CINTA SEORANG PANGERAN

please touch me gently



please touch me gently

0Nizam mengangkat wajahnya menatap wajah istrinya yang sudah merona dan terasa panas. Setiap ujung tubuhnya sudah sangat menegang. Alena mengusap tangan kekar berbulu suaminya. Mata Suaminya yang biasanya bersinar tajam sekarang terlihat sayu. Nizam melepaskan kaos yang mengungkung tubuh atletisnya. Dada sixpack yang bidang terbentuk karena latihan yang rutin itu membuat mulut Alena terbuka. Ia baru jelas melihat dada itu sekarang, dalam kondisi sadar, sesadar-sadarnya. Tangan Alena refleks membelainya. Nizam menarik Alena untuk bangkit dari tidurnya. "I'm yours now. Lakukanlah apa yang ingin Kamu lakukan" Katanya sambil membaringkan tubuhnya didepan Alena.     

Wajah Alena yang cantik seketika merah padam. Bukankah selama setahun ini Ia yang selalu berlaku nakal dan selalu berusaha ingin menjamah Nizam. Dan Nizam selalu menghindarinya. Kini Ia memasrahkan tubuhnya pada Alena seutuhnya. Bukankah itu so sweet banget. Dengan gemetar tangan Alena membelai dada suaminya yang terasa kokoh. "Mengapa dadamu begitu indah?" Kata Alena sambil mengguman.     

"Ciumlah Alena, rasakan oleh lidahmu" Nizam berkata seraya mengusap pipi Alena dengan lembut. Alena lalu menundukkan wajahnya lalu mencium setiap inchi dada suaminya. Nizam mengerang Tangannya menahan rambut panjang Alena yang tergerai menutupi wajahnya. Ia menahan kumpulan rambut itu diatas kepala Alena dengan satu tangannya.     

Lidah Alena seakan menemukan mainan baru. Bahkan Ia menggigit dada dan perut Nizam dengan gemas memberikan tanda merah disana sini. Nizam menggigit bibir ikalnya. Wajahnya tampannya itu tampak menahan gairah yang hampir akan meledakkan kepalanya.     

"Alena turunkan ciumanmu!!" Nizam memberikan perintah lagi. Alena yang sama sedang dilanda gairah tanpa pikir panjang menurunkan ciumannya tapi kemudian Ia tertegun karena ciumannya terhalang celana panjang Nizam yang memang belum dilepas. Bagai orang bego Ia menatap suaminya meminta petunjuk.     

"Kamu takut tidak?" Tanya Nizam sambil bangkit lalu ia membelai wajah Alena. Alena sedikit pucat. "Kalau takut tidak usah dilakukan, biar aku saja yang melepaskannya" Kata Nizam sambil akan membuka celananya. Tapi Alena lalu mencekal tangan Nizam. Ia menggelengkan kepalanya. Nizam berbaring kembali. Pada dasarnya walaupun Alena tidak berpengalaman tetapi Ia memiliki gairah yang cukup tinggi dan itu memberikan modal yang cukup untuk belajar dengan cepat. Asalkan mood Alena terjaga dengan baik.     

Alena membuka pengait celana Nizam lalu mulai menariknya dan melepaskannya. Jadilah Nizam terbaring dihadapan Alena hanya dengan menggunakan celana dalam.     

Alena menelan ludah. Nizam masih terbaring menatap Alena dengan mata yang benar-benar sayu. "Masih beranikah?"     

Alena menganggukkan kepalanya walau ragu-ragu. "Sentuhlah..itu adalah milikmu seutuhnya" Suara Nizam sudah terdengar tidak karuan. Nafasnya naik turun bagaikan habis nge-gym selama dua jam. Alena menggigit bibirnya Ia lalu memejamkan matanya dan mencoba menyentuhnya sambil mengusap-ngusap perlahan. Semakin diusap kenapa benda yang ada di sebalik celana itu jadi makin terasa membesar dan mengeras. Alena menelan ludahnya, kenapa Ia mulai menyukai gerakan tangannya sendiri.     

"Aku merasa sesak dan sakit, celana itu menahan mengembangnya milikmu Alena" Nizam sengaja mengatakan bahwa benda itu milik Alena. Seakan memberikan suatu penegasan bahwa tubuhnya adalah milik Alena. Hasilnya Alena menjadi merasa harus bertanggung jawab agar miliknya menjadi nyaman. Tangan Alena terasa sangat gemetar ketika melepas satu-satunya kain penutup di tubuh Nizam. Dan lalu meloncatlah keluar keperkasaan Nizam.     

Wajah Cantik itu seketika pucat pasi. Mulutnya terbuka lebar dengan mata terbelalak. Nizam bangkit kembali dari tidurnya lalu memeluk Alena dan mendekapnya erat. "Kalau takut kau boleh menutupnya kembali"     

Alena membenamkan wajahnya kedada Nizam yang mulai basah oleh keringat. Alena sangat ketakutan. Walaupun Alena memiliki gairah yang cukup tinggi tapi selama ini Ia tidak pernah mengeksplorasinya. Hidupnya terlalu polos untuk itu. Ia lebih suka selancar di situs fashion daripada mempelajari hubungan antara laki-laki dan perempuan. Selama ini Ia tidak pernah merasa bahwa laki-laki adalah sesuatu hal menyenangkan. Banyaknya Pria yang menyukainya cukup membuat Alena terkadang memandang bahwa pria adalah makhluk yang cukup menjengkelkan. Sampai Ia bertemu Nizam. Nizam pria yang dia suka tapi tidak membalas cintanya. Tapi sekarang pria itu sudah dalam genggamannya. Dia ada didepannya dengan posisi yang pasrah. Cerdasnya Nizam memprovokasi Alena bahwa Ia hanyalah milik Alena. Alena lah yang menguasainya dan bukan Ia yang menguasai Alena. Hal ini membuat mental Alena tertantang untuk menghilangkan rasa takutnya. Nizam memang cerdas luar biasa.     

