CINTA SEORANG PANGERAN

Curahan Hati



Curahan Hati

0Alena menarik nafas dengan wajah mendung Ia melihat wajah Ayah dan Ibunya yang kebingungan. Alena melangkah perlahan berlalu dari hadapan orang tuanya, lamat-lamat Ia mendengar tangisan Ibunya.     

"Ayah ini, selalu tidak pernah pakai hitungan. Kemarin bilangnya Alena pasti tidak punya kekasih dan bersedia dijodohkan. Nyatanya Ia malah mau dilamar sama kekasihnya." Kata Ibunya sambil terisak.     

"Ayah juga tidak menyangka Dia akan jatuh cinta secepat itu, Kamu dengarkan Ia baru berhubungan dua bulan. Bagaimana bisa baru dua bulan sudah mau lamaran." Ayahnya berbicara perlahan seakan takut terdengar anaknya. Tapi Alena memang mendengarnya dari sebalik tangga. Hatinya mulai goyah.     

" A...yah, jangan-jangan Dia hamil." Ibunya berbicara dengan suara tercekat.     

Alena cemberut mendengar tuduhan Ibunya, boro-boro hamil disentuh juga tidak.     

Ayahnya terbelalak. " Bu.. tolong jangan berbicara seperti itu. Beban Ayah sudah berat dengan berita bahwa Alena sudah punya kekasih. Sekarang ditambah dengan dugaan seperti itu. Ayah lebih baik masuk penjara daripada harus menanggung malu kalau Alena hamil diluar nikah.."     

"Ayah maafkan Ibu, Ibu janji tidak akan pernah meragukan Alena. Dia anak yang baik dan cerdas. Besok kita hadapi saja Pak Hartono bersama-sama. Kalaupun nanti Ayah tidak dapat mengembalikan pinjaman, Kita hadapi saja bersama. Yang penting Kita jangan mempertaruhkan kebahagiaan Alena."     

Alena jadi kasihan juga sama ibunya, Ia menyangka Alena wanita yang baik padahal itu karena Nizam tidak berniat menyentuhnya. Kalau seandainya Nizam mengajaknya kemungkinan Alena tidak akan menolak. Wajah Alena memerah, Ia jadi malu sendiri bersikap seperti wanita tidak tahu malu. Kemudian Ia kembali mendengarkan kata-kata Ayahnya.     

"Ayah setuju. Dia anak kita satu-satunya. Kita bekerja keras selama ini untuk kebahagiaannya. Uang tidaklah penting. Biar besok kita hadapi Pak Hartono bersama."     

Ayah dan Ibunya kemudian terdiam dalam pikirannya masing-masing. Alena melangkah keluar dari rumahnya dan pergi ke taman samping rumahnya. Duduk di teras seorang diri Ia mengeluarkan handphonenya dan mulai menghubungi Cynthia.     

Ia ingin sekali menelpon Nizam tetapi karena Nizam sedang dalam perjalanan menggunakan pesawat jelas Ia tidak mungkin menghubunginya. Alena melirik jam di ujung layar handphonenya. Jam 8 malam berarti kemungkinan di New York sekitar jam delapan pagi atau jam sembilan. Mungkin Cynthia sedang beres-beres ditempat kerjanya. Karena jika tidak ada kuliah biasanya Cynthia kerja full time untuk mendapatkan uang lebih.     

Alena mendengarkan nada dering tunggu dari handphonenya. Terdengar ada suara Cynthia yang menyapanya.     

"Hallo Alena.."     

Begitu mendengar suara Cynthia Alena langsung menangis terisak-isak. Cynthia yang sedang membersihkan meja untuk makan para pelanggan langsung terhenti. Ia melirik temannya yang sedang menyapu melemparkan lapnya ke dia lalu berkata.     

"Tolong gantikan Aku dulu, ada telepon penting" Kata Cynthia sambil pergi keluar. Temannya mengacungkan jempolnya tanda setuju walaupun Ia heran telepon dari siapa sampai wajah Cynthia begitu serius.     

Cynthia duduk di meja depan yang dipayungi atap seperti payung. Suasana masih sepi karena memang tempatnya belum buka. Baru buka pukul sepuluh. Sehingga Ia punya waktu yang leluasa untuk mendengarkan Alena.     

"Alena ada apa?" Suara Cynthia terdengar perlahan Ia merasa tangisan Alena sangat menyakitkan. Ia lalu terdiam karena Alena masih belum berbicara, Alena masih menangis lirih.     

Angin malam bertiup lembut. Bunga Anggrek beraneka warna tampak bergoyang dari pot-pot gantung yang berwarna coklat. Ibunya memang penggemar anggrek. Anggrek-anggrek itu dirawatnya penuh kasih sayang disela-sela waktu senggangnya.     

" Cynthia, mengapa nasibku selalu malang??" Isak Alena.     

" Tapi apa yang terjadi? Apakah Ayah dan Ibumu baik-baik saja?"     

" Mereka baik-baik saja. Masalahnya ternyata bukan karena orang tuaku sakit tetapi Aku disuruh pulang karena ada orang yang akan melamarku. Orang tua ku berniat mau menjodohkan Aku."     

