CINTA SEORANG PANGERAN

Bunga Dandelion yang Tertiup Angin



Bunga Dandelion yang Tertiup Angin

0Nizam menatap Alena yang masih terbaring dengan mata menerawang. Menerka-nerka apa yang sebenarnya ada dalam otak Istrinya. Di saat puluhan wanita yang ada diharem yang begitu mendambakan anak darinya ada wanita yang begitu datarnya bicara bahwa Ia tidak ingin hamil. Disaat Putri Reina berupaya untuk hamil dengannya. Alena begitu mudah berbicara Ia tidak ingin hamil. Disaat Nizam ingin memiliki banyak anak dengan Alena. Bahkan Ia berencana menghamilinya secepatnya agar Alena tidak usah ke Amerika lagi.     

Nizam takut Alena bertemu Edward di Amerika dan Alena berubah pikiran. Ia bukannya tidak tahu kalau Edward menemui Cynthia di hari setelah Ia menyakiti Alena. Ia menyuruh orang menyelidiki kepergian Cynthia waktu itu dan melalui mata-matanya Ia mengetahui bahwa Edward dan Cynthia saling berbicara ditaman Nasional Azura.     

Tidak mudah bagi seorang laki-laki untuk melepaskan wanita yang dicintainya. Karena perasaan yang berbeda bagi laki-laki dan wanita dalam menterjemahkan cinta. Banyak pria gelap mata ketika wanita yang dicintainya meminta untuk pergi dari sisinya. Jiwa kelaki-lakiannya akan merasa tertoreh sehingga kadang mereka lebih rela membunuh wanita yang di cintainya daripada merelakan mereka jatuh kepelukan pria lain. Laki-laki jadi kehilangan akal sehat kalau sudah menyangkut masalah tentang cinta.     

Alena balas menatap Nizam lalu Ia melanjutkan kata-katanya. "Empat tahun lalu Ayah mengirimku ke Amerika untuk kuliah jurusan manajemen tetapi kemudian Aku diterima di jurusan Ekonomi. Walaupun Aku tidak terlalu suka jurusan itu karena pada dasarnya Aku ingin menjadi seorang model dan ingin sekolah modeling tapi Ayah menolak dengan keras. Ia ingin Aku meneruskan perusahaan."     

Diam-diam sambil kuliah di Ekonomi Aku lalu menyadari bahwa Aku mungkin tidak bisa menjadi seorang model lalu Aku beralih mempelajari tentang fashion dan berencana membuka perusahaan pakaian hasil dari rancanganku. Sebenarnya ada banyak cita-cita dalam otakku. Tapi Kamu merubah segalanya. Ketika Aku mencintaimu mana Aku tahu Kau seorang pangeran putra Mahkota dan Kau lalu menjeratku untuk tinggal dalam Harem. Jadi yang Mulia, please Aku belum siap untuk hamil"     

Mata Nizam terbelalak lebar dengan mulut tampak menahan geram. Ia langsung mencekal tangan Istrinya bagaikan gila Ia berbicara.     

"K..kau, Kau bilang apa?? Aaku menjeratmu?" Mengapa pikiran Istrinya berubah-ubah bagaikan pasir dipadang yang tandus. Bagaimana bisa Ia berkata dengan wajah tanpa dosa. Setelah Alena mencoba menaklukkan hatinya kini Ia akan berlari darinya. Ia tidak tahu apakah tidak ingin hamil sekarang atau nanti. Baginya kata-kata Alena lebih mirip dengan Ia tidak ingin tinggal lama di Istana bersamanya dan Ia masih ingin bebas.     

Alena meringis kesakitan. Nizam mencekal tangannya dengan kuat.     

"Kau menyakitiku" Alena merintih.     

"Kau bagaimana bisa bicara tidak ingin hamil disaat keturunanku sangat ditunggu. Kamu tahu setiap orang yang memberikan ucapan selamat dalam pernikahan kita adalah semoga Aku segera dikaruniai keturunan"     

" Tapi Aku belum siap. Usiaku baru mau akan 20 tahun. Aku masih ingin kuliah, Aku juga ingin belajar menjadi seorang desainer."     

"Alena bersikaplah dewasa sedikit saja, Mengapa Kamu begitu egois?" Nizam menurunkan suaranya.     

"Aku jenuh, Aku bosan...Aku tidak mau tua di Istanamu. Tiga Minggu ini Aku merasa bagai kura-kura dalam tempurung. Setiap hari hanya bolak balik di dalam Harem tanpa melakukan apa-apa selain melihat para gadismu bersolek dan bergosip. Kau juga tidak setiap saat ada untukku. Bahkan seminggu ini kau baru sekarang memintaku untuk menemanimu. Nizam Aku tidak tahan lagi."     

"Ya..Tuhan. Aku pikir setelah percintaan Kita yang indah Kau akan jadi milikku selamanya, Kenapa perasaanmu cepat berubah"     

"Aku mencintaimu Nizam, Kau jangan pernah meragukan itu. Hanya saja Aku sekarang sedang bosan."     

"Alena tolong jangan membuatku takut." Nizam mendekap tubuh Alena dengan erat. Nizam tahu dari awal Ia tidak bisa memperlakukan Alena seperti wanita lainnya . Bukankah dulu Ia pernah membahas hal ini dengan Cynthia hanya Ia tidak mengira kalau Istrinya bisa berubah secepat ini. Tiba-tiba Nizam jadi berpikiran lain.     

"Alena, Apa kau selama ini hanya menganggapku sebagai suatu obsesimu belaka?" Nizam berkata sambil memegang kedua bahu Alena. Alena mengerjapkan bulu mata yang lentik alami.     

"Obsesi??"     

"Ya...selama ini Kau berusaha mengejarku dan setelah Aku sekarang berhasil kau dapatkan. Aku jadi tidak menarik lagi bagimu"     

Alena menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu, Aku hanya merasa bosan"     

"Alena Tinggallah diruanganku agar Kau tidak bosan. Jangan kembali lagi ke Harem . Aku juga akan memberikan Kau akses keluar masuk istana dengan bebas tanpa melalui protokoler kerajaan. Kau ingin Aku melakukan apa, Aku akan melakukan apa saja. Tapi tinggallah disisiku untuk selamanya" Nizam menatap Alena dengan penuh permohonan. Kini posisinya bagai tawanan yang kalah perang. Ia dalam posisi tidak berdaya.     

Alena benar-benar telah membuatnya gila. Mengapa gadis mungil yang lemah, yang kini berada dalam dekapannya bisa membuat tubuhnya yang tinggi besar dan gagah perkasa itu lunglai tidak berdaya.     

Mengapa Ia sekarang merasa hanya sebagai pemuas nafsu Alena saja. Mengapa Pangeran yang begitu cerdas sampai bisa teraduk-aduk perasaannya seperti ini. Nizam tetap memeluk Alena erat-erat. Ia bersumpah akan tetap mempertahankan Alena disisinya baik Alena suka ataupun tidak.     

Nizam tidak tahu bahwa yang Ia rasakan sekarang sama hancurnya dengan perasaan Edward saat Ia menangis meratapi cintanya dihadapan Cynthia.     

Sementara Alena hanya diam dipeluk Suaminya dengan pikiran melayang-layang jauh...jauh..jauh... bagai bunga dandelion tertiup angin. Beredar berputar-putar di udara menunggu nasib akan menghempaskannya kemana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.