CINTA SEORANG PANGERAN

Hadiah Kalung dari Pangeran Abbash



Hadiah Kalung dari Pangeran Abbash

0Alena yang merasa roknya ketarik - tarik menoleh ke arah Nizam dan Ia mengerutkan kening melihat Nizam memegang kain roknya dari samping.     

"Kenapa Kamu?" Kata Alena sambil menatap wajah Nizam. Nizam jadi cengengesan lalu Ia menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau Alena tahu kalau Ia menggosokan punggung tangannya ke kain rok Alena. Nizam tidak mau dianggap jorok oleh Alena.     

"Tidak apa - apa, Eeh.. ayo kita cepat pergi dari sini. Aku sudah tidak tahan" Bisik Nizam kepada Alena.     

"Tidak tahan apa lagi? Jangan gila kamu ya!" Alena melotot sambil balas berbisik.     

"Jangan gila apa Alena? Kau jangan begitu buas" Kata Nizam sambil nyengir, kemarin malam Ia sudah membuat Alena terkapar kelelahan dan sebenarnya malam ini Ia tidak ingin mengganggu Alena tetapi tarian tadi membuat Ia merasakan sentuhan kulit Alena yang basah ke kulitnya dan Ia mencium aroma tubuh Alena yang memabukan sehingga jiwa kelaki - lakiannya menjadi terpanggil.     

"Kau yang buas.. tidak pernah puas.."     

"Ah kamu juga seperti itu" Kata Nizam sambil mencibirkan wajahnya seperti perempuan nyinyir. Sekarang Alena yang tersipu - sipu, dicubitnya pingang Nizam. Nizam mengerucutkan bibirnya menahan sakit karena cubitan Alena.     

"Ayo Alena.." Kata Nizam sambil hendak menuntun Alena tetapi kemudian Ia mendengar ada suara di belakangnya.     

"Yang Mulia, hamba belum mengucapkan selamat tetapi Yang Mulia sudah hendak pergi" Kata Putri Mira sambil melangkah mendekati Nizam dan Alena dengan langkahnya yang gemulai.     

Alena menatap Putri Mira tetapi Putri Mira sama sekali tidak  memandangnya. Putri Mira malah mengulurkan tangannya ke arah Nizam. Nizam mengangkat alisnya sambil menyentuhkan telunjuknya ke hidungnya yang mancung.     

"Kemana saja, Kau tadi? Apakah kau sengaja menunggu semua putri kembali ke tempat duduknya baru mengucapkan selamat agar menjadi pusat perhatian?" Kata Nizam dengan dingin. Ia malah menarik Alena ke sisinya dan menggenggam tangannya dengan erat.     

Putri Mira melihat bagaimana Nizam memegang dengan erat tangan Alena. Nizam benar - benar sangat over protective kepada Alena dan ini menjadikan Ia kesulitan untuk mencelakai Alena di istana kerajaan Azura.     

Putri Mira belum menjawab pertanyaan Nizam, Ia malah terus mengulurkan tangannya hendak mengambil tangan Nizam. Nizam mendengus dengan kesal, Ia sudah melap tangannya tadi ke rok Alena untuk menghilangkan jejak ciuman para putri sekarang Putri Mira hendak mencium punggungnya tangan lagi. Tentu saja Nizam tidak ingin itu terjadi maka Ia segera berkata,     

"Jangan merendahkan dirimu, Putri Mira yang begitu mulia, Kau tadi sudah mencium tanganku jadi tidak usah kau ulangi. Aku tidak mau ada berita tersebar ke kerajaanmu kalau Aku gila hormat" Kata Nizam sambil tersenyum membuat muka Putri Mira jadi merah padam karena malu.     

Putri Mira menengok ke arah putri lain yang sekarang mereka sedang memandangnya dengan penuh rasa kasihan. Nizam sukses mempermalukannya di depan orang banyak. Tiba - tiba rasa cintanya berubah menjadi dendam. Dengan gigi gemeretak Putri Mira menjawab,     

"Bagaimana mungkin itu disebut sebagai suatu yang gila hormat jika suami menerima penghormatan dari istrinya berulang kali"     

"Kau memang benar tetapi kau harus ingat kalau kita baru menikah secara adat dan kerajaan belum secara agama" Bisik Nizam perlahan. Suara Nizam yang lembut tapi dingin itu berhasil memukul Putri Mira dengan telak. Putri Mira tidak berani berkata - kata lagi selain menyabarkan diri menunggu pelayan yang akan memberikannya hadiah seperti rencana dari Putri Nadia.     

