CINTA SEORANG PANGERAN

Hal Memalukan



Hal Memalukan

0"Jika kalian memaksa Aku bicara disini, Aku akan mengikutinya. Aku adalah orang yang kalah jadi apapun mau kalian Aku akan mengikutinya," kata Nizam sambil menghela nafasnya.      

Melihat Nizam begitu terpuruk para utusan itu berubah menjadi sedikit iba. Nizam sungguh seperti seorang suami yang kehilangan istri yang paling dicintainya.     

Tiba-tiba Nizam menutup wajahnya, " Aku sungguh tidak mengira kalau cinta kami akan menjadikan Putri Nadia gelap mata. Aku sudah berulang kali mengatakan kepada Putri Nadia untuk bersabar agar kami bisa bersama.     

Aku mengatakan kepada dia kalau Aku harus menyelesaikan banyak masalah baru akan menikahinya. Tetapi dia salah mengira. Dikiranya Aku menunda - nunda untuk menikahi dia karena Putri Alena. Padahal sebagai Pangeran Putra Mahkota Aku berhak memiliki wanita yang kucintai lebih dari satu. Hanya saja Aku harus menenangkan dulu suasana dalam harem yang tidak kondusif." Nizam menghela nafas panjang.     

Arani yang berdiri di belakang Nizam mengendurkan tangannya di balik jasnya. Melihat wajah Nizam yang begitu menyedihkan, Arani yakin tidak ada seorangpun yang berniat membunuhnya. Di dalam hatinya Arani mengumpat kepintaran Nizam.     

Perdana Menteri kerajaan Persia jadi timbul rasa ibanya kepada Nizam. Tatapan kepada Nizam penuh dengan belas kasihan. Termasuk para utusan yang lain. Sebagian mengendurkan ketegangannya sambil saling berbisik. Karena kejadian yang dijelaskan Nizam memang hal biasa terjadi di dalam harem. Tetapi pada intinya semua mengasihani Nizam yang begitu terpuruk karena kehilangan Putri Nadia.     

Mereka semua menatap Nizam dengan penuh rasa ingin tahu. Mereka ingin tahu bagaimana kelanjutan dari kisah yang diceritakan oleh Nizam. Kisah ini bahkan lebih seru dari kisah seribu satu malam.      

Nizam tampak menghela nafas kembali sebelum kembali berkata, "Ini sungguh menyedihkan ketika cinta tidak dapat mempercayai satu sama lain. Putri Nadia yang begitu pintar dan cerdik dibutakan oleh rasa cemburunya kepada Putri Alena.     

Aku terus meyakinkan Putri Nadia untuk dapat berteman dengan Putri Alena sebagaimana almarhum Putri Kumari yang dapat mengambil hati Putri Alena. Putri Nadia malah tidak ingin Putri Alena menjadi istriku lagi. Dia ingin menyingkirkan Putri Alena dari dalam harem." Nizam berkata begitu pahit.     

Ketika Nizam berkata seperti ini maka ada nada - nada kekecewaan yang ditujukan pada putri mereka. Mengapa Putri mereka yang luar biasa harus memiliki kelakuan yang mengecewakan.     

"Ini tentu saja salah yang Mulia. Seharusnya putri kami tahu kalau menjadi wanita putri mahkota atau Raja tidak boleh serakah seperti itu. Mereka harus siap berbagi demi keturunan Kerajaan yang banyak dan berkualitas."     

Nizam menganggukkan kepala tetapi kemudian dia menggelengkan kepalanya, "Tidak... tidak... tidak seperti itu. Dia bukannya serakah, tetapi mungkin karena dia terlalu mencintai Aku. Akunya saja yang tidak dapat menyatukan antara Putri Alena dan Putri Nadia. Ini salahku, semua salahku."     

"Yang Mulia mohon jangan berbicara seperti itu," Juru bicara istana Kerajaan Persia.     

"Ini sungguh bukan kesalahan Yang Mulia. Tolong untuk berhenti menyalahkan Anda Yang Mulia. Kami di sini sesungguhnya sangat malu dengan keadaan ini." Juru bicara itu tampak sangat malu.     

"Tetapi Yang Mulia, Kami sangat penasaran dengan cerita selanjutnya," Perdana Menteri berkata karena Ia menunggu cerita selanjutnya.     

"Benar... "     

"Benar.."      

Beberapa utusan itu berkata sedikit riuh saling mengiyakan satu sama lain karena penasaran dengan cerita selanjutnya. Nizam mampu mengaduk - ngaduk perasaan mereka dengan sangat baik.     

