CINTA SEORANG PANGERAN

Penjaga Kuda



Penjaga Kuda

0Alena tiba - tiba menepuk leher samping kudanya sambil berkata, "Nah Paijo, Namamu sekarang adalah Paijo. Jadilah kuda yang baik." kata Alena. Tetapi kuda yang diberi nama Paijo itu tiba - tiba melesat berlari bagaikan terbang. Ketika Alena menepuk lehernyanya, Paijo mengira Alena menyuruhnya berlari.     

Alena seketika berteriak histeris dibawa berlari oleh kudanya tetapi Nizam segera mengambil tali kekangnya untuk mengendalikan kudanya. Nizam bukannya memperlambat gerakan kuda yang berlari cepat. Ia malah mengayunkan tali kekangnya seakan memberikan semangat agar kudanya terus berlari dengan cepat. Alena semakin ketakutan dan  berteriak - teriak histeris.     

"Jangan takut Alena, kau duduk saja dengan nyaman sambil menyeimbangkan tubuhmu." kata Nizam mengingatkan Alena. Alena malah duduk dengan tegang. Tangan Nizam memeluk pinggangnya dengan erat.     

"Kau harus membiasakan diri dengan gerakan kuda. Kuda terkadang mudah sekali kaget dan Ia akan berlari dengan cepat kalau kaget. Kau harus dapat mengendalikannya karena jika tidak, kau akan jatuh terbanting ke bawah." Nizam berkata sambil terus memacu kudanya.     

Alena tetapi saja berteriak ketakutan. Ia melihat semua benda yang dilewatinya seperti bergerak dengan cepat. Ia melihat pasir yang berterbangan diterjang oleh kaki kuda. Alena semakin pucat ketika Kuda itu terus berlari dan Nizam benar - benar sangat menakjubkan di atas kudanya.      

Para putri memandang Kuda yang dinaiki Nizam dan Alena bagaikan terbang melintasi arena berkuda. Jejak kaki kuda itu bahkan hampir tidak terlihat menjejak ke atas tanah. Yang paling luar biasa adalah. Nizam memegang kendali kuda itu dengan sebelah tangannya karena yang sebelah lagi adalah memegang pinggang Alena.     

Setelah beberapa putaran akhirnya Nizam menghentikan kudanya. Ia lalu meloncat turun dan memegang pinggang Alena sambil menurunkannya dari atas kuda. Seorang penjaga istal yang diserahi memegang kuda Alena langsung mengambil alih tali kekang.     

"Jaga dia dengan benar! Ini akan menjadi tunggangan putri Alena. Tidak ada siapapun yang mendekati kuda ini tanpa seizinku. Jika kau lalai menjaga kuda ini maka Kau akan berurusan denganku." kata Nizam dengan wajah yang dingin.      

Penjaga kuda itu menganggukan kepalanya tanda paham. Sebagai penjaga kuda yang sudah lama merawat kuda para putri. Ia tahu persis apa yang dimaksud Nizam. Untuk mencelakai seoarang putri salah satu jalan yang termudah adalah dengan mencelakai kudanya. Kuda yang mengamuk saat ditunggangi kerap kali mencelakai penunggangnya.      

Penunggang bisa terjatuh, terhempas dan terinjak kuda. Luka ringan atau luka berat bahkan kematian bisa terjadi setelah penunggang kuda terjatuh ke bawah. Dan Nizam memberikan peringatan kepadanya agar menjaga kuda Alena dengan baik karena Alena adalah salah satu putri yang paling disorot di istana ini.     

Tidak ada putri yang paling menarik perhatian sekarang ini selain Alena. Cinta Nizam kepadanya menjadikan Alena menjadi sasaran kejahatan semua orang yang membenci pada Nizam atau iri dengan nasib baik Alena.     

Saat ini akan ada acara berburu ke hutan dan lomba menunggang kuda bagi para putri. Setiap putri akan belajar dan berlatih menunggang kuda. Arena berkuda yang biasanya hanya ramai di hari sabtu sekarang penuh  setiap hari. Penuhnya Arena dan lalu lalang orang ke dalam istal bisa memberikan kesempatan kepada orang untuk berbuat jahat.     

"Baik Yang Mulia.." Si penjaga membungkukkan badannya dengan penuh hormat. Menjadi kepercayaan Nizam di dalam menjaga kuda Alena merupakan kebanggaan sekaligus menakutkan. Belum apa - apa, Ia sudah diberikan uang yang banyak tetapi juga peringatan dari Nizam tentang tugasnya untuk mengawasi Kuda Alena dua puluh empat jam. Jika ada kesalahan maka Nizam tidak akan memberikan ampun kepadanya.     

