CINTA SEORANG PANGERAN

Saksi Menjadi Tersangka



Saksi Menjadi Tersangka

0Para wartawan sudah mulai bersuara gaduh ketika memasuki aula tempat konferensi pers. Mereka tampak sedikit berdesakan agar bisa memperoleh tempat yang strategis. Para reporter televisi tampak sudah bersiap bahkan ada yang mulai shooting untuk memberitakan acara awal sebelum siaran langsung.     

Terlihat beberapa wartawan dari media luar negeri yang memang penasaran dengan berita pembunuhan yang telah terjadi. Seorang istri dari Pangeran putra Mahkota Kerajaan Azura yang sangat kaya raya diculik oleh ketua Agent biro jasa yang sangat terkenal lalu ditolong oleh putra seorang putra konglomerat yang akhirnya mereka berdua saling membunuh. Bagaimana bisa berita sebegitu heboh tidak tersebar sampai ke luar negeri.     

Mereka sungguh penasaran dengan sosok Alena yang menjadi penyebab beberapa kejadian heboh akhir-akhir ini. Bukankah belum lama ini Sang Pangeran menghajar seorang vokalis band asal Amerika yang baru saja naik daun saat mereka mengadakan pertunjukan di Bali.     

Konon katanya Edward sang vokalis itu juga tergila-gila dengan istri sang pangeran. Sungguh membuat berita terus bergulir bagai bola panas. Berita merembet kemana-mana. Bahkan Sampai ada gosip istri Pangeran yang berasal dari Indonesia itu menggunakan kekuatan mistis untuk menjerat banyak pria tajir disekelilingnya.     

Alena sendiri tidak menyadari apa yang terjadi. Ia tidak tahu kalau berita tentang dirinya tersebar begitu mengerikan di seluruh surat kabar dan media sosial internet. Banyak tudingan negatif yang muncul menuding dirinya. Entah siapa yang menyebarkan berita itu. Bahkan Nizam sendiri tidak menyadarinya. Ia belum terlalu lancar berbahasa Indonesia. Ia hanya tahu beberapa patah kata-kata sederhana.     

Alena sendiri malah sibuk mengunyah banyak makanan. Dan Nizam hanya memandanginya dengan penuh rasa cinta. Bahkan Nizam sesekali memberikan air minum untuk Alena. Tetapi Nizam tetap tidak sampai kehilangan kewaspadaan. Hanya saja Nizam juga sedikit meraba-raba karena Ia memang bukanlah seorang WNI. gerak dan langkahnya sangatlah terbatas.     

"Kamu makan Apa Zam? " Kata Alena sambil mengambil tempe mendoan lalu memakannya dengan rakus. "Aku melihat mu makan saja sudah kenyang. Aku anggap Kau mewakiliku untuk makan hari ini." Kata Nizam sambil bersandar di kursi. Alena cuma sedikit heran tapi Ia tidak banyak bertanya lagi.     

Sebenarnya Nizam sedikit malas untuk makan. Ia masih merasakan bahwa sesuatu akan terjadi lebih buruk dari sekedar mengklarifikasi kejadian kemarin. Ia merasa tidak berdaya menghadapi pertarungan di Indonesia.     

Seandainya kejadiannya di Amerika mungkin Ia masih bisa menghadapi dengan kekuatan penuh. Tujuh tahun berada di Amerika sedikitnya Ia sudah memahami situasi dan kondisi negara itu. Tapi Indonesia adalah negara yang baru saja Ia kenal. Bagaimana kondisi orang-orangnya, pemerintah dan perangkatnya Ia benar-benar tidak terlalu paham. Ia hanya tahu dipermukaan saja dan belum bisa memahami secara mendalam.     

