CINTA SEORANG PANGERAN

Terpuaskan



Terpuaskan

0

Nizam menghampiri Alena yang sedang tersedu-sedu menangis. Haalaah.... seumur hidupnya baru kali ini Ia berhubungan dengan sumber air mata. Mengapa persediaan air mata Alena seakan ga ada habisnya. Sejak kecil Nizam selalu dikelilingi wanita-wanita tangguh dan tegar.

Jarang ada air mata yang berlinang ditampakkan oleh para wanita dihadapannya. Semua wajah para ratu, Putri, pelayan menunjukkan wajah dengan penuh wibawa dan hormat. Tidak ada satupun yang berani kepadanya. Tapi Alena berulangkali mengaduk-aduk emosi dan perasaannya. Air matanya seakan tiada habis berurai didepannya. Dan Ia selalu kalah dengan air mata Alena.

"Alena..." Nizam mengusap punggung Alena.

Alena tidak menjawab Ia malah terus menangis. "Aku panggil dokter dulu ya, Kita konsultasi dulu."

"Aku sudah tidak tahan, aku mau sekarang" Alena membalikkan badannya jadi telentang. Ia menatap Nizam penuh harap. "Nanti anaknya ngiler loh.." Kata Alena sambil manyun.

Nizam jadi panas dingin. Keterlaluan beneran Istrinya ini, Dia sudah nahan-nahan sekuat tenaga sekarang malahan nantang-nantang.

Ia jadi gemetar, mana Alena semakin terlihat cantik lagi. Alena memegang tangan Nizam yang sedang galau Ia lalu menyimpannya di atas dada. Secara refleks Nizam jadi menggerakkan tangannya pelan-pelan. Jemari runcing dan panjang itu bergerak perlahan. Ia mulai merasa udara disekelilingnya semakin panas tak tertahankan.

Alena tersenyum lebar Ia merangkul leher Nizam erat-erat dan memejamkan matanya. Nizam menundukkan kepalanya dan mulai menciumnya dengan lembut. Nizam merasakan Istrinya begitu bergairah. Alena bahkan berusaha hendak mengambil alih posisi dominan di antara mereka. Biasanya Nizam yang mendominasi mereka sekarang Alena berusaha mendominasi setiap gerakan membuat Nizam benar-benar ketakutan. Ia tidak berdaya ketika Alena menggeliat lalu menggerinjal membalikkan posisi mereka.

Alena menarik handuk Nizam dengan paksa. Nizam hanya bisa bersuara ketika Alena memposisikan dirinya sedemikian rupa. Nizam benar-benar merasa lemah dan tidak berdaya menghadapi Istrinya sendiri yang sedang sangat bersemangat.

Ia akhirnya hanya berusaha menahan gerakan Alena agar tidak terlalu beringas. Alena sekarang terlihat bagaikan macan betina yang baru menemukan mangsanya. Nizam berbisik ditelinga Alena. "Hati-hati Alena.. hati-hati, Alena jangan terlalu kuat..jangan " Nizam berusaha menahan Alena agar tidak terlalu memasuki tubuhnya. Ia menahan tubuh Alena agar tidak terlalu bergerak begitu dalam.

Tapi kemudian Nizam tidak berdaya ketika Alena malah semakin gemas dengan penolakan Suaminya. Ia melepaskan tangan Nizam ditubuhnya dengan kasar. Lalu Ia mendorong tubuhnya ke depan sekuat tenaga. Nizam mengeluh ketika merasakan tubuh Alena bergerak dengan sangat kuat.

"Alena..anak kita...anak kita... hati-hati Ya Tuhan...Alena...Kau ini...Aaah.... keterlaluan..mmmh...Alena.." Nizam tersenggal-senggal dipacu Istrinya sendiri. Tubuhnya mengkerut di atas ranjang. Ia terdiam kaku hampir tidak mampu menggerakkan tubuhnya takut memperparah gerakan Alena yang seperti sedang di luar kendali.

