CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Izinkan



Aku Izinkan

0Pangeran Thalal tersenyum lebar. Ia suka melihat kakaknya kalau sedang misruh-misruh. Ketampanan Nizam semakin keluar. Matanya yang tajam sangat pas dengan keseriusan yang selalu nampak diwajahnya.     

"Apa kamu sekarang sedang kesakitan?" Tanya Nizam tampak khawatir dengan luka dikepala Pangeran Thalal.     

"Aku baik-baik saja, Kakak tidak usah khawatir. Kepalaku sekeras kemauanku"     

Nizam tersenyum mendengar kata-kata adiknya.     

"Syukurlah, Tadinya Aku sangat khawatir Kepalamu terluka akan berakibat fatal. Aku sekarang hanya berharap semoga otakmu yang bodoh tidak akan bertambah bodoh setelah kejadian ini."     

Pangeran Thalal hanya menyeringai mendengar ejekan kakaknya.     

"Nah.. sekarang katakanlah kepadaku, Apa keinginanmu? Tadi Aku bernazar asalkan Kau tidak apa-apa, Aku akan memberikan satu permintaan apapun untukmu asalkan tidak bertentangan dengan moral." Nizam sangat lega melihat Pangeran Thalal baik-baik saja. Tadi Ia begitu khawatir dengan kondisi Pangeran Thalal sehingga dalam hatinya Ia bernazar untuk memenuhi keinginan Pangeran Thalal apabila Pangeran Thalal baik-baik saja.     

"Ah.. Kakak. Agaknya memang Alloh telah menolong hambanya yang beriman dan sholeh seperti diriku" Mata Pangeran Thalal semakin berbinar-binar dan itu membuat dirinya semakin terlihat tampan dan menarik.     

Nizam mengerutkan keningnya dan Ia langsung menerka akan ada kejadian yang tidak beres. Tapi sebelum Ia menarik ucapannya, Pangeran Thalal sudah berkata terlebih dahulu.     

"Izinkan Aku menikahi Cynthia"     

Nizam terkejut, mulut dan keningnya langsung berkerut, Sial...Ia kalah cepat berbicara dengan adiknya. Ia tidak menduga Pangeran Thalal akan meminta hal ini. Dan Ia tidak bisa menarik ucapannya lagi. Mengapa adiknya tidak meminta 100 unit apartemen saja daripada menikah dengan Cynthia. Menikah bukanlah sesuatu yang tidak bermoral. Sehingga jelas Ia tidak bisa menolaknya. Perut Nizam terasa bergejolak.     

Ia menatap wajah Pangeran Thalal yang berseri-seri. Kecelakaannya Ia anggap suatu keberkahan. Luka yang Ia derita membuat Ia bisa menekan Cynthia dan kakaknya. Ia merasa sanggup menerima luka seribu kali dari luka yang dideritanya sekarang asalkan Ia bisa mendapatkan Cynthia.     

"Kau asal bicara?" Nizam mencoba menanggapi permintaan Pangeran Thalal sebagai suatu lelucon.     

"Kakak anggap pernikahan suatu lelucon? Sungguh Kakak adalah orang yang kualat." Pangeran Thalal menggelengkan kepalanya seakan-akan mempertanyakan kecerdasan kakaknya.     

Wajah Nizam berubah menjadi kelam. "Kau ini ternyata benar-benar bertambah bodoh setelah kecelakaan itu. Bagaimana bisa Kau bicara tentang pernikahan sebegitu mudahnya. Kau lupa dengan apa yang sudah Aku katakan?" Nizam menatap tajam ke arah wajah adiknya.     

"Aku tahu, Aku sudah memperhitungkan segala resikonya. Berikanlah Aku Izin. Ibundaku tidak akan bisa berbuat apa-apa Kalau Kakak yang bicara" Pangeran Thalal menatap wajah Nizam penuh harap.     

Nizam mengepalkan tangannya. "Kakak.. jangan biarkan Cynthia menikahi James. James mungkin akan bersedia Kau perintahkan apa saja. Tetapi menikahkan dua orang yang tidak saling mencintai akan mendapatkan dua pilihan. Pertama mereka akan saling menerimakan dan berakhir dengan bahagia. Dan yang kedua mereka tidak saling menerimakan dan akan berakhir dengan perceraian."     

