CINTA SEORANG PANGERAN

Perayaan Kesucian



Perayaan Kesucian

0Alena berbaring lemas disamping Nizam. Nizam membelai rambut Alena dengan lembut. "How do you feel?" Nizam bertanya sambil tersenyum. Wajah Alena bersemu merah. Pengalaman pertamanya walaupun hanya dengan lidah cukup membuat perasaan Alena menjadi sangat indah.     

"I'm feeling good." Katanya sambil tersenyum Ia menyusupkan kepalanya ke dada Nizam.     

"Nizam..." Alena memanggil suaminya.     

"Hmmm..."     

"Apa Kamu tidak akan memasukan itu lagi?"     

"Memasukan apa?"     

"Itu..."     

"Itu apa? bicara yang jelas, Aku tidak mengerti?" Nizam pura-pura bego. Pakai berakting mengerutkan keningnya segala.     

Alena jadi bingung tapi Ia lalu berkata lagi.     

"Itu yang tadi Aku tendang." Alena berbisik hampir tidak kedengaran.     

"Aku masih sakit...Alena tadi kau menendang begitu keras, Aduuh bagaimana kalau nanti benda itu tidak berfungsi lagi" Nizam pura-pura mengeluh.. Alena ternganga kaget tapi lalu Ia bersyukur, "Syukurlah.."     

Nizam langsung terbatuk-batuk melihat wajah Alena yang datar bagai bayi tidak berdosa.     

"Apa maksudmu? Kamu senang kalau Aku benar-benar tidak dapat menggunakannya?"     

"Milikmu itu sangat menyakitiku, Aku lebih suka pakai lidah saja, lembut dan tidak keras"     

Nizam mengusap-usap dagunya lalu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Bingung sendiri niatnya mau ngerjain Alena malah senjata makan tuan.     

"Terus Aku nanti bagaimana? Kamu yang enak, Aku tidak." Nizam sedikit merenggut     

"Coba lihat, Apa benar tidak berfungsi?" Alena tiba-tiba penasaran. Nizam langsung pucat, Ia takut kalau Ia jadi lepas kendali lagi, walau bagaimanapun Alena tidak boleh disentuhnya dulu. Bisa-bisa Dia terluka lagi.     

"Jangan sayang..Benda itu seperti burung. Paling aman kalau lagi tidur. Soalnya Kalau bangun nanti dia mencari sarangnya."     

"Katanya tidak berfungsi. Cuma lihat sedikit masa tidak boleh"     

"Mmm baiklah tapi dilihat saja yah..jangan dipegang."     

Alena mengangguk dengan semangat. Tapi baru saja Nizam mau melepas celananya. Dari luar terdengar suara.     

"Yang Mulia Ratu Sabrina datang.."     

Nizam langsung melompat dari ranjang. Alena panik Ia sibuk mencari pakaiannya yang bertebaran. Nizam turut membantu Alena mengenakan pakaiannya. Ia juga merapihkan rambutnya yang tadi di acak-acak Alena.     

Setelah beres Nizam berkata, " Persilahkan Yang Mulia Ibunda Ratu untuk masuk..!!"     

Ratu Sabrina masuk dengan wajah masam ke arah Nizam. Nizam menelan ludahnya.     

"Alena.. sayangku..apa kamu baik-baik saja? Mari sini Ibunda peluk, Apa putraku menyakiti mu lagi?" Ratu Sabrina memeluk Alena dengan penuh kasih sayang. Ia lalu menyingkirkan Nizam dari sisi Alena.     

Nizam nyengir, rupanya pesona Alena sudah menyihir Ibunya yang selama ini terkenal galak, kejam dan sadis.     

"Yang Mulia apa yang yang Mulia lupa kalau sebentar lagi akan ada konfrensi pers di Aula. " Ratu Sabrina melirik tajam.     

"Iya... Ibunda, Ananda ingat."     

"Kalau begitu, Apa lagi yang Ananda tunggu. Cepatlah ke sana"     

Nizam tersenyum. "Bunda, bolehkah Ananda mengatakan sesuatu dulu pada Alena?"     

"Mengatakan apa??"     

"Ini pembicaraan antara suami istri"     

"Hmmm... baiklah tapi cepat"     

Nizam lalu menarik tangan Alena agar mendekat pada Nizam. Nizam lalu berbisik. "Jangan ceritakan kejadian kau menendangku pada Ibuku, berbahaya. Terus jangan lupa mandi besar. Kamu tidak bisa sholat dalam keadaan junub" Alena menatap suaminya lalu mengangguk sambil memerah. Nizam lalu mencium tangan Ibunya dan pergi meninggalkan kamar. Ia lalu melirik pada iringan pelayan yang berjajar diluar kamar pengantin. Pasti Ibunya mau menimbun Alena dengan hadiah, Nizam mengira-ngira dalam hati. Tapi Ia tidak ambil pusing.     

Setelah Nizam pergi maka Ratu Sabrina berteriak. "Bawa masuk seluruh hadiah dariku untuk Putri Alena!!"     

Maka masuklah beberapa gadis pelayan membawa berbagai macam barang hadiah untuk Alena. Alena tercengang menatap benda-benda yang dibawa para pelayan itu.     