Walaupun tidak bergerak tapi Nizam juga merasakan dirinya melayang-layang seperti sedang mabuk cinta. Gerakan tubuh Alena diatas tubuhnya membuat darahnya bergejolak. Ia memejamkan matanya Ia sangat ketakutan tapi juga menikmati. Sampai akhirnya kemudian Alena memeluknya dengan sangat erat semua keindahan dan kebahagiaan seakan menari disekelilingnya. Alena tersenyum manis.

Tangannya merenggut rambut Nizam. Nizam memejamkan matanya dengan erat. Mukanya sudah sangat memerah dan memenas. Ia membenamkan mukanya ke leher istrinya. Ia lalu memeluk erat tubuh istrinya yang terkulai di atas tubuhnya. Sesaat tubuh Nizam merasa rileks.

Nizam menggulirkan tubuh istrinya dari atas tubuhnya dengan lembut. Ia segera memeriksa seluruh tubuh Alena, Mengusap perutnya dengan lembut. "Alena apa perutmu sakit? Apa kau merasakan kram pada perutmu ? Alena kau sungguh menakutiku.. untung tidak berdarah..Alena..Alena..kau..Hhhh malah tertidur" Nizam menatap istrinya yang terlelap penuh kepuasan.

Nizam bangkit dengan hati sedikit lega melihat tidak ada bercak darah. Nizam mendengar penjelasan dari Dokter Desy waktu itu. Hubungan aman dilakukan jika tidak ada bercak darah. Tadinya Nizam tidak mau ambil resiko tapi keinginan Alena sangat sukar Ia lawan.

Nizam kembali masuk kamar mandi. Berarti sekarang Ia mandi yang ketiga kali. Bisa-bisa Ia masuk angin karena terus-terusan mandi. Nizam mengguyur tubuhnya oleh air hangat. Air mengalir membasahi tubuhnya. Menunaikan kewajiban itu benar-benar membuat hatinya sangat bahagia dan pikirannya fresh. Ia berharap Alena sehat-sehat saja.

***

Nizam duduk di Sambil menikmati secangkir teh hangat. Ada berbagai macam kudapan ringan dihadapannya termasuk belimbing wuluh milik Alena. Ia bergidik menatap buah-buah yang bewarna hijau muda itu. Ia serasa menatap makanan beracun. Ia mengangkat telepon dan menelpon Cynthia.

"Hallo Chyntia, Bagaimana keadaan Pangeran Thalal?" Nizam menanyakan keadaan Pangeran Thalal pada Cynthia.

"Dia baik-baik saja. kenapa Kau belum ke sini? Aku menunggumu dan Alena dari tadi." Cynthia mengajukan protes.

"Maafkan Kami Cynthia, Aku tadi mencari-cari belimbing wuluh dulu Karena Alena menginginkannya, sekarang Alena malah tertidur pulas, Aku harus menunggunya bangun dulu. Baru ke rumah sakit. Kau sudah meminta orang tuamu untuk datang kan?"

"Ya... Mungkin besok mereka baru datang"

"Ya baguslah...Aku tidak ingin berlama-lama lagi. Kalian tidak boleh terus menerus berduaan tanpa ikatan. Aku jadi khawatir"

"Tapi Kami Sedikitpun tidak melakukan apa-apa. Adikmu itu lebih parah darimu. Ia sama sekali tidak mengijinkan Aku menyentuhnya walaupun sekedar membantunya bangun. "

Nizam tertawa mendengar Cynthia yang protes atas kelakuan adiknya.

"Makanya Cynthia Aku ingin segera menikahkan kalian karena biar kalian bisa saling bersentuhan, Sabar saja. Atau kalian dua orang sahabat, Cynthia dan Alena, memang memiliki sifat yang sama. Sama-sama tidak sabaran?"

"Sialan kamu Nizam" Cynthia mengumpat-ngumpat. Ia menutup teleponnya dengan kesal. Nizam menggodanya hingga wajahnya merah padam. Nizam benar-benar serasa mendapatkan hiburan. Ia tertawa terbahak-bahak membayangkan wajah Chyntia yang misruh-misruh


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.