"Bagaimana kalau James mencintai Cynthia?," Nizam membicarakan suatu opsi seandainya James mencintai Cynthia.     

" Karena Cynthia hanya mencintaiki maka Cynthia akan menjadi tersiksa karena menikahi pria yang tidak Ia cintai."     

Nizam terdiam, Pangeran Thalal semakin mendesak Nizam dengan argumentasi yang kuat. Ia mencoba menekan kakaknya dengan ilmu psikologi yang Ia miliki.     

"Kakak tidak mencintai Kakak Putri Reina, dan siapa yang tahu perlakuan Kakak terhadapnya. Pasti sangat berbeda dengan perlakuan Kakak terhadap Kakak Putri Alena"     

Nizam langsung merasa terpukul. Diam-diam disudut hatinya yang terdalam Ia merasa sangat berdosa terhadap Putri Reina.     

Bagaimanapun Ia adalah suaminya yang Sah. Secara hukum agama dan negara Ia haruslah menafkahi Putri Reina lahir dan batin. Tapi nyatanya Ia hanya bisa menafkahi lahir. Ia sudah melakukan dosa besar dengan membiarkan Putri Reina menanggung derita karena tidak pernah Ia perdulikan. Pernikahan tanpa cinta akan berakhir menyakitkan kalau tidak ada keikhlasan diantara mereka.     

Setiap malam Ia sibuk mengurusi Alena dan membiarkan Putri Reina merana sendirian. Padahal semuanya bukanlah kesalahan nPutri Reina. Putri Reina hanya mengikuti takdir yang ada. Nizam menjadi tidak tenang. Pangeran Thalal benar-benar menorehkan hatinya dengan persoalan cinta dan mencintai. Ia tidak menginginkan Cynthia mengalami nasib yang sama dengan Putri Reina.     

"Kakak!!" Pangeran Thalal memanggil kakaknya yang terlihat termenung. Nizam tersentak lalu berkata. "Menikahlah, Aku Izinkan Kalian menikah"     

Pangeran Thalal melonjak bahagia. "Terima kasih Kakak. Semoga Kakak selalu diberkahi oleh Allah SWT."     

Ia segera meraih tangan kakaknya dan menyentuhkan pada kedua matanya sebelum menciumnya dengan bibirnya. Nizam memegang kepala adiknya dan mendoakan kebahagiaan mereka.     

****     

Nizam keluar dari ruang UGD ketika melihat perawat membawa kursi roda dan kemudian setelah memberi hormat mereka membawa Pangeran Thalal menuju kamarnya. Rombongan Nizam mengikuti dari belakang. Nizam melirik pada Cynthia yang berjalan dibelakang Pangeran Thalal. Tubuhnya yang tinggi tampak menjulang diantara para perawat Indonesia yang cenderung lebih pendek dan mungil.     

"Cynthia!!" Nizam memanggil Cynthia.. Cynthia menolehkan kepalanya. Nizam menganggukan kepalanya memberi isyarat agar berjalan bersamanya. Cynthia menuruti keinginan Nizam.     

"Cynthia bisakah Orang tuamu besok ke sini. Ada hal penting yang harus dibicarakan"     

Cynthia terkejut menatap wajah Nizam. "Kau tentu sudah tahu apa yang akan Aku katakan pada orang tuamu"     

"Kenapa harus pada Orangtuaku?" Cynthia merasa heran.     

"Kami hendak melamarmu"     

Suara Nizam bagaikan petir di siang bolong. Cynthia menghentikan langkahnya. Ia lalu menatap wajah Nizam dengan serius.     

"Bagaimana mungkin??" Suara Cynthia terdengar serak karena menahan perasaan.     

"Kau ikutlah denganku. Kita mencari tempat yang lebih nyaman untuk bicara"     

Bagaikan kerbau dicocok hidungnya Cynthia mengikuti Nizam. Yang langsung diikuti oleh Ali. Sementara yang lainnya mengantar Pangeran Thalal. Pangeran Thalal menoleh ke belakang melihat Nizam membawa Cynthia untuk berbicara.     

Pangeran Thalal tersenyum penuh kemenangan. Ia maju beberapa langkah ke depan. Tadinya Ia sudah putus asa untuk mendapatkan Cynthia. Tapi memang kehendak Tuhan berkata lain. Ia memang ditakdirkan untuk menikahi Cynthia. Benar-benar kecelakaan yang membawa berkah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.