Dan untungnya tidak lama kemudian Ia melihat seorang pelayan menghampirinya dan kemudian membungkukkan badannya. Nizam melihat ke arah pelayan itu dengan tajam. Ketidak sopanan apa ini ? Sejak kapan pelayan kelas rendahan berani melanggar etika dengan menghampiri Nizam secara langsung?     

"Ampuni Hamba yang Mulia. Tetapi ada seseoarang yang menitipkan hadiah dari kakak Yang mulia Putri Mira  yaitu Pangeran Abbash untuk ulang tahun Putri Mira yang sudah terlewat." Kata Pelayan itu sambil memberikan sebuah kotak perhiasan dan semua orang tampak memandang mereka dengan antusias.      

Putri Mira tampak tersenyum senang, "Bagaimana mungkin Kakakku Pangeran Abbash melupakan hari ulangku yang tidak terlalu jauh jaraknya dari ulang tahun Yang Mulia Ibunda ratu Sabrina." Kata Putri Mira sambil mengulurkan tangannya tetapi ketika si pelayan itu sudah meletakan kotak itu ke tangan Putri Mira, Putri Mira malah membuka tangannya sehingga kotak itu langsung meluncur terjatuh ke lantai dengan suara yang ditimbulkan sangat nyaring.     

Kotak itu terbuka dan isinya terlihat dengan jelas apalagi ketika Putri Mira dengan pura - pura gugup mengambil isi dari kotak itu dan mengangkatnya agar semua orang dapat melihat dengan jelas.     

"Kalung apa ini? Mengapa sangat indah?" Kata Putri Mira dengan riang, seakan - akan Ia memang sedang bahagia mendapatkan hadiah kalung dari kakaknya.     

Nizam semakin erat mencekal tangan Alena, saking eratnya sebenarnya itu menimbulkan rasa yang sakit tetapi rasa sakit itu teredam oleh rasa kaget yang muncul memenuhi perasaanya. Secara refleks Alena meraba kalung yang masih menempel di lehernya.     

Alena berharap kalau kalung yang di pegang oleh Putri Mira adalah kalungnya yang terjatuh sewaktu Ia menari. Tetapi harapan Alena pupus ketika tangannya menemukan kalung itu masih menempel erat di lehernya.     

Yang paling bereaksi cepat tentu saja Ratu Sabrina dan para ratu yang lainnya mengingat kalau para putri tidak tahu menahu apa yang terjadi dan mereka baru menyadari kalau kalung yang dipegang Putri Mira sama persis dengan kalung yang dikenakan Alena. Setelah Ratu Sabrina mengambil kalung itu dari tangan Putri Mira.     

"Apa maksud dari semua ini? Sejak kapan kalung warisan leluhur menjadi ada dua? Mana yang asli? Lelucon apa ini? Ini sungguh bukan hal yang lucu." kata Ratu Sabrina dengan geram. Ia mendekati Alena yang sekarang berdiri menggigil di samping Nizam yang masih menggenggamnya dengan erat.     

Secara naluriah, Nizam mengyingkirkan Alena ke belakang tubuhnya seakan melindunginya dari amarah ibudanya sendiri.     

"Katakan kepadaku, Yang Mulia! Ada apa ini sebenarnya?" Kata Ratu Sabrina dan Nizam masih terdiam ketika tiba - tiba Putri Nadia berkata setelah sebelumnya memberikan hormat.     

"Ampuni kami, Ibunda Yang Mulia. Tetapi hamba sebagai sahabatnya Putri Mira,  memohon pengampunan untuk Putri Mira. Menurut Hamba kemungkinan Putri Mira dijadikan umpan oleh kakaknya sendiri." Kata Putri Nadia sambil menghampiri Putri Mira dan memegang tangannya seakan Ia ingin menunjukkan kalau Ia begitu perduli kepada Putri Mira.     

Semua mata sekarang menuju ke arah Putri Mira. Suara bisikan terdengar dimana - mana dan menghasilkan gemuruh yang hebat. Wajah kaget, panik, ketakutan sekaligus penasaran tampak terbayang dari semua wajah yang ada di Aula. Kecuali Arani tentunya. Arani malah hanya berdiri dan menyender pada tiang Aula sambil menonton segala macam kebodohan yang ada didepannya. Dan ketika Nizam menoleh ke arahnya. Arani hanya menaikan alisnya dengan gaya yang elegan.     

"Umpan apa maksudmu? Jelaskan kepadaku atau Aku akan mencambukmu sampai kau tidak bisa berteriak lagi!" Kata Ratu Sabrina.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.