CINTA SEORANG PANGERAN

Mari Kita Padamkan Lampu



Mari Kita Padamkan Lampu

0"Aku tahu tentang hal itu, Ibunda meminta maaf jika Ibunda terlalu emosi. Hanya saja kami membutuhkan kepastian dari kenyataan yang ada di hadapan kami. Ibunda dan para putri ingin tahu yang manakah kalung yang asli? Apakah yang dipakai oleh istrimu atau yang ada di tangan Putri Mira.     

Dan jika memang ternyata kalung yang ada ditangan Putri Mira adalah yang asli maka Yang Mulia  anda tidak bisa mengingkari kenyataan kalau Kami mempertanyakan mengapa Putri Alena mengenakan kalung palsu? Apa tujuannya? Dan mengapa kalung itu berada ditangan Pangeran Abbash ?" kata Ratu Sabrina kepada Nizam.      

Putri Nadia menahan nafasnya dan berdoa semoga memang benar yang ada ditangan Putri Mira adalah yang asli karena hal ini jelas akan membuktikan kalau Alena memang sudah jelas - jelas berselingkuh.      

Putri Nadia masih ingat ketika tiba - tiba seorang pelayan menyuruhnya keluar dari harem untuk berbicara dengan seseorang. Putri Nadia tidak tahu siapa itu, tetapi yang memintanya adalah Hatice sendiri. Hatice kepala harem dan itu kemudian membuat Ia tahu kalau yang memintanya adalah orang yang memiliki kedudukan tinggi.     

Putri Nadia kemudian keluar dari harem. Ia tidak tahu mengapa orang itu bisa mengenal dirinya. Tidak semua orang tahu kondisi harem kecuali orang itu memang memiliki mata - mata di dalam haremnya dan jika mata - matanya Hatice berarti orang itu sungguh memiliki kedudukan tinggi. Hatice adalah macan-nya di dalam harem. Dan tentu saja tidak semua orang bisa memelihara macan, hanya orang - orang yang memiliki kedudukan tinggi yang bisa menjadi Hatice mata - mata.     

Hatice juga orang yang berada di belakang Putri Rheina dan selalu membela Putri Rheina. Putri Nadia juga tahu bagaimana Hatice membantu Putri Rheina ketika  Ia hendak memberikan obat sakit perut ke gudeg yang akan dimakan oleh Alena. Tetapi tetap saja kepintaran Hatice kalah oleh kepintarannya.     

Seandainya kemarin Putri Kumari tidak bersikap sok pahlawan tentu Alena sudah mati sekarang. Putri Nadia keluar dari harem dan Ia sangat terkejut ketika Ia mengetahui kalau yang memanggilnya adalah Perdana Menteri Salman.     

Dan Ia begitu terkejut ketika Perdana Mentri memintanya untuk membuktikan kalau kalung yang dipakai Putri Alena adalah kalung palsu. Ia juga diberitahukan caranya seperti apa. Putri Nadia yang sangat cerdas langsung dapat menangkap rencana Perdana Mentri dengan jelas. Dan Ia tidak ada alasan untuk menolak karena Ia sendiri memang ingin menyingkirkan Alena lebih dari siapapun.     

Apalagi kemudian Perdana Menteri menjanjikan kalau Ia akan diberikan kedudukan tinggi di dalam harem dan wewenang jika Ia berhasil menyingkirkan Alena dari dalam harem. Ia akan menjadi ratu pendamping Putri Rheina.     

Walaupun Putri Nadia sangat membenci Putri Rheina juga, tapi kecerdasannya tidak akan memperlihatkan kebenciannya itu kepada Perdana Menteri. Bukankah sungguh konyol jika Ia mengatakan tidak ingin mengikuti perintah Perdana Menteri hanya karena membenci anaknya.     

Bagi Putri Nadia yang penting Ia bisa menyingkirkan Alena saja dulu baru kemudian Ia akan menyingkirkan Putri Rheina bila perlu dengan ayahnya sekalian. Putri Nadia tidak mengira kalau Perdana Menteri bisa memiliki kalung asli yang sekarang dipakai Alena. Ia juga tidak tahu kalau Nizam sampai membuatkan kalung palsu untuk menyelamatkan istrinya. Hal ini semakin menimbulkan kebencian kepada Alena.     

