CINTA SEORANG PANGERAN

Senjata makan Tuan



Senjata makan Tuan

0

Alena mendengarkan suara gemericik air dikamar mandi. Tadi seusai sholat Isya di mesjid Nizam malah masuk kamar mandi dan Nizam pasti sekarang sedang mandi. Alena sangat gelisah Baju tidurnya yang bewarna merah muda itu tampak membuat Alena semakin cantik. Tadinya Ia ingin sekali cepat-cepat tidur tapi sayangnya malah Ia kehilangan rasa kantuknya. Suara air yang mengalir dari shower membuat jantung Alena semakin berdebar kencang.

Suhu tubuhnya meningkat. Sebenarnya Ia juga sedang sangat bergairah. Seorang wanita yang sedang dalam masa subur memang memiliki beberapa perubahan pada tubuhnya. Seperti gairah yang semakin meningkat, Suhu tubuh sedikit naik, aroma tubuh yang membuat laki-laki semakin ingin menyentuh si wanita itu serta cairan tubuh dibagian kewanitaan yang semakin meningkat untuk mempermudah jalan bagi sperma menuju sel telur.

Alena memegang gaun tidurnya erat-erat. Sialnya tadi Cynthia gagal mendapatkan pil Kontrasepsi itu. Tidak ada satupun Pelayan yang bersedia membantu Chyntia. Mau keluar juga tidak bisa semudah itu. Sejak Ia keluar sendiri untuk menemui Edward, Cynthia hanya boleh keluar dengan dikawal oleh pengawal kerajaan. Yang Ia ingat adalah jangan minum apapun yang diberikan oleh pelayan atau Nizam, Jangan bercinta dengan Nizam minimal untuk malam ini atau besok. Ia harus bertahan sekuat tenaga.

Tiba-tiba suara air dishower berhenti menunjukkan Nizam sudah berhenti mandinya. Nizam keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan handuk yang menutupi perut sampai paha. Dadanya yang bidang tampak masih basah oleh tetesan air. Alena menelan ludahnya. The damn..Nizam tampak sangat seksi dan hot. Alena jadi berkeringat sendiri. Antara ingin bercinta dan ketakutan membuat Alena semakin gelisah.

Nizam mengerutkan keningnya melihat Alena gelisah. Ia membungkukkan badannya ke arah Alena tangannya terhulur hendak menyentuh pipi Alena tapi Alena malah memundurkan tubuhnya ke belakang. "Ada apa Alena?" Tanya Nizam keheranan matanya yang tajam menyiratkan sedikit ketidakmengertian.

"A..aku malam ini sangat lelah.. bolehkah malam ini Aku tidur?" Alena gemetar tampak ketakutan.

"Ada apa ini? Bukankah malam ini saat yang tepat untuk saling berbagi kasih. Ayolah sayang kemarilah jangan Kau buat suamimu ini merana" Nizam naik ke tempat tidur Ia merangkak mendekati Alena yang tampak semakin mundur ke belakang.

"Tidak... tidak..jangan sentuh aku, Aku tidak mau apa-apa malam ini Aku hanya mau tidur."

Alena malah menutupi wajahnya dengan bantal. Nizam terduduk lemas.

Sial.. pasti Cynthia sudah mengetahui strateginya, Bagaimana mungkin Alena bertingkah seperti sekarang ini. Bukankah dua hari kemarin Ia leluasa menyentuh Alena. Sekarang mengapa Alena menghindarinya. Padahal malam ini harusnya malam yang sangat tepat. Apalagi Alena tadi siang sudah meminum obat penyubur yang kadar ketepatannya tidak usah diragukan lagi.

Nizam lalu berteriak, "Pelayan!! Bawa masuk minumannya!" Alena bangkit memandang Nizam yang duduk di tepi ranjang.

"Kau mau apa?" Tanya Alena. Nizam tersenyum manis. "Lihat..Aku sudah membuat kan minuman untuk mu" Kata Nizam sambil menunjuk ke Pelayan yang datang sambil membawa baki berisi dua gelas berisi air jeruk. Mata Alena membesar. Heuh.. untungnya tadi Cynthia sudah memberitahu kalau Ia jangan minum apa-apa. Memangnya Ia gadis yang bodoh.

"Memangnya Aku tidak tahu apa isi air itu?"

"Memangnya isinya apa? Ini cuma air jeruk biasa" kata Nizam sambil meminum air jeruk di gelas yang satunya. Gelas yang satunya lagi berisi air yang diberi obat penambah gairah pemberian Pangeran Rasyid. Kemarin Ia sengaja meminta obat aprodisiak kepada Pangeran Rasyid sebagai Strategi terakhir yang akan Ia terapkan pada Alena. Efek obat itu sangat kuat. Yang meminumnya akan kehilangan kesadaran dan akan terus bercinta sampai hasratnya terpuaskan. Ia ingin Alena meminumnya agar Ia leluasa menumbuhkan benihnya ke rahim Alena.