"Ya Tuhan Alena, mengapa Kamu dan Nizam selalu mengalami masalah yang aneh. Sebenarnya kalian berasal darimana? Dari negara antah berantah kah? Terus bagaimana? Bukankah Sampai sekarang Nizam masih belum menghubungimu?" Cynthia bersungut-sungut.     

"Dia sudah menghubungiku tadi siang eh tadi malam waktu Amerika, Dia sekarang sedang dalam perjalanan ke Indonesia mau melamarku."     

"Hmmm ..bagus ya. Pas bagian cerita membahagiakan Kamu tidak menghubungi Aku, giliran cerita menyedihkan Kamu langsung nangis-nangis sambil cerita. Kamu memang benar-benar teman sejati.     

" Aduh.. Cynthia tolong untuk jangan berkata yang bukan-bukan bukannya Aku tidak mau menelponmu, Aku baru sempat untuk menelponmu. "     

" Sebentar Alena, Tolong ceritakan dulu padaku bagaimana Nizam menghubungimu?" Cynthia malah tertarik mendengarkan cerita tentang Nizam.     

" Kemarin malam dia datang ke apartemen ku mau memberikan surprise kepadaku. Membawa buket bunga mawar dan bilang mau melamarku."     

" Oh so sweet..Aku tidak mengira si wajah es berhati batu itu ternyata romantis juga."     

"Yaah Aku juga terkejut dan kasihan karena kejutannya gagal, akunya kan ada di Indonesia." Mendengar kata-kata Alena Cynthia langsung tertawa terbahak-bahak     

Suara Cynthia yang sedang tertawa terbahak-bahak terdengar hingga ke dalam, sehingga temannya yang didalam menengok ke luar melalui kaca jendela. Heran, katanya ada telepon penting tapi malah tertawa terbahak-bahak. Mendengar Cynthia tertawa Alena malah kembali menangis tersedu-sedu, membuat Cynthia langsung menghentikan tawanya.     

"Ma..maaf Alena, Bukannya Aku mentertawakan mu, tapi Aku merasa lucu dan merasa puas ketika Nizam mau memberikan kejutan untukmu malah Kamunya tidak ada. Itu mungkin hukumannya karena suka mempermainkan perasaanmu."     

"Aku juga tadinya merasa kasian sekaligus lucu. Tetapi Aku tidak bisa mentertawakan nya. Andaikan Aku bisa tertawa sepertimu, tetapi bagaimana bisa Aku mentertawakan kejadian itu, kalau hatiku sedang resah."     

"Mengapa Kamu begitu resah, bilang saja Kamu sudah punya kekasih dan akan menikah. Aku pikir Orangtuamu tidak akan begitu kejam memaksakan kehendaknya.     

"Memang benar Cynthia mereka sama sekali tidak memaksakan kehendaknya. Hanya masalahnya adalah..." Alena terdiam menahan air mata yang sudah mulai menetes lagi.     

"Lantas bagaimana Alena, cepatlah kau bicara!!"     

"Jika Aku menolaknya Ayahku terancam masuk penjara.."     

"APAA????... Bagaimana bisa??"     

"Ceritanya panjang. Yang pasti orang tuaku memiliki pinjaman ke orang yang akan melamarku sekitar 35 juta dolar Amerika."     

"APAA??? Are You Crazy???" Cynthia tercengang.     

"Apa kamu sedang membicarakan tentang anak gadis yang akan dipakai sebagai bayaran pinjaman. Mengapa ceritamu seperti cerita tentang perbudakan di Amerika pada abad ke 18?? Dimana manusia dihargai oleh uang?"     

"Bukan seperti itu ceritanya, Ayahku tidaklah menjadikan Aku sebagai pembayaran pinjaman. Pada mulanya Orang yang akan melamarku meminjamkan uang pada Ayahku untuk membayar jaminan karena Ayahku terlibat izin ilegal pertambangan batubara. Dia bilang pada Ayahku untuk tidak usah khawatir dengan pembayarannya karena Ia berniat untuk menjadikanku menantunya. Ayahku menyetujuinya karena Ia tidak tahu Aku sudah punya kekasih. Lagipula dulu Aku memang pernah bilang untuk minta dicarikan jodoh karena Aku tidak pernah jatuh cinta."     

"Ooh... Alena mengapa nasibmu begitu malang.."     

"Uang 35 juta dolar bukanlah uang yang sedikit. Aku tidak yakin Ayahku bisa membayarnya apabila seluruh asset kami disita, Aku tidak ingin Ayahku masuk penjara.."     

"Alena tolong.. jangan bilang kau akan menerima lamaran orang itu."     

"Apa Aku harus membiarkan Ayahku masuk penjara??"     

"Alena, bagaimana dengan Nizam??"     

Alena terdiam mendengar pertanyaan Cynthia. Ia malah menutup teleponnya.     

"Alena...Alena.. please..jangan tutup telepon nya, Damn You Alena!!!" Alena mengumpat dan merutuk mendengar nada putus dari Handphonenya     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.