CINTA SEORANG PANGERAN

Bukan Orang yang Bodoh



Bukan Orang yang Bodoh

0Seorang putri yang memakai pakaian merah berbisik kepada temannya, "Kalau benar yang dikatakan oleh Putri Nadia berarti Aku yakin kalau Pangeran Abbash ingin mencari perhatian semua orang yang disini dengan memberikan kalung itu kepada adiknya di tengah pesta ulang tahun Ratu Sabrina"     

"Kau benar, apa kau memikirkan hal yang sama denganku kalau dengan pemberian kalung itu seakan - akan Pangeran Abbash ingin pengakuan dari semua orang kalau Putri Alena memang mencintainya" Kata Putri yang berambut kecoklatan itu berkata.     

Dari sudut sebelah kanan juga mulut para putri itu tidak henti - hentinya berbisik - bisik. Mereka tidak tahan untuk tidak mengeluarkan argumennya tentang kejadian ini. Seorang putri yang mengenakan hiasan bulu merak lalu berbisik,     

"Aku heran, mengapa kalungnya ada dua? Setahuku kalung warisan leluhur itu hanya satu."     

"Pakai otakmu dengan cerdas! Kalau kalung itu ada berarti ada satu yang palsu. Nah yang jadi masalah adalah yang mana yang asli dan yang mana yang palsu" Kata putri yang mengenakan gaun hijau. Dari belakang ada yang menimpali,     

"Entah mengapa Aku yakin kalau kalung yang dikenakan Putri Alena adalah yang palsu" kata putri yang mengenakan gaun hijau. Serentak dua putri yang ada di depannya menoleh ke belakang. Salah seorang menempelkan telunjuknya ke putri itu.     

"Jaga mulutmu! Berani benar kau berkata seperti itu. Kau masih ingin nyawamu selamat." Katanya sambil melotot. Putri yang berkomentar tadi menepiskan telunjuk itu dari bibirnya.     

"Aish.. kau  ini memang ketinggalan berita. Apa kau pernah mendengar gosip kalau ada seseorang yang mengatakan kalung yang ada diputri Alena itu palsu pada sidang para tetua"      

"Lalu.. bagaimana?" Kedua putri itu jadi antusias. Berita di sidang para tetua itu disembunyikan oleh para tetua karena dianggap aib tetapi tetap saja ada berita yang tersebar keluar. Berita di sebarkan dari para pelayan yang sengaja ada yang menguping.     

"Konon yang berbicara adalah si pembuat kalung palsu itu, Ia bersaksi dengan menantang bahwa kalung itu palsu dan siap dibuktikan kepalsuannya"     

"Waduuh... mengerikan. Terus bagaimana?"     

"Tetapi entah bagaimana kalau pembuktian itu tidak dilakukan malah si pembuat kalung itu mati di bunuh Jendral Arani"     

"Ya.. ampun, makhluk mengerikan itu. Mengapa ada wanita seperti di muka bumi ini? Seumur hidupku Aku tidak pernah ingin berpapasan dengan Jendral Arani. Menurutku dia lebih mengerikan dari Pangeran Nizam"     

Para putri itu terus berbisik - bisk membuat telinga Ratu Sabrina terasa sangat panas. Dan Ia juga bukan Ratu bodoh yang tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh para putri itu maka Dia lalu mengangkat tangannya. Menyuruh semua putri untuk diam. Ia kemudian menarik tangan Alena dari pegangan Nizam.     

Nizam tentu saja tidak melepaskan pegangannya, Ia malah menatap Ibunya dengan tatapan yang sangat tenang.     

"Lepaskan pegangan tanganmu! Kau tidak boleh melindungi istri yang bersalah" Kata Ratu Sabrina kepada Nizam dengan tajam.     

"Ibunda memang benar, Hamba tidak boleh melindungi istri yang bersalah tetapi yang jadi masalahnya adalah istriku tidak bersalah jadi Ibunda tidak boleh menyakitinya"     

"Siapa yang akan menyakitinya? Kau sungguh seperti orang yang sudah tersihir olehnya. Entah sihir apa yang telah kau berikan kepada anakku" Kata Ratu Sabrina kepada Alena. Alena sangat pucat. Sebelah tangannya di pegang Nizam dan sebelah tangannya di pegang oleh Ratu Sabrina. Tergagap Ia berkata,     

"A..Aku tidak memakai sihir apapun. Tetapi Aku memang tidak bersalah" Kata Alena dan itu malah membuat Ratu Sabrina marah.     