Alena melihat gelas yang berisi air jeruk itu habis diminum Nizam. Nizam seakan menunjukkan keamanan minuman itu, "Nah sekarang minumlah.. Setelah Kau minum aku berjanji tidak akan mengganggumu untuk malam ini." Nizam membujuk sambil memberikan gelas itu kepada Alena.

Alena menerimanya lalu Ia menyimpannya bibir permukaan gelas itu dibibirnya. Nizam menatap dengan hati bahagia. Tapi kemudian hati Nizam tercekat melihat Alena memberikan gelas itu pada Nizam lalu dengan suara galak Alena berkata,

"Kau minum air itu sendiri cepat!! Kalau tidak maka Aku tidak akan pernah mau ke sentuh lagi!!"

"Alena..!! Tolong jangan!!" Nizam mencoba menolak gelas yang disodorkan oleh Alena ke Bibirnya. Melihat Nizam berusaha menolak Alena malah semakin memaksa hingga akhirnya Nizam menyerah. Ia dicekoki Istrinya sendiri minuman itu sampai habis.

"Alena...kamu tidak tahu apa yang sudah kamu lakukan" Kata Nizam sambil menyimpan gelas itu ke baki pelayan lalu punggung tangannya mengusap bibirnya yang basah. Reaksi obat itu mulai terasa..Tubuh Nizam mulai terasa panas dan gerah. Nizam mengerang, menggeliat-geliat merasakan tubuhnya mulai meronta tidak terkendali. Ia menatap Alena yang senyam - senyum penuh kebahagiaan. Alena senyum-senyum karena dipikirnya Ia sudah berhasil memperdaya Nizam.

Tapi kemudian senyumnya berhenti Ia melihat mata Nizam menyalang tajam. Dan..Aakh..Alena berteriak ketika sebelah kakinya ditarik oleh Nizam.

"Pergi kalian semua!!" Kata Nizam pada para pelayannya sambil merobek gaun Alena. Alena berteriak ketakutan.

"Tidak!!! jangan... kembali!!!!kalian tolong Aku!!" Alena berteriak meminta para pelayan berhenti. Para pelayan menjadi berhenti sesaat. Nizam melirik buas pada pelayannya. "Pergi atau Aku bunuh semuanya"

Para pelayan itu langsung kabur terbirit-birit keluar. Tidak ada satupun yang berani bersuara. Alena menatap putus asa pada pintu yang ditutup dari luar.

"Nizam.. jangan.. aduuh..kau menyakitiku..sakit..Nizam hentikan...AAA!!!" Tubuh Alena meronta-ronta tapi Nizam sedikitpun tidak membiarkan Alena berkutik. Ia memiting tubuh Alena agar diam. Kakinya menjepit kaki Alena hingga Alena tidak berdaya. Tangan Alena menggapai-gapai. Nafasnya megap-megap serupa orang yang tenggelam di dalam air.

Malam ini Nizam sedikitpun tidak memberi ampun kepada-nya. Jeritan Alena tidak membuat Hati Nizam menjadi luluh. Nizam berubah bagai serigala yang merobek-robek tubuhnya dengan leluasa. Perlawanan yang Ia berikan pada Nizam bagai hembusan angin diatas karang yang kokoh.

Walaupun Alena terkadang merasakan kenikmatan tapi kebuasan suaminya memaksa Ia meronta-ronta terus walaupun kemudian Ia tidak berdaya. Keperkasaan Nizam benar-benar meluluhkan perlawanannya. Ia sudah meraih puncak berkali-kali tapi Nizam tidak berhenti juga.

Alena meratap minta ampun. Setiap kali Ia terkulai bersamaan dengan Nizam dan Alena mau merangkak melarikan diri tapi Nizam kembali menarik kakinya lalu membantingnya ke atas ranjang lalu Nizam kembali menyentuhnya tanpa sempat Ia untuk bernafas sedikitpun.

Entah sampai yang keberapa kalinya Nizam menyemburkan rasa cintanya kepada tubuh Alena. Alena sudah merasa seluruh persendian putus. Lututnya terasa sangat lemas. Walaupun Ia sendiri merasakan kepuasan yang tidak terkira tapi tubuhnya terasa luluh lantak.

Hingga tubuh Nizam kemudian ambruk di atas tubuhnya. Alena menyingkirkan tubuh Nizam dari tubuhnya yang gemetar. Kesal tiada hingga akan kelakuan suaminya.

Ia melihat Nizam tertidur dengan pulas. Wajahnya menyiratkan kepuasan yang teramat sangat. Alena menyadari bahwa Ia sudah terperangkap selamanya dalam pelukan Nizam, sama halnya seperti sel telur miliknya yang sudah tidak berkutik diserang ribuan benih yang ditabur berulang-ulang oleh suaminya. Tangan Alena tanpa sadar mengusap-usap punggung suaminya yang basah kuyup oleh keringat.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.