"Aku ingin memegangnya" Alena berbisik malu-malu. Ia berusaha memberanikan diri. Cuma benda seperti itu mengapa Ia harus takut. Alena mendorong dirinya sendiri untuk membuang seluruh rasa takutnya.     

'Boleh, kenapa tidak? Apapun yang mau kau lakukan, lakukanlah." Nizam masih duduk sambil menselojorkan kakinya. Ia memegang tangan Alena dan menuntunnya dengan hati-hati untuk memegangnya. Lalu dengan gemetar Alena memegangnya. Benda itu benar-benar sudah menegang dengan sempurna. Hingga terasa keras, hangat dan berdenyut, Alena mengusapnya sangat perlahan seakan takut melukai miliknya itu.     

"Apa Kau ingin menciumnya?" Nizam berkata sambil tetap memejamkan matanya. Alena mengerjapkan matanya. Ia menatap benda itu bukannya mencium Ia malah mengulurkan lengannya untuk membandingkan ukuran antara lengannya dan benda itu. Alena langsung tersedak ketika sadar bahwa ukuran lengannya kalah telak ukuran benda itu. Pertanyaannya adalah apakah benda itu sebesar itu bisa masuk apa tidak,?"     

"Nizam? benda itu begitu besar dan panjang. apakah bisa masuk atau tidak??"Alena malah bertanya bagai orang yang linglung. Nizam tersenyum. "Jangan Takut sebesar apapun milikku maka milikmu akan dapat menyesuaikannya?"     

"Apakah milikku nanti akan robek lagi?" rasa khawatir Alena langsung muncul. Benda itu betapa besar dan panjang dan mengerikan. Alena menutupi wajahnya mulai gairahnya langsung turun drastis. Nizam langsung menarik selimut untuk menutupi auratnya. Ia tidak ingin membuat Alena jadi shock. Tahap awal yang ingin Nizam lakukanlah adalah memperkenalkan miliknya pada Alena. Agar Alena tidak merasa kaget kalau tiba-tiba benda itu memasuki tubuhnya.     

"Kalau badan kamu siap. Milikmu tidak akan robek. Jangan menangis, sayang. Kita tidak akan memaksakan. Kita akan mencobanya lain kali."     

"Apakah Kamu tidak marah?" Alena merasa sangat menyesal.     

Nizam menggelengkan kepalanya. 'Mengapa harus marah. "Aku ingin Kau yang memilikiku bukannya Aku yang memilikimu. Sebagai milikmu maka Kamu yang harus memegang kendali. Kalau Kamu ingin menghentikannya maka hentikanlah. Mari sini berbaringlah. Kita ngobrol saja sampai menjelang Maghrib" Nizam memeluk Alena dan mengajaknya berbaring. Hari memang masih sore. Baru pukul 5. Sebenarnya waktu yang tanggung tapi Nizam yang baru pulang dari Kantor perusahaan minyak milik kerajaannya tidak sabar ingin bertemu Alena.     

"Betapa baiknya Kamu, Nizam..Mmm" Alena hendak mengatakan sesuatu.     

"Apa?" Kata Nizam sambil mencium leher Alena.     

"Kamukan tahu kalau kuliah kita belum beres. ada satu semester lagi yang harus diselesaikan" Alena berbicara sambil mengelus dada suaminya. Nizam menikmati elusan tangan istrinya.     

"Iya, memangnya kenapa?"     

"Aku ingin menyelesaikannya,"     

"Kenapa Kau bertanya seperti itu? " Nizam menatap Alena dengan heran.     

"Bukankah dikerajaanmu para gadisnya tidak memiliki pendidikan yang tinggi. Pendidikan diprioritaskan untuk para pria. Jadi Aku takut karena Aku sudah jadi warga negara Azura maka Aku tidak boleh melanjutkan kuliahnya"     

Mata Suaminya membesar lalu tersenyum. Bukannya menjawab Nizam malah mengulum bibir Alena lalu menggigitnya dengan gemas. Alena terpekik kecil dia balas mengulum bibir Nizam dan menyedot lidah Nizam dengan sekuat tenaga hingga Nizam gelagapan. Nizam mendorong kening Alena dengan telunjuknya. Hingga ciuman Alena terlepas.     

"Kamu ingin membuat lidahku putus?" Nizam ngomel-ngomel. Alena tertawa tergelak-gelak. Dadanya sampai terguncang karena tawanya. Nizam menatap pemandangan yang menarik didepannya. Tangannya langsung terhulur. Mengapa tubuh Alena yang mungil tapi memiliki dada yang begitu besar dan sangat indah. Alena menggelepar bagai ikan kehabisan air. Apalagi kemudian Tangan Nizam kebawah dan "Aak..Akh..aduh Mmm.." Mata Alena terbeliak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.