Penjaga itu kemudian membawa kuda Alena kembali masuk ke dalam istal. Nizam lalu mengalihkan pandangan matanya ke arah Alena yang berdiri dengan kaki gemetar. Wajahnya masih pucat. "Kau bisa berjalan tidak?" tanya Nizam karena melhat Alena masih berdiri dengan tegang.      

Jangankan berjalan, bahkan untuk membuka mulut saja Alena tidak sanggup. Ia benar - benar sangat ketakutan. Berkuda adalah hal yang sangat mengerikan kalau pengalaman berkudanya hanya sebatas naik kuda di kebun binatang. Berjalan mengelilingi kebun binatang dengan pemiliknya yang memegang kudanya.     

Melihat Alena tidak menjawab pertanyaannya maka Nizam segera membopong Alena seperti pengantin pria yang membopong pengantin wanita. Alena sama sekali tidak bereaksi ketika Nizam menggendongnya. Tatapan matanya masih menyiratkan kalau Ia sudah mengalami kejadian yang mengerikan.      

Para putri melihat bagaimana Nizam membopong Alena dan mereka benar - benar menjadi putus asa dan hilang harapan. Harapan mereka akan disentuh oleh Nizam semakin menjauh. Nizam tidak akan bisa lepas dari Alena.     

Nizam tahu bagaimana menyembuhkan ketakutan Alena. Jadi ketika Ia keluar dari arena berkuda. Ali dan Fuad segera mengikutinya. Ketika sampai ke ruangan Aula, Nizam berbelok  hendak masuk ke dalamnya. Ali dan Fuad menjadi tertegun melihat Nizam merubah arah berjalannya. Ini bukan arah ke istana Nizam tetapi arah aula tempat galeri lukisan koleksi istana di pajang.     

"Jangan ikut!" kata Nizam perlahan namun penuh penekanan. Ali dan Fuad seketika menghentikan langkahnya tetapi mereka langsung memasang posisi berjaga di depan aulanya.     

Nizam melihat para pelayan sedang membersihkan beberapa lukisan dari debu ketika melihat Nizam datang sambil membopong Alena. Mereka menjadi kebingungan. Ini bukan ruangan yang biasa dimasuki oleh orang - orang kecuali jika orang itu ingin menikmati koleksi lukisan istana.     

Walaupun kebingungan, para pelayan bergerak cepat menghentikan kegiatan dan memberikan penghormatan kepada Nizam.     

Nizam hanya menggerakkan wajahnya memberikan isyarat kepada para pelayan agar keluar dari aula galeri. Para pelayan tidak ada satupun yang berani bersuara. Mereka segera berjalan menuju pintu keluar tanpa membantah. Berjalan dengan tubuh sedikit membungkuk. Setelah ruangan kosong. Nizam mendudukan Alena di atas meja dan memeluk Alena sambil mengusap punggungnya.     

Alena baru bereksi ketika Nizam mengusap punggungnya. Ia segera merangkul leher Nizam dan mencecahkan ciuman dengan kuat. Alena seakan ingin mengusir ketakutannya dengan mulut suaminya dan Nizam tidak membiarkan Alena bergerak sendiri. Ia membalas ciuman Alena dengan lembut sampai tubuh Alena yang gemetar kembali menjadi normal.     

"Aku takut Nizam...," ucap Alena sambil merebahkan kepalanya di dada Nizam.     

"Akan selalu ada ketakutan dalam hidupmu, Alena.  Kau harus belajar mengatasinya." Nizam mengusap pucuk kepala Alena.     

"Aku terkadang hilang keberanian dan Aku harus berusaha menemukannya kembali. Tetapi ada beberapa yang memang tidak bisa kukendalikan."     

"Setiap kali kau mengatakan tidak bisa dikendalikan maka kecelakaan semakin dekat. Tidak boleh ada yang tidak bisa kau kendalikan untuk bisa bertahan hidup."     

A[ena mengeluh, "Hidup di sisimu, Nizam. Semakin lama semakin menakutkan." keluh Alena dengan muka muram.      

"Itulah sebabnya kau tidak boleh berhenti untuk mengendalikan rasa takutnya dan jangan lupa untuk selalu berdo'a karena dengan do'a kau akan bisa mengalahkan ketakutan apapun yang sedang kau hadapi." bisik Nizam kepada Alena. Alena hanya mengangukkan kepalanya     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.