Nizam menatap istrinya dengan penuh rasa iba. Istrinya sedang hamil muda tapi cobaan seakan tidak berhenti menerpanya. Kecantikan yang Ia miliki malah sering kali mencelakainya. Sekarang Alena malah duduk didepannya makan dengan lahap. Alena benar-benar easy going. Sama sekali tidak menyadari bahwa peristiwa besar akan terjadi. Walaupun Nizam juga belum tahu kejadiannya seperti apa yang akan terjadi dan bagaimana menanggulanginya. Ia masih wait and see.     

Dari awal Nizam sudah sangat yakin Hartono ayahnya Andre tidak akan melepaskan Istrinya begitu saja. Siapa yang akan rela anak semata wayangnya tiba-tiba mati dengan konyol hanya gara-gara seorang wanita yang sudah bersuami. Hartono ini pasti akan membalas dendam.     

Ketika AKBP Santosa menghampiri dan menyampaikan pesan bahwa waktunya untuk konferensi pers sudah dimulai. Nizam hanya menganggukkan kepalanya. "Tunggu sebentar, Aku sedang menunggu istriku dulu"     

AKBP Santosa menganggukkan kepalanya penuh rasa maklum. Dan setelah Alena menyelesaikan santap siangnya. Mereka segera menuju Aula tempat konferensi pers berlangsung.     

Nizam mengerutkan keningnya melihat ruangan yang penuh sesak. Matanya segera mencari-cari Arani. Dan ketika dilihatnya Arani sedang berjaga di depan. Nizam menjadi sedikit lega. Wanita itu benar-benar bisa diandalkan. Nizam juga segera mengetahui Ali dan Fuad yang berdiri di samping kanan meja konferensi pers. sedangkan empat penjaga lainnya berbaur dengan para wartawan. Untungnya ada beberapa warga asing yang turut hadir pada konferensi pers sehingga kehadiran empat tambahan orang asing dari Azura tidak terlalu kelihatan mencolok.     

Sebenarnya para penjaga dari Azura itu hanya bertindak sebatas melindungi Nizam dan Alena. Mereka juga tidak bisa bertindak diluar hukum yang berlaku di Indonesia. Tetapi jelas mereka akan siap pasang badan untuk melindungi pewaris tahta nomor satu dinegaranya. Sumpah untuk selalu siap mengorbankan nyawa demi melindungi hidup sang pangeran adalah sumpah pertama yang diucapkan ketika mereka berhasil lulus tes menjadi penjaga Nizam.     

AKBP Santosa sendiri bjuga tidak berani bertindak gegabah menghadapi kasus Alena. Setelah mempelajari kasusnya secara langsung dengan Alena dan Nizam Ia cenderung untuk bertindak memihak Nizam. Apalagi ini tentang menjaga hubungan diplomatik diantara dua negara.     

Setahu AKBP Santosa ada perjanjian bilateral yang meliputi ekspor impor minyak, Pendirian hotel-hotel mewah dan investasi lainnya yang tentunya memberikan kontribusi keuntungan secara signifikan terhadap neraca perdagangan Indonesia. Jikalau Ia tidak hati-hati maka bisa saja karena kasus yang sebenarnya tidak penting ini akan merugikan banyak pihak.     

Mengapa tidak penting? Karena kasus yang terjadi sekarang penyebabnya hanya karena seorang wanita. Selama ini kasus kriminal yang melibatkan antara dua atau tiga negara Asing selalu dilatarbelakangi oleh kasus narkoba. Baru sekarang kasus terjadi karena perebutan seorang wanita yang kemudian merembet menjadi kasus pembunuhan. Dimana pelaku dan korban dua-duanya sudah tewas. Sedangkan saksi penting sekaligus korban penculikan malah telah bergeser menjadi kasus tersangka.     

Berita yang tersebar malah menjadikan suasana semakin panas. Tundingan negatif pada Alena seakan dihembuskan oleh pihak lawan untuk memberikan opini kepada masyarakat bahwa Andre hanyalah korban dan Alena adalah tersangka utama. AKBP Santosa berpikir keras agar kasus ini bisa diselesaikan dan dimenangkan oleh Alena dan Nizam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.