Sekarang Ia berdiri di depan para penghuni Harem dan siap untuk menyingkirkan Alena. Ia percaya kalau Perdana Menteri itu tidak akan pernah membohonginya karena Ia akan bersumpah untuk membeberkan semuanya jika sampai nyawanya terancam. Putri Nadia lalu menegarkan dirinya ketika Nizam meliriknya dengan sangat tajam sambil berkata,     

"Ibunda ini sangat aneh. Putri Nadia yang banyak berkata - kata dan tahu persoalannya dengan jelas. Mengapa yang ditanya oleh Ibunda adalah Ananda? Darimana Ananda tahu kalau kalung itu ada dua. Setahu Ananda kalung yang ada di leher Putri Alena ini adalah kalung dari pemberian Almarhum Nenek.     

Jadi Ibunda silahkan Ibunda bertanya kepada Putri Nadia. Ibunda sungguh salah alamat jika bertanya kepada Ananda sebaiknya Ibunda tanya langsung kepada dia, mengapa ada dua kalung yang sama persis" Kata Nizam dengan sangat sinis.     

Putri Nadia malah menggelengkan kepalanya,     

"Hamba tidak berani, Yang Mulia. Ampuni Hamba" Kata Putri Nadia.     

"Kau tidak perlu berpura - pura seperti itu. Bagiku, kau adalah putri yang paling pemberani dengan mengungkapkan semua ini. Walaupun Aku tidak mengerti mengapa kalung itu ada dua tetapi Aku yakin jika kau berhasil membuktikan kalung yang dipakai oleh Putri Alena ini palsu maka kau akan bertaburkan banyak pujian dari Ibunda.     

Jadi kau tidak usah takut untuk berkata - kata. Lagipula bukankah Ibundaku sudah berjanji akan mengampuni nyawamu."     

"Tetapi Hamba..." Putri Nadia sungguh membuat Nizam geram karena berbelit - belit. Badannya jadi gemetar. Ia sudah sangat ingin menendang Putri Nadia tetapi kemudian Ia menoleh ke arah Arani. Arani menggelengkan kepalanya. Amarah Nizam kembali turun. Ia lalu berkata kepada Putri Nadia.     

"Aku sungguh membenci jika ada orang yang berani membuat masalah tetapi tidak ada niat untuk menyelesaikan masalah itu. Kau sungguh sangat membuat Aku marah jika Kau tadi berani berkata - kata tetapi sekarang kau tidak mau berbicara. Aku tidak ingin sampai menurunkan tangan setelah Ibunda tadi menamparmu" Kata Nizam dengan suara naik.     

Semua Putri sekarang benar - benar terdiam ketakutan. Mereka belum pernah melihat Nizam begitu geram seperti sekarang. Bahkan Putri Mira yang berdiri disamping Putri Nadia mengigil ketakutan. Mukanya pucat, Ia sungguh tidak menyangka kalau Putri Nadia benar - benar sudah gila seperti ini.     

"Hamba akan mengatakan semuanya" kata Putri Nadia akhirnya berkata setelah Ia melihat kalau Nizam terlihat semakin marah dan tangannya sudah mengepal seakan ingin memukulnya.     

"Katakanlah! Tidak usah terus berbelit - belit" Kata Nizam lagi.     

"Di antara kalung ini ada kalung palsu. Hamba mendengar kalau kalung yang asli akan mengeluarkan cahaya kemerahan di dalam kegelapan sedangkan yang palsu tentu saja tidak akan bisa mengeluarkan cahaya itu.     

Jadi untuk membuktikannya mari kita padamkan lampu agar kita bisa melihat kalung mana yang bercahaya. Apakah kalung di tangan Yang Mulia Ratu Sabrina atau yang berada di leher Putri Alena" Kata Putri Nadia.     

Ratu Sabrina membelalakkan matanya. Ia sungguh tidak tahu kalau kalung itu bisa memancarkan cahaya seperti itu. Dari mana Putri Nadia tahu padahal dia sendiri tidak tahu. Perdana Menteri tidak pernah membicarakan hal ini kepadanya. Ia lalu menoleh ke arah Nizam.     

"Apakah Yang Mulia tahu tentang hal ini?" kata Ratu Sabrina. Nizam malah berkata seperti orang kebingungan.     

"Ananda tidak tahu yang Mulia. Tetapi memang ada yang mengatakan hal itu sewaktu rapat tetua. Tetapi tidak ada salahnya kita coba. Mari kita padamkan lampu jika memang seperti itu kebenarannya"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.