CINTA SEORANG PANGERAN

Mencoba Menjalani



Mencoba Menjalani

0Alena mengusapkan spons bedak tabur ke pipinya lalu ke hidung dan kemudian seluruh wajah. Setelah itu Ia menyapukan kuas kecil untuk eye shadow ke matanya tipis-tipis disambung oleh blush on ke pipinya. Bulu matanya sudah panjang dan lentik sehingga Ia tidak perlu melentikannya menggunakan pini bulu mata. Ia juga hanya perlu merapikan alisnya yang bagai semut beriring. Sebelum memakai lipstik Alena menatap wajahnya yang begitu cantik jelita. Matanya yang bagai bintang itu sekarang sedikit kosong. Tidak ada riak ceria yang biasanya menghiasi disetiap sudutnya. Walau bagaimanapun perasaan cintanya yang tidak terbalas pada Nizam sudah merenggut hati dan jiwanya.     

Alena memilih lipstik yang berjejer rapih di meja riasannya. Ia memilih warna pink yang lembut untuk menyamarkan kesedihan yang melingkupinya. Warna yang sangat kontras dengan shortdress warna hitam dan sepatu boots selutut. Jaket kulit sepinggang menutupi bahunya yang terbuka karena shortdressnya memang tak berlengan. Alena menambahkan kalung panjang sedada. Jelas kalungnya adalah kalung mahal karena terbuat dari emas putih. Rambutnya Ia gulung ke atas sehingga lehernya yang jenjang tampak nyata seakan menantang setiap pria yang memandangnya. Alena mengambil tas punggungnya dan segera melangkah keluar. Ia masih melihat Mrs Nancy sedang menyedot debu di bawah sofa menggunakan vacum cleaner.     

" Miss Alena. Saya membuat ayam panggang dengan kentang tumbuk. Ayamnya masih berada di oven, nanti tinggal menghangatkan. Kentang tumbuknya Saya simpan di kulkas nanti tinggal memasukan ke dalam microwave kalau Miss Alena mau makan. " Kata Mrs. Nancy sambil berdiri menghadap Alena Ia menghentikan dulu kegiatannya dan mematikan vacum cleaner-nya. Ia sangat menghormati majikannya yang murah hati. Alena acapkali memberikan sejumlah uang di luar gaji. Bahkan yang tidak pernah Ia lupakan adalah ketika anaknya harus dioprasi usus buntu, Alena melunasi semua biaya oprasinya karena asuransi kesehatannya bermasalah. Alena juga kemudian mencarikan perusahaan asuransi yang baru sekaligus membayarkan premi asuransinya selama dua tahun     

Alena tersenyum dan mengangguk.     

" Ya baikah Mrs. Nancy thank you so much, Saya permisi mau pergi dulu. Oh ya gaji bulan ini sudah saya transfer ke rekening Anda" Jawab Alena.     

"Ya Miss.. Terima kasih" Jawab Mrs Nancy.     

Alena lalu membuka pintu apartemennya dan langsung masuk ke ruang lift yang ada di depannya. Ia memencet tombol menuju lantai dasar. Alena sedikit bersender pada dinding lift seakan Ia takut bahwa kedua kakinya tidak dapat menopang beban tubuhnya yang berat oleh rasa kekecewaan. Alena melirik ke arah jamnya sebelum pintu lift terbuka di lantai dasar. Jam 09.15...masih ada waktu untuk menemui Edward.     

Di teras depan apartemen Mr. Thomas sudah menunggunya dengan mercedes benz nya. Lalu Mr. Thomas membukakan pintu mobilnya untuk Alena. Alena tersenyum sambil mengucapkan terima kasih Ia masuk ke dalam mobilnya. Harum lavender terasa sangat menyegarkan sehingga Alena merasakan sedikit ketenangan.     

"Apakah Kita akan pergi ke kampus Miss?" Tanya Mr. Thomas.     

Alena tersenyum tipis. "Oh ya Saya minta maaf lupa memberitahu. Iya Kita akan ke kampus." Alena menjawab.     

"It's Ok Miss." Jawab Mr. Thomas. Lalu mobilpun meluncur menuju kampus Alena.     