"DIAM! Kau tidak berhak bicara! Semenjak kau datang ke istana ini banyak masalah yang sudah kau timbulkan" Ratu Sabrina berkata sambil melepaskan pegangannya karena Nizam menarik tangan Alena ke sampingnya.     

Ratu Sabrina hari ini benar - benar merasa kehilangan muka karena tingka laku Nizam. Kemarin - kemarin Dia masih melihat Nizam bersikap hormat kepadanya tetapi hari ini Ia tahu kalau Nizam sudah kehilangan rasa hormatnya kepadanya. Nizam bukannya melepaskan pegangan tangannya ke tangan Alena ketika Ibunya memegang tangan Alena tetapi malah semakin kuat pegangannya dan membuat Ratu Sabrina mengalah untuk melepaskan pegangannya.     

Ratu Sabrina tentu saja tidak ingin para putri melihat adegan konyol dimana Ia dan putranya sendiri tarik menarik tangan Alena. Begitu pegangan Ratu Sabrina terlepas maka Alena jadi tersentak ke pelukan Nizam dan Nizam tentu saja dengan suka cita memeluk Alena. Saat ini saatnya Ia memberitahukan kepada semua putri bahwa Ia hanya menginginkan Alena saja dan tidak yang lainnya.     

"Ibunda, tolong untuk tidak berbicara hal yang mungkin akan mempermalukan ibunda sendiri. Sebaiknya ibunda tanya kepada Putri Nadia apa maksud dari perkataan Putri Nadia? Jangan biarkan dia membuat kita berteka - teki seperti ini. Dia adalah orang yang misterius karena bagi Ananda sungguh mengherankan. Dia tahu banyak persoalan tentang pangeran Abbash sementara Putri Mira sendiri sepertinya tidak tahu apa - apa." Kata Nizam membuat Putri Nadia jadi pucat pasi. Ia segera berlutut dan menyentuhkan keningnya ke lantai.     

"Tentu tidak seperti itu Yang  Mulia. Hamba hanya kebetulan mendengar dari pelayan dan utusan Pangeran Abbash"     

"Setahuku Pangeran Abbash sangat menyayangi adiknya. Ia tahu kalau permasalahan seperti ini akan mencelakakan adiknya sendiri. Untuk apa dia menginginkan suatu pengakuan yang tidak jelas.     

Apa sebenarnya kau ingin menuduh kalau kalung yang dipakai istriku ini palsu dan kalung yang ada ditangan putri Mira adalah yang asli? Kau ingin mengumunkan kepada semua orang kalau istriku sudah berselingkuh dengan Pangeran Abbash dengan memberikan kalung itu kepada Pangeran Abbash sebagai bukti bahwa istriku mencintai Pangeran Abbash.     

Kau pikir apa Pangeran Abbash sebodoh itu? Kau tahu kalau ini benar maka akan memicu perang diantara dua kerajaan. Apa dia pikir Aku hanya akan diam saja jika benar dia berselingkuh dengan istriku.     

Demi Tuhan Ibunda, Aku bukanlah orang bodoh yang tidak akan pernah tahu apakah istriku berselingkuh atau tidak. Dan Aku tidak akan pernah tinggal diam jika itu memang terjadi. Aku akan membunuh Pangeran Abbash dengan tanganku sendiri. " Kata Nizam kepada Ibunya tetapi walaupun bicaranya ditujukan untuk ibunya, Nizam tetap mempelihatkan gesture tubuh yang menunjukkan kalau perkataannya itu harus di dengar oleh semua putri yang sedari tadi berbisik - bisik mencemooh Alena yang berselingkuh dengan Pangeran Abbash.     

Hati Ratu Sabrina sedikit melemah mendengar perkataan Nizam. Apa yang diucapkan oleh anaknya itu benar. Nizam dan Pangeran Abbash sungguh bukan orang bodoh. Secara logika tidak mungkin Pangeran Abbash akan melakukan hal sekonyol itu mengingat kalau akhir - akhir ini hubungan mereka cukup dekat mengingat Lila istrinya Pangeran Abbash adalah teman dari Alena. Tetapi Ratu Sabrina tetap ingin masalah ini tuntas semuanya.     

Para putri itu harus tahu permasalahannya seperti apa. Mereka tidak boleh meragukan Alena yang saat ini adalah calon Ratu Azura terkuat berselingkuh dengan laki - laki lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.