CINTA SEORANG PANGERAN

Berikan Aku Selembar Kertas



Berikan Aku Selembar Kertas

0Putri Nadia merintih sendirian di dalam kamarnya. Tidak ada satupun putri yang berani menemaninya. Semuanya takut teseret kasus Putri Nadia yang mencoba menipu Ratu Sabrina. Putri Nadia hanya bersama para pelayan dan di rawat oleh dokter harem.      

Putri Nadia masih beruntung ada asisten yang menaminya. Pelayan yang berusaha tiga puluh tahun itu tampak menangis sambil mengipas - ngipas punggung Putri Nadia yang penuh luka karena cambukan dari Ratu Sabrina. Ketegasan Ratu Sabrina dalam memberikan hukuman memang sudah bukan hal yang aneh.     

Jangankan Putri Nadia, anaknya sendiri kalau menurutnya salah maka harus dihukum juga. Putri Nadia menangisi nasibnya yang sedang sial. Ia mungkin terkena karma perbuatan jahat yang sudah Ia lakukan. Gara - gara dirinya Putri Kumari jadi meninggal dan Putri Rheina masuk ke dalam penjara.     

Ia juga berulang kali mencelakai Alena tetapi Alena selalu berhasil lolos. Tadinya Putri Nadia sudah merasa sangat yakin kalau rencana dari Perdana Menteri Salman itu akan berhasil. Ia penuh percaya diri dan merasa tidak mungkin Perdana Menteri sialan itu bisa melakukan kesalahan fatal.     

Atau mungkin Perdana Menteri Salman sengaja hendak menjebaknya dengan memberikan kalung palsu. Apa mungkin Perdana Menteri Salman itu sudah tahu kalau Ia yang mencelakai Putri Rheina hingga Ia masuk penjara sehingga kemudian Perdana menteri Salman balas dendam. Kalau seandainya memang benar maka tunggu saja Ia akan seret perdana menteri itu ke dalam masalah yang sedang Ia hadapi.     

Putri Nadia akan berbicara terus terang kalau yang memberikan kalung itu dan menyuruhnya berbohong itu adalah Perdana menteri salman sehingga kalaupun Ia celaka maka semua yang terlibat harus celaka juga. Termasuk Putri Mira yang benar -benar tidak setia kawan.     

Putri Mira hanya ingin memanfaatkannya dan ketika Ia tertimpa masalah boro - boro putri Mira itu membantu. Putri Mira malah pergi meninggalkannya dan tidak menengoknya ke dalam kamar Putri Nadia.     

"Aku telah salah langkah. Aku pikir si perdana menteri sialan itu benar - benar memiliki kalung yang asli dan menjebak Putri Alena tetapi siapa sangka kalung itu malah palsu.     

Aku pasti akan mati. Tapi Aku tidak ingin mati sendiri. Aku harus menyeret perdana menteri itu ke dalam jurang kematian bersama diriku. Aku yakin kalau Pangeran Nizam dan Ratu Sabrina tahu permasalahan ini maka perdana menteri itu akan dipecat dan kemudian akan dihukum.     

Besok atau lusa ketika Ia diinterogasi maka Ia akan berbicara terus terang termasuk mengatakan kalau sebenarnya Ia yang meracuni gudeg itu agar Putri Alena mati setelah memakannya.     

Putri Nadia sudah tidak memiliki harapan untuk selamat tetapi setidaknya Ia bisa menyeret perdana menteri sialan itu untuk mati bersamanya bila perlu dengan Putri Mira sekalian.     

"Aduh.. pelan - pelan jangan kasar. Ini sangat sakit," kata Putri Nadia sambil memekik ketika asistennya itu mengoleskan obat luka luar sedikit keras.     

"Maaf Tuan Putri. Ini memang banyak luka yang berdarah sehingga pasti Yang Mulia pasti merasakan perih. Apalagi lukanya begitu banyak. Mengapa kita tidak pulang saja ke Persia. Disini yang mulia hanya disia - siakan saja."     

"Pulang? Bagaimana mungkin Aku bisa pulang. Dibiarkan hidup saja sudah suatu keberuntungan. Kau tahu kalau Aku baru saja melakukan kesalahan besar," kata Putri Nadia sambil meneteskan air mata.     