"Ini mahkota kerajaan khusus untuk para ratu, Mahkota Ainun karena ditengahnya ada permata yang berbentuk mata yang sangat indah. Mahkota ini sudah berumur hampir dua ratus tahun. Kamu bisa memakainya sore ini diperayaan kesucian mu"     

Alena menatap Ratu Sabrina dengan terkejut. bukan mahkotanya yang membuat Ia tertarik tapi perayaan kesucian nya yang membuat Ia tertarik. Berulangkali Ia mendengar kata perayaan kesucian tapi Ia tidak pernah tahu apa artinya.     

"Ibunda.." Alena mau bertanya tapi kemudian Ratu Sabrina malah memotong perkataannya.     

"Jangan berkata apa-apa dulu, Aku mau menyebutkan dulu hadiah lainnya."     

"Masih ada?? Oh iya itu barang-barangnya masih banyak. menyebalkan.." Alena berkata dalam hati.     

Ratu Sabrina lalu meneruskan lagi perkataannya.     

"Seperangkat perhiasan berlian.."     

Pelayan lalu memperlihatkan cepuk-cepuk perhiasan yang di dalamnya terdapat kalung, Anting, cincin dan gelang dalam satu model. Alena meliriknya. "Cukup bagus " Kata Alena masih dalam hati.     

" Berbagai macam sepatu dan tas senada dari merk terkenal"     

Mata Alena sedikit bersinar melihat tas dan sepatu branded. Bukankah Ia juga kolektor tas mahal.     

"Berbagai macam pakaian...mencakup pakaian tidur, pesta, sehari-hari dan pakaian olahraga"     

.     

Alena mengelus-ngelus tangannya sendiri.     

"Berbagai kartu Atm dari rekening bank diberbagai negara"     

"Beberapa sertifikat properti dari berbagai negara"     

Alena mulai menatap Ratu Sabrina dengan penuh keheranan, apa ini tidak terlalu berlebihan. Ratu Sabrina tersenyum penuh kepuasan melihat Alena yang kebingungan.     

"Nah semua itu akan Aku lipat gandakan kalau Kamu bisa memberikan cucu secepatnya "     

Alena saling meremas tangannya sendiri. Punya anak?? Usianya kan baru 19 tahun bulan depan mau 20 tahun. Ia masih ingin bebas masa harus sudah punya anak lagi. Tapi Alena belajar untuk menutup mulut. Ia cuma mengangguk-angguk kepalanya tapi kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.     

"Siapapun diantara kalian Kau atau Putri Reina yang bisa memberikan anak pada yang Mulia Nizam. Aku pastikan akan jadi Ratu penggantiku. Aku tidak perduli kalau nanti yang menjadi penerus Nizam memiliki darah campuran. Asalkan tetap berasal dari darah dagingku itu sudah cukup.     

Alena terbelalak, Nizam punya anak dari Reina...eeeh.. maksudnya apa. Darah Alena seketika mendidih tapi Ia bukan gadis yang tidak tahu aturan lagi. Dicambuk Ratu Sabrina dan menghilangkan salah satu nyawa Kasim membuat Alena menjadi sedikit hati-hati.     

"Tentu Yang Mulia.. Ananda sangat berterimakasih atas anugerah yang Mulia Ibunda Ratu. Siapapun diantara Kami yang akan memberikan cucu terlebih dahulu kepada Ibunda, Ananda hanya bisa mendoakan agar anak itu menjadi anak yang sehat, kuat, pintar sebagaimana Ibunda Ratu"     

"Ah. ha.. ha. . ha...sekarang Kamu lebih beretika dan menyenangkan. Alena Aku sangat berterimakasih Kau sudah mempersembahkan kesucian mu kepada Kami, walaupun Kamu sampai menderita. Ibunda sampai tidak tahan mendengar jeritanmu.."     

Alena terkejut. "Maksud Ibunda apa? Apa Ibunda tahu apa yang terjadi semalam?"     

"Tentu saja. bukankah Ibunda menunggu Kalian semalaman.... Ratu Sabrina lalu bercerita panjang lebar tentang tradisi malam pertama di Azura. Wajah Alena menjadi berubah-ubah kadang gelap karena murka kadang pucat karena kesal kadang merah karena malu. Jadi mereka bercinta ditungguin orang banyak. Dikira Alena hanya Kasim dan pelayan yang tahu. Ya Tuhan sungguh memalukan.     

"Aduh Ibunda alangkah memalukannya.." Mata Alena berkaca-kaca, Bagaimana bisa Nizam menyembunyikan masalah ini darinya.     

"Nanti pukul 2 Kita akan menggelar perayaan kesucian. Kami membuat acara doa dan pengajian Kemudian bersedekah untuk para fakir miskin. Sekaligus minta doa mereka agar Nizam segera memiliki anak."     

Alena baru tahu apa yang dimaksud dengan perayaan kesucian. Ia bagai sapi dijagal semalam karena darah di atas sprei sebagai pembuktian kesuciannya sebagai istrinya Nizam. Ia tidak mengerti mengapa Nizam tidak mengatakan hal ini kepadanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.