalam sehingga yang kau ingat hanya kebahagiaan saja" Kata Nizam sambil menurunkan tangan Alena dari dadanya agar pindah ke daerah lain yang lebih rawan. Dan Alena tanpa sadar menurutinya. Maklum saja Ia kan memang sedang berbicara serius.     

"Aku pernah sangat bersedih Nizam" Kata Alena dengan nada sendu.      

"Benarkah.. kapan itu ?" Nizam membuka kakinya sedikit lebar dan Ia langsung mengerang ketika tangan Alena sudah menyentuhnya dengan teramat lembut.     

"Waktu kau menolak diriku, Aku menangis berhari - hari. Aku sangat sakit hati ketika menyadari bahwa pria yang kusukai menolakku mentah - mentah. Saat itu juga Aku merasa bahwa kecantikkan ternyata tidak ada harganya dimatamu" Kata Alena sambil terus mengelus - ngelus tanpa sadar.     

"Sebenarnya Aku sama sekali tidak pernah mencintaimu karena kecantikanmu Saat itu, Aku melihat saat itu kau seperti fotomodel yang kesasar masuk kampus ekonomi. Kau sangat aneh ketika yang lain mengenakan pakaian serius dan kau muncul dengan stelan pakaian seperti hendak fashion show. Rok pendek, kaos pendek, sepatu tinggi. tas dan semuanya. Kau terselip di antara kami yang berwajah serius dan sederhana.     

Kau membuat para lelaki di kampus kita berkhayal tentang dirimu, Berkhayal kau ada dipelukan kami dan bermimpi mencium bibirnya yang sangat seksi itu. Kau mampu membangkitkan semua hasrat kami yang terpendam jauh di dasar hati. Tetapi sebenarnya bukan itu yang membuatku jatuh cinta.     

Aku suka ketika kau menolak untuk dekat dengan siapapun kecuali dengan Edward. Kau cukup menjaga batasan dalam pergaulan dan kau tidak pernah memanfaatkan para lelaki yang tergila - gila kepadamu. Kau sangat sopan untuk ukuran wanita yang suka pamer aurat. Kau juga lucu dan polos." Kata Nizam, tubuhnya sedikit mengejang Ia merasakan desakan yang sangat kuat dari bawah tubuhnya.     

Nizam sangat menyukai kelembutan tangan Alena pada tubuhnya. Nizam memejamkan matanya yang tajam itu. Mukanya sudah berubah rona.     

"Apakah waktu itu kau mengkhayalkan tentang diriku juga?" Kata Alena kepada Nizam.     

"Aku ini laki - laki normal. Kau seperti setan wanita yang menghembus - hembus agar Aku berbuat dosa. Jadi setiap kali Aku teringat kepadamu maka Aku langsung berpuasa. Kau tahu Aku sering sekali ke perpustakaan ?"     

Alena menganggukan kepalanya, Ia masih sangat ingat ketika waktu istirahat disaat semua ke kantin maka Nizam sering kali ke perpustakaan dan berdiam di sana berjam - jam.     

"Itu karena Aku berpuasa agar Aku tidak terus memikirkanmu.." Kata Nizam     

"Sungguh Aku tidak mengira ternyata kau menyukaiku jauh sebelum Aku menyukaimu " Kata Alena sambil tersenyum.     

"Aku memang mencintaimu dan cinta itu tumbuh semakin besar ketika Kau terkena afrodisiak oleh Goerge.. Hhh.." Nizam semakin keras mengerang. nafasnya sudah tidak beraturan.     

Pembicaraan mereka sebenarnya malah melantur mengenang memori dan Alena tidak pernah menyadari kalau suaminya sedang memanfaatkannya. Ia menurut saja ketika Nizam menuntun tangannya agar bergerak lebih cepat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.