Sungguh saat ini Ia menyesal telah melakukan kejahatan yang malah berbalik mencelakainya. Ambisinya untuk menjadi ratu dan mengalahkan putri yang lain di dalam harem membuat Ia sekarang terbenam kedalam kubangan lumpur yang sudah Ia ciptakan sendiri. Hanya nasib baik dan pertolongan Tuhan yang dapat menyelamatkannya.     

"Tetapi mengapa Tuanku? Apa yang sebenarnya Tuan Putri lakukan sampai dicambuk begini kejam,"     

"Aku sudah melakukan kesalahan besar yang tidak terampuni. Ini semua gara - gara di si perdana menteri sialan itu. Seharusnya dari awal Aku tidak usah mempercayainya. Ia selalu mengatakan kalau Ia akan menyingkirkan Putri Alena dan strategi ini akan berhasil karena kalung yang dikenakan Putri Alena palsu dan yang ada ditangannya adalah yang asli. " Putri Nadia mengeluh kepada asistennya. Rasa perih dipunggungnya tidak sebanding denga rasa perih di hatinya.     

Putri Nadia mengeratkan giginya untuk meredam suara tangisannya. Ia sudah berusaha keras sejauh ini tetapi rencananya selalu gagal. Ia seharusnya tidak berada disini, Ia seharusnya pulang ke kerajaannya. Sekarang semua sudah terlambat. Sebelah kakinya sekarang sudah berada di dalam jurang dan Ia bersumpah akan menyeret Putri Mira dan Perdana Menteri itu ke dalam jurang bersamanya.     

Asistennya tiba - tiba menangis di sisi Putri Nadia yang merintih terus menerus. Melihat luka yang dialami Putri Nadia kemungkinan Ratu Sabrina mencambuknya dengan sangat kuat. Ia tidak pergi ke aula karena para pelayan tidak boleh masuk ke dalam Aula sewaktu para putri itu menari kecuali para pelayan yang menyikan makanan. Itu juga para pelayan senior yang benar - benar dapat dipercaya.     

Satu - satunya asisten yang boleh masuk hanyalah Arani. Asistennya Nizam yang selalu ada di sisi Nizam. Jadi Asisten putri Nadia tidak tahu kejadian yang sebenarnya seperti apa.     

Putri Nadia terlalu berani melakukan hal - hal berbahaya. Ia tidak seperti Putri Mira yang berhati - hati dengan segala tindakannya. yang pandai menipu orang dengan penampilannya. Putri Nadia lebih berani mempertunjukkan ketidak sukaannya terhadap sesuatu bahkan berani menentang Ratu Sabrina dan Putri Rheina.     

Putri Nadia juga sulit dinasihati asistennya sehingga kejadian seperti ini sebenarnya sudah diprediksi oleh asistennya. Cepat atau lambat Putri Nadia akan mengalami hal seperti ini. Ambisinya untuk menjadi salah satu ratu di Azura akan berakhir dengan penderitaan.     

"Mengapa kita tidak pulang saja sekarang? Ada banyak pangeran yang menyukai Yang Mulia. Mengapa Yang Mulia harus berada di sisi yang salah?" tanya asistennya dengan nada yang sangat menyedihkan.      

Putri Nadia menggelengkan kepalanya dengan sedih. Matanya mengerjap sehingga genangan air mata itu menetes membasahi pipinya yang sudah sembab.      

"Ini sudah terlambat. Aku tidak bisa pulang ke istanaku. Aku akan berakhir di dalam harem Pangeran Nizam. Dan akan yang akan kembali hanya namaku saja."     

Asistennya menjadi tercekat. "Apa maksud dari perkataan Yang Mulia?"     

"Dosa yang kulakukan terlalu besar di mata Yang Mulia Pangeran Nizam. Ia tidak akan pernah melepaskanku. Jadi berikan Aku selembar kertas. Aku akan menuliskan semuanya di atas kertas itu.     

Kau berikan kertas itu kepada Pangeran Nizam sebagai permintaan maafku kepadanya." Kata Putri Nadia kepada asistennya.     

Asistennya malah menangis dan menggelengkan kepalanya, "jangan berkata seperti itu. Hamba mohon. Mari kita pulang sekarang saja. Tuan Putri bisa memohon kepada Ayah Yang Mulia untuk meminta maaf dan menarik pulang Tuan Putri ke istana."     

Asistennya Putri Nadia tampak gemetar karena sedih dan takut. Mengapa Putri Nadia bertingkah seakan - akan Ia akan mati.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.