CINTA SEORANG PANGERAN

Hadapi Kenyataan



Hadapi Kenyataan

0Nizam tersenyum mendengar curhatan adik tirinya. Pangeran Thalal bercerita sambil sesekali menghela nafasnya yang terasa berat. Kasian sekali melihatnya. Wajah riangnya berubah jadi murung. Pasti Ia sudah terkena racun cinta.     

"Mengapa Kami harus berbeda pandangan?" Kata Pangeran Thalal dengan wajah sedih.     

"Itulah hidup adikku, Tidak ada yang sempurna dalam hidup ini, Lagipula cinta tidak selamanya harus memiliki" Kata Nizam sambil menepuk-nepuk pundak Pangeran Thalal.     

"Tapi dia wanita yang sangat mengagumkan" Mata Pangeran Thalal menjadi berbinar-binar mengingat betapa cerdasnya Cynthia.     

"Mengagumkan apa?"     

"Otaknya begitu cerdas, analisanya sangat luar biasa meyakinkan. Mengapa dia begitu pintar.."     

"Yaah.. begitulah Dia, Strategi ku saja terkadang dia patahkan. Dia selalu ada untuk Alena, bahkan dia berani menyerangku hanya untuk melindungi sahabatnya itu. Dia memang gadis yang sangat mengagumkan. Tapi terkadang dia sangat menakutkan, kecerdasan otaknya membuat kita tidak berkutik untuk mengadu strategi dengannya. Otakmu bukan apa-apa dibandingkan dengan dia"     

"Itulah Kakak. Wanita itu sangat jarang ada dimuka bumi ini. Aku harus memilikinya untuk mendampingi hidupku"     

Nizam mengerutkan keningnya mendengar kata-kata adiknya.     

"Kau mencintainya atau hanya menginginkan kecerdasannya? Hati-hati adikku kalau kamu hanya mengagumi kecerdasannya jangan Kau nikahi dia, Jadikan saja Ia pegawai mu. Pekerjakan Ia di perusahaanmu"     

Pangeran Thalal terdiam, sebenarnya Ia juga masih belum yakin, cinta apa kagum. Tapi wajah Cynthia seakan selalu terbayang di pelupuk matanya.     

"Kakak..." Pangeran Thalal memanggil Nizam sambil menatapnya.     

Nizam balas menatapnya. "Apakah bisa Kami menikah walau berbeda keyakinan?"     

Nizam terdiam Ia merasa sangat berat hati hendak menjawab pertanyaan Pangeran Thalal. Nizam juga sesungguhnya mengerti bahwa Pangeran Thalal tahu pasti apa jawaban terhadap pertanyaannya. Sebagai Sarjana Psikologi tidak mungkin Ia tidak tahu bagaimana kondisi keluarga yang memiliki paham yang berbeda antara ayah dan ibunya. Tapi Ia juga paham bahwa pertanyaan Pangeran Thalal hanya ingin meyakinkan dirinya sendiri.     

"Kau dan istrimu kelak akan berdiri dalam dua perahu yang berbeda. Sementara anak-anak mu akan menyimpan masing-masing kakinya di perahu kalian. Sebelah kaki kanan mereka akan berada di atas perahu mu dan sebelah kaki kirinya akan berada di atas perahu istrimu. Tegakan Kau melihat mereka menyeimbangkan kaki-kaki mereka agar bisa berjalan tegak mengikuti laju perahu kalian, sementara untuk berdiri tegak saja sulit"     

Pangeran Thalal terdiam merenungi kata-kata Kakaknya.     

"Sudahlah adikku lupakan dia. Lagipula aku sudah menyiapkan seseorang untuk mendampingi dia?"     

"Hah?? Siapa dia?" Pangeran Thalal langsung tegang karena cemburu.     

"Tuan James. Staff ahli keuangan kepercayaanku. Dia besok akan tiba disini. Dia akan membantuku untuk lebih memahami laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan di Indonesia. Dia berasal dari Mesir tetapi sudah menjadi kewarganegaraan Azura. Ia juga memiliki keyakinan yang sama dengan Cynthia.     

Ia sangat kompeten dan profesional. Aku pikir Ia sangat tepat untuk Cynthia. Lagipula pasangan Cynthia dan James akan membantu ku untuk membongkar konspirasi diantara para pejabat ku yang tidak setia. Dan aku akan mulai dengan membongkar dengan kasus penyelewengan asset kerajaan. Ke depan aku berencana hendak menjadikan James sebagai menteri keuangan."     

Pangeran Thalal merasa hancur tapi Ia mulai merenungkan kata-kata Kakaknya.     

"Dan Kau mulailah untuk mempelajari tindakan-tindakan yang perlu diambil agar para pejabat itu bisa menyadari kesalahannya tapi mereka tidak harus tertekan sehingga aku bisa mengembalikan kesetiaan mereka tanpa harus ada kudeta atau pertumpahan darah. Sebab jika mereka tidak bisa aku luruskan untuk tetap berada di pihakku maka dengan sangat terpaksa Aku akan menyingkirkan mereka"     

"Jadi benar kata Cynthia bahwa kakak sedang merencanakan sesuatu?"     

