CINTA SEORANG PANGERAN

Siasat Mempertemukan



Siasat Mempertemukan

0Cynthia dan Alena tampak menikmati berendam di air dingin kolam renang pribadi Nizam. Mereka asyik berbincang-bincang sambil menikmati minuman buah campur madu. Alena merasakan tubuh letihnya berlahan menjadi kembali segar. Tadinya Ia ingin berendam air hangat tapi ternyata Ia lupa kalau Ia sedang ada di Daerah panas sehingga Ia beralih berendam di air dingin.     

"Apa maksudmu dengan pergi Ke Bali?? Bukankah waktu itu Nizam bilang Kalian mau keliling Eropa?" Cynthia tampak mengerutkan keningnya. Tadinya Ia berharap banget kalau Ia bisa ngikutin Alena bulan madu ke Eropa biarin cuma jadi pelayan juga. Lumayan kan bisa jalan-jalan gratis.     

Alena menggelengkan kepalanya, "Kata Nizam dia ingin sekalian mengunjungi orang tuaku di Surabaya. Kata Nizam ada pembicaraan penting yang akan Ia sampaikan ke ayahku berkaitan dengan kasus pencemaran nama baik ayahku. terus katanya kalau Aku ke negri sendiri biar aku lebih santai menghirup udara di Indonesia dan menikmati makanan khas Indonesia. Ia merasa badanku sekarang terlalu lemah"     

"Bagaimana tidak lemah kalau kau terus-terusan dikerjai sama dia. Nolak dikit dong Alena. Bisa remuk nanti badan kamu" Cynthia ngomel-ngomel.     

Wajah Alena jadi memerah. "Dulu kamu selalu bisa melindungi Aku dari Nizam. Sekarang kenapa Kamu diam saja?"     

"Heuhhh...Alena..Alena. Dulu itu Aku melindungi Kamu karena takut Nizam menyentuhmu sebelum perayaan kesucian.. Sekarang Kamu milik dia seutuhnya mana bisa Aku ikut campur lagi. Aku juga punya etika."     

"Aku juga tidak bisa nolak" Kata Alena     

"Kenapa?? Kamu kan biasanya galak?"     

"Kadang Aku juga menikmatinya" Kata Alena dengan wajah polos.     

Cynthia langsung menenggelamkan dirinya ke dalam air sebelum Ia berteriak histeris mendengar kekonyolan temannya.     

Wajah Alena tetap datar Ia malah berenang hilir mudik kesana kemari.     

"Wey.... Cynthia Kamu tahu tidak kita akan pergi ke Bali dengan siapa??" Teriak Alena.     

"Dengan Siapa?" Kata Cynthia sambil kembali memunculkan kepalanya dari air.     

"Pangeran Thalal"     

"APAAA??" Cynthia sekarang beneran tenggelam sampai ke dasar kolam diiringi tawa Alena.     

****     

Pangeran Thalal sedang memacu kudanya mengitari Arena ketika Nizam mengejarnya menggunakan kudanya. Akhirnya mereka berdua saling berpacu menggunakan kuda. Derap langkah kuda Arab tampak begitu mempesona semua yang melihatnya. Dua pangeran tampan menunggangi kuda dengan kecepatan tinggi. Tubuh mereka tampak seirama dengan gerakan kuda. Pasir berhamburan ke udara menyapu wajah-wajah mereka yang berkeringat hingga akhirnya Pangeran Thalal memenangkan lomba yang tidak sengaja tercipta diantara mereka.     

Pangeran Thalal tertawa bahagia berhasil mengalahkan Kakaknya. Seumur hidupnya baru kali ini Ia berhasil mengalahkan Kakaknya. Ia turun dari kudanya sambil menatap Kakaknya yang baru sampai. Nizam melompat dari kudanya lalu menyerahkan tali kekang kudanya ke Pelayan yang menunggu mereka.     

"Mimpi apa Aku semalam sampai bisa mengalahkan Yang Mulia Pangeran Nizam."     

Nizam hanya mengangkat bahunya tapi dalam hatinya dia berpikir lain. Apa gara-gara tiap malam Ia mengganggu Istrinya hingga Ia sampai sekarang kehabisan tenaga. Sialnya pikiran Nizam seperti terbaca oleh adik tirinya itu.     

"Apa karena Kakak kekurangan tidur setiap malam."     

Nizam berdehem tanda Ia terganggu dengan pertanyaan adiknya. Tapi Pangeran Thalal malah semakin sengaja menggoda kakaknya.     

"Bukannya Kami tidak tahu kalau Kakak menyimpan Kakak Putri Alena diruangan Kakak. Luar biasa Kakak ini. Dalam sejarah kerajaan kita baru kakak yang bisa menyimpan istri diruangan pribadi kakak. Bahkan Istrinya, istri kedua lagi, bukan istri pertama. Jadi bisa kami memperkirakan apa saja yang dilakukan Kakak setiap malam"     

"Baiklah kalau Kau mengoceh terus, Aku akan kembali saja" Nizam memutar tubuhnya.     

"Eeeh..kakak ini, mengapa jadi mudah tersinggung? Ok fine..Aku tidak akan bicara apa-apa lagi. Nah sekarang katakanlah Kakak hendak ada perlu apa mencariku sampai ke tempat pacuan kuda?"     

Nizam mempermainkan cambuk kuda yang masih dipegang oleh tangannya. "Aku akan mengajak mu pergi ke Bali untuk menemani kami berbulan madu."     

Pangeran Thalal bagai tersambar petir mendengar kata-kata kakaknya.     

"Bagaimana bisa Aku ikut kakak berbulan madu? Bukannya kalian hanya akan berdua saja"     

"Kau ini, Sejak kapan kita bisa pergi sesuka hati kita sendiri hanya dengan membawa badan sendiri. Menambah seorang untuk ikut dalam rombongan Aku. Tidak akan terlalu bermasalah."     

Pangeran Thalal malah menatap kakaknya dengan wajah penuh curiga. Nizam hanya pura-pura tidak menyadari kecurigaan adiknya. Padahal Ia sadar sekali kalau adiknya sangat mencurigainya. Diam-diam Nizam mengomeli istrinya dalam hati. Gara-gara Alena Ia harus siap-siap kehilangan muka pada adiknya.     

"Kakak.." Pangeran Thalal mencoba mengkonfirmasi lagi. Tapi Nizam sudah kehilangan kata-katanya. Pangeran Thalal bukan orang yang bisa disiasati dengan mudah. Sehingga akhirnya Ia menggertak.     

"Mau ikut atau tidak?? Kalau tidak ya sudah.."     

"Eh..Kakak jangan begitu, Jangan cepat meradang. Akukan tidak bilang tidak. Siapa orang bodoh yang tidak ingin ke luar negeri dengan gratis. Pergi ke Bali?? Bukannya keliling Eropa??" Pangeran Thalal mengerutkan keningnya. Ia masih ingat dulu Nizam meminta hadiah keliling Eropa untuk bulan madunya.     

"Aku ada urusan di Bali berkaitan dengan orang tua Alena, Lagipula kebetulan juga Kau ikut. Aku ingin Kau mengenal dan mempelajari seluruh aset kita di Indonesia."     

"Ooh... siap Kakak, Seingat Aku kita juga punya cabang hotel Gardenia di Bali"     

"Kamu cerdas.. tidak sia-sia Aku punya adik sepertimu" Nizam menepuk pundak adiknya. Pangeran Thalal menjadi bangga dipuji oleh kakaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.