"Baiklah, Putri Nadia selalu dihantui perasaan cemburu kepada Putri Alena dan berulang kali mengatakan kalau Putri Nadia ingin merebut kedudukan Putri Alena tetapi tentu saja Aku tidak bisa melakukannya. Sebesar apapun cintaku kepada Putri Nadia tetap tidak akan bisa menggeser kedudukan Putri Alena yang sudah melahirkan dua anak untukku."     

"Itu benar lagi... benar," seorang utusan tampak membenarkan kata - kata Nizam.     

"Kau diamlah dulu! Ini belum selesai. Kami semua sangat ingin mendengarkan cerita selanjutnya." Seorang utusan yang lain berkata dengan nada tidak suka.     

"Ayo yang Mulia lanjutkan lagi! " Seorang utusan bahkan berkata dengan nada tidak sopan saking penasarannya     

Arani menyaksikan tingkah laku para utusan yang seluruhnya laki - laki itu dan kemudian mendengus dan berkata dalam hati - hati,' semua utusan dari kerajaan Persia itu laki -  laki sampah yang hobinya bergosip'.     

Nizam lalu berkata lagi untuk melanjutkan ceritanya.      

"Pada suatu hari nanti ketika Kami baru datang dari Amerika, Putri Nadia melakukan kejahatan dengan meracuni Putri Alena tetapi yang terkena adalah Putri Kumari. Kalian semua tentu sudah tahu cerita tentang ini karena ceritanya sudah tersebar ke seluruh kerajaan Aliansi."     

Semua utusan kerajaan tampak sangat terkejut, pembunuhan yang mengguncangkan semua kerajaan Aliansi itu ternyata putri mereka yang melakukan. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Ini sangat memalukan. Pantas saja Nizam tidak mau bicara pada mulanya. Kemudian bagaimana kalau berita ini menyebar ke seluruh kerajaan Aliansi? Pihak keluarga kerajaan pasti tidak memiliki muka lagi untuk bisa berhadapan dengan kerajaan lain.     

Wajah para utusan mendadak murung karena tidak menyangka kelakuan putri mereka benar - benar sangat memalukan. Bagaimana mereka akan membawa berita buruk ini kepada raja dan ratu mereka? Apalagi sekarang Ratu begitu terguncang dengan berita kematian Putri Nadia. Dan jika ditambah lagi dengan berita buruk seperti ini maka para utusan itu yakin Ratu mereka akan semaput karena selain dilanda kesedihan, ratu juga akan dilanda rasa malu karena tingkah laku Putri Nadia.     

Lagipula jika sampai kerajaan Rajna tempat Putri Kumari berasal maka perang pasti tidak akan dielakkan lagi. Kalaupun mereka tidak menuntut karena Putri Nadianya juga sudah meninggal maka mereka pasti akan meminta ganti rugi yang sangat besar.     

Tetapi masalah yang paling utama selain kerugian penggantian nyawa adalah rasa malu karena kelakuan buruk Putri Nadia. Ini adalah kejahatan yang tidak bisa ditolelir menghilangkan nyawa seorang istri dari  suaminya sendiri.     

Pada suasana yang canggung dan memalukan ini, Nizam tidak ingin berhenti bicara karena ini adalah saatnya Ia memukul telak para utusan dari kerajaan Persia.     

"Begitulah, tadinya Aku tidak ingin mengungkapkan ini semua. Kami berusaha menutupi perkara ini dari siapapun. Bahkan kami sengaja mengikat tali pernikahan antara Pangeran Husen dengan adik Putri Kumari sebagai pertukaran kerugian. Kami berikan Pangeran Kami untuk pengganti Putri mereka. Dan atas permintaanku, Kami tutup kasusnya.     

Tetapi Putri Nadia tidak kapok, setelah gagal membunuh Putri Alena, Ia lalu memfitnah Putri Alena berselingkuh dengan Pangeran Abbash melalui pencurian kalung leluhur kami. Tuduhan itu dilakukan di tengah hari perayaan ulang tahun Ibunda Ratu kami dan  lagi - lagi finah itu gagal.     

Ibunda Ratu Sabrina sangat marah karena tuduhan palsu Putri Nadia kepada Putri Alena hingga kemudian Ibunda menghukum Putri Nadia. Putri Nadia tentu saja tidak menerima hukuman Ibunda yang memalukan dan memang akhirnya Putri Nadia sangat malu dan menyesal. "      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.