"Ha..ha..ha.. tidak ada yang bisa lolos dari pengamatan gadis itu. Aku benar-benar beruntung dia ada untuk Alena sehingga secara otomatis dia ada dipihakku. Karena dengan membelaku Dia berarti membela Alena juga." Nizam tampak lega.     

Wajahnya yang tampan itu sekarang menampakan bahwa dia memang benar terlahir sebagai seorang Raja. Raja yang bisa mempertahankan siapa saja untuk berada disisinya yang menguntungkan baginya dengan segala strateginya. Termasuk mempertahankan Alena disampingnya. Karena selain dia sangat mencintai Alena. Dengan mempertahankan Alena dia juga secara otomatis mempertahankan Cynthia yang luar biasa cerdas untuk turut berada disampingnya.     

Bahkan Ia juga berencana mengikat James untuk tetap berada dipihaknya dengan menjadikannya pasangan Cynthia. Pangeran Thalal menggelengkan kepalanya.     

"Kakak terkadang Aku takut melihat mu. Mungkin Kau akan menyingkirkanku juga, semudah Kau menjentikkan jari seandainya Aku tidak berada disisimu"     

Nizam hanya mengguman lalu Ia mengangkat bahunya sambil berlalu. "Istirahatlah, Ini sudah malam. Aku juga sudah mengantuk"     

****     

Nizam membuka pintu kamar, dilihatnya Alena sedang membaca buku dengan hanya mengenakan lingerie bewarna biru. Nizam menjadi terpesona.     

"Apakah diluar sedang hujan, Alena?" Tanya Nizam sambil duduk di samping Alena.     

"Kenapa Kamu tanyakan itu kepadaku? Bukankah Kamu yang barusan keluar." Alena bertanya dengan terheran-heran.     

"Maksudku apakah diluar akan terjadi hujan angin karena kenapa Kau tiba-tiba membaca buku? "     

"Ah Nizam, Kamu menyebalkan" Alena cemberut. Ia lalu kembali membaca bukunya. Novel romantis yang barusan Ia beli dari Toko Buku Gramedia memiliki alur cerita yang bagus sehingga Alena tidak mau berhenti membacanya. Melihat Alena tidak memperdulikannya malah tetap asyik membaca novel berbahasa Indonesia itu membuat Nizam menjadi kesal. Ia lalu mencabut Novel itu dari tangan Alena. Alena berteriak kaget tapi kemudian Ia tidak berdaya ketika Nizam memeluknya dan menghujaninya dengan ciuman.     

"Sungguh tidak sopan lebih memilih membaca buku daripada melayani suaminya."     

"Ka..u kenapa berkata seperti itu?" Alena bertanya sambil mendorong wajah Nizam yang mulai menyelusup ke dadanya. Nizam mencekal tangan Alena yang mendorong wajahnya. "Kamu diamlah, malam ini kau adalah milikku karena malam kemarin Aku sudah menahan diri untuk tidak menyentuhmu, Program dua hari sekali terkadang membuat ku jadi gila" Nizam menarik tangan Alena agar Alena duduk di pangkuannya.     

Alena akhirnya duduk dipangkuan Nizam, Mereka lalu saling mencumbu. Nizam menarik rok lingerie Alena ke atas. Ia melihat celana dalam Alena yang bertali dikiri dan kanannya. "Celanamu manis sekali.." Kata Nizam sambil tersenyum genit. Alena mencibirkan bibirnya. Melihat bibir Alena yang mencibir menjadi sedikit maju ke depan malah membuat Nizam gemas Ia lalu menggigit bibir Alena hingga Alena terpekik.     

"Kau...aduh sakit tau" Alena mengusap bibirnya yang memerah. Nizam tidak menjawab malah tangannya melepas tali-tali simpul celana Alena. Alena mengejang ketika celananya terlepas. Nizam bangkit dulu la lalu melepaskan semua pakaiannya. Kemudian kembali menarik tangan Alena untuk duduk dipangkuannya. Alena menatap wajah Suaminya dengan sayu.     

"Apakah Kamu kuat untuk bisa bergerak aktif?" Bisik Nizam ditelinga Alena. Alena menganggukan kepalanya dengan penuh rasa ingin tahu. New style yang belum pernah dicobanya. Nizam memegang pinggang Alena dengan lembut lalu memposisikan tubuh Alena dengan tepat ke tubuhnya. Kemudian secara perlahan Nizam menurunkan tubuh Alena perlahan untuk memasuki dirinya. Mata Alena semakin sayu.     

"Perlahan Nizam...Aku merasa sedikit kesakitan" Suara Alena serasa timbul tenggelam. Nizam menganggukan kepalanya. "Kau bisa mengontrol gerakan tubuhmu sendiri, Alena" Kata Nizam sambil mengelus kepala Alena. Alena perlahan menurunkan kembali tubuhnya hingga tuntas semua. Nizam mengerang keenakan.     

"Gerakan tubuhmu Honey...I Love You so much" Kata Nizam sambil membujuk Alena untuk mulai bergerak. Alena perlahan menaik-turunkan tubuhnya dengan hati-hati. Tetapi kemudian makin lama semakin cepat..hingga akhirnya Ia berteriak keras. Nizam sampai menutup mulutnya dengan ciuman agar suara Alena teredam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.