CINTA SEORANG PANGERAN

Mencari yang Terbaik



Mencari yang Terbaik

0Chyntia duduk didepan Nizam. Mukanya memerah, Biasanya Ia bersikap berani terhadap Nizam. Sekarang Ia malah tertunduk malu. Pipinya terasa panas, darahnya berdesir.     

"Pangeran Thalal bilang, Kau mencintainya. Benarkah?" Nizam berkata. Dia menuntut penjelasan yang pasti pada Nizam.     

Setelah terdiam beberapa saat kemudian Cynthia berkata dengan pelan.     

"Ya, Mm..Aku mencintainya" Suaranya terdengar begitu pelan. Hatinya berdebar kencang.     

"Kau bersedia hidup bersamanya?" Nizam lagi-lagi bertanya dengan tegas. Suaranya seakan mampu menggetarkan perasaan Cynthia.     

Cynthia terlihat bingung antara mencintai dan berkeinginan untuk hidup bersama adalah dua hal yang berbeda. Ada orang yang mencintai seseorang tetapi tidak ingin hidup bersamanya apabila ternyata kebersamaan hidup mereka akan berakibat kesengsaraan belaka. Ada juga orang yang tidak saling mencintai tapi kemudian memutuskan hidup bersama karena ternyata setelah dipertimbangkan kebersamaan mereka akan membawa banyak kebaikan.     

Cynthia tidak dapat memungkiri hatinya kalau Ia sangat mencintai Pangeran Thalal. Tapi untuk hidup bersamanya Ia menjadi ragu. Ada jurang perbedaan yang sangat besar di antara mereka. Jurang yang pastinya tidak mudah untuk dilakukan.     

"Nizam...Kamukan tahu Aku berbeda keyakinan dengan kalian." Cynthia berkata sangat hati-hati.     

"Aku tahu itu" Nizam tetap memandang Cynthia dengan tajam seakan Ia ingin menelanjangi pikiran yang ada di kepala Cynthia.     

"Lalu bagaimana? Aku tidak ingin pindah keyakinan. Dan Aku juga tidak ingin Thalal pindah keyakinan"     

"Aku tidak meminta mu untuk pindah keyakinan"     

Chyntia menatap wajah Nizam tidak mengerti. Ia lalu menunggu Nizam melanjutkan kata-katanya lagi.     

Nizam tersenyum. "Ini adalah hal yang sangat krusial Cynthia. Agama adalah hak setiap orang. Sangat sulit melepaskan keyakinan yang sudah kita yakini disepanjang hidup kita. Aku percaya setiap pemeluk agama akan meyakini kebenaran agamanya masing-masing. Tidak ada yang salah jika kita sudah meyakini sesuatu hal. Dan itu sangat Aku hargai.     

Cynthia yang jadi akar permasalahannya adalah bahwa pria yang Kau cintai adalah Pangeran milik kerajaan kami. Dimana hidupnya tidak sebebas rakyat biasa. Sangat menyesal bagiku untuk mengatakan bahwa sangat tidak mungkin bagi Pangeran Thalal untuk pindah ke dalam keyakinan mu. Bukannya Kami tidak menghargai keyakinan mu." Nizam terdiam Ia sangat hati-hati dalam berbicara tentang agama.     

"Apa yang harus kulakukan?" Cynthia menatap Nizam dengan sedih. Air matanya mulai meleleh membasahi pipinya.     

"Kalau Kamu memang hendak menikah dengan Pangeran Thalal maka jika melakukan di Indonesia maka Kalian harus menikah secara Islam. Di Indonesia tidak mengakui pernikahan berbeda agama. Kedua anak-anak yang dilahirkan olehmu maka sesuai hukum kerajaan akan menjadi milik Kami. Jadi secara otomatis mereka akan memeluk keyakinan yang sama dengan ayahnya. Dan untukmu pilihan ada di tanganmu. Kau boleh mempertahankan keyakinan mu tapi janganlah menentang keyakinan kami. Hanya bagusnya memang lebih baik kalian memiliki keyakinan yang sama"     

"Nizam...Aku jadi bingung" Cynthia lagi-lagi meneteskan air matanya dan mulai menangis. Mengapa cinta sangat menyakitkan. Mengapa Ia harus mencintai Pangeran Thalal. Mengapa Ia tidak mencintai yang lain saja"     

"Pangeran Thalal malah memintaku untuk pindah keyakinan" Kata Cynthia dibalik Isak tangisnya.     

"Itu karena posisinya sebagai seorang pangeran, bukannya Ia tidak menghargai keyakinan mu"     

"Aku mencintai keyakinan ku"     

"Aku tidak meragukan itu" Nizam menatap dengan lembut. Lalu Ia melanjutkan kata-katanya, "Itulah sebabnya mengapa Aku sebenarnya melarang pernikahan ini. Banyak yang harus dikorbankan" Nizam kembali menatap wajah Cynthia. Lalu berkata lagi.     

"Kalau Kau menyetujui persyaratan yang Aku ajukan maka Aku Izinkan Kalian menikah."     

"Jikalau tidak?" Cynthia seakan menantang perkataan Nizam.     

"Kau bisa menikahi James. Ia memiliki keyakinan yang sama dengan mu" Nizam mencoba menawarkan alternatif lain.     

"Kau hendak menjodohkan Aku dengan pria tadi"     

"Ya kenapa tidak, Dia pria yang baik dan cerdas. Ia sangat cocok dengan mu. Tapi Pangeran Thalal terus memohon kepada ku untuk menikahi mu. Membuat kepalaku jadi pusing"     

"Tapi Aku tidak mencintainya"     

"Ya..Hidup adalah suatu pilihan. Kau harus mengorbankan salah satunya"     

"Kenapa bukan Pangeran Thalal yang berkorban untuk ku?"     

"Dia sudah hampir mengorbankan nyawanya untuk mu? Dia juga akan berkorban dengan hujatan yang akan Ia terima setibanya di Istana nanti, Ia juga berkorban dengan memberikan dirinya seutuhnya denganmu dan menerima mu apa adanya.     

Jangan lupa Cynthia di negara Kami kesucian ada di atas segalanya. Kalau Ia menerima mu dengan apa adanya berarti dia sangat mencintaimu. Jadi pengorbanan mana lagi yang harus Ia lakukan untukmu. Sudah seharusnya Kau yang sekarang berkorban untuknya. " Nizam menutup pembicaraan diantara mereka dengan pukulan yang telak. Chyntia terdiam, mungkin memang sudah seharusnya Ia yang harus berkorban untuk Pangeran Thalal.     

"Nah..Jika kau bersedia menikah dengan Pangeran Thalal maka panggillah orang tua mu besok. Seperti biasa Aku yang akan menanggung semuanya"     

"Aku rasa tidak perlu memanggil orang tuaku, Aku bisa bertindak atas namaku sendiri" Cynthia berkata tegas. Tapi Nizam menggelengkan kepalanya, Senyumnya tipis dengan tatapan mata menusuk.     

"Di dalam keyakinan ku setiap wanita yang belum menikah adalah milik orang tuanya. Jika tidak ada orang tua nya maka paman laki-laki kandung yang berhak. Karena orang tuamu masih ada, maka sangat penting meminta izin kepada mereka. Aku tidak bisa menikahkan Kalian kecuali mendapatkan izin dari orang tuamu."     

Cynthia menatap mata Nizam. Mengapa mata Nizam seperti menghipnotis semua orang yang memandangnya. Ia jadi lemah tak berdaya. Cynthia menganggukan kepalanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.