Alena duduk termangu sambil menatap ke arah luar. Ditemani oleh lagu sendu yang keluar dari tape mobil pikiran Alena melayang ke sana kemari. Mr. Thomas tidak berani mengajaknya berbincang-bincang basa-basi sebagaimana biasanya. Ia menyadari bahwa majikannya tidak mau diganggu. Karena biasanya Alena lah yang suka aktif bertanya-tanya kepadanya. Entah itu menanyakan kesehatannya atau keluarganya atau permasalahan lainnya.     

Saking asyiknya melamun Alena bahkan tidak menyadari kalau mobilnya sudah sampai di kampus.     

"Miss.. Kita sudah sampai. " Kata Mr. Thomas dengan lembut. Ia takut mengagetkan Alena. Tapi walaupun lembut karena Alena sedang melamun tetap saja ia tergagap.     

"Oh ya.. Ooh Saya tidak menyadarinya. Terima kasih Thomas.. Kamu boleh istirahat dulu. Nanti jika Saya akan pulang Saya akan kembali menghubungimu. " Alena berkata lalu Ia keluar dari mobil tanpa menunggu dibukakan pintunya.     

Alena melihat ke arah jam, hampir pas jam 10. Alena berjalan bergegas menuju kantin . Ia tidak janjian dengan Cyntia karena Cyntia harus bekerja paruh waktu sampai jam 5 nanti sore. Suasana di Kampus tidak ramai seperti biasanya. Aura libur sudah tercium. Tetapi masih banyak para mahasiswa yang berlalu lalang. Ada beberapa kegiatan yang masih berlangsung, seperti para panitia acara pentas seni dan mahasiswa yang mengambil semester pendek atau mahasiswa yang harus mengulangi nilai ujian yang belum lulus. Untungnya walaupun nilainya biasa-biasa Ia tidak harus mengulangi ujian.     

Sesampainya di kampus Ia melihat Edward sudah duduk di tengah kantin bersama grup bandnya. Mereka tampak sedang menikmati sarapan sebelum berlatih. Ya acara pentas seni itu akan diselenggarakan seminggu lagi jadi wajar kalau Band Edward berlatih lebih keras lagi.     

"Hai Alena come here" Edward melambaikan tangannya. Ia tampak senang melihat Alena sudah datang. Alena tersenyum dan segera bergabung dengan Edward dan teman-temannya. Kebetulan memang Alena sudah kenal dengan mereka semua. "Kamu selalu terlihat luar biasa Alena.. "Kata Herry pemain bass.     

"Thank you Herry .. Apakah kalian sudah mulai berlatih? " Tanya Alena.     

"Belum Alena.. vokalis Kami tidak mau mulai berlatih sebelum bertemu dengan seseorang." Kata Dean.. Drumer Band. Herry dan yang lainnya tertawa terbahak-bahak mentertawakan Edward yang sedari tadi memang duduk gelisah menanti kedatangan Alena.     

"Oh Really??? Memangnya menunggu siapa? Bukankah Edward berjanji mau bertemu denganku, kenapa Dia sedang menunggu seseorang? " Alena bertanya kebingungan. Yang tertawa semakin terbahak-bahak melihat kepolosan Alena. Sampai-sampai Edward yang tadi bersungut-sungut karena ditertawakan teman-temannya kini ikut tertawa melihat wajah Alena yang kebingungan.     

"Ssst.. Alena sudah jangan dengarkan mereka, Cepat Kalian cepat pergi. Aku mau ngobrol dulu dengan Alena.. "Edward mengusir teman-temannya. Teman-temannya langsung pada ngomel-ngomel.     

"Tadi Kamu minta ditemani ke kantin. sekarang sudah datang yang ditunggu Kita malah diusir. Terlalu kamu Edward.." Dean meninju bahu Edward sambil mengemasi barang-barangnya. Edward hanya mengheheh mendengar iman teman-temannya.     

"Ingat Edward Kita berlatih tepat pukul 11.00 jangan sampai telat." Herry melambaikan tangannya berpamitan pada Alena dan mereka pun segera berlalu. Alena membalas lambaian tangan mereka sambil tersenyum manis. Tiba-tiba tanpa sengaja matanya melirik ke arah pojok dekat pintu. Ia tersentak kaget. Ia melihat Nizam lagi-lagi meminum kopi sambil membaca buku. Alena menjadi gelisah dan salah tingkah.     

"Ngapain itu makhluk masih ada dikampus. Bukankah Ia tidak akan datang ke pentas seni. Dengan begitu Ia harusnya sudah tidak ke kampus lagi. " Alena berkata dalam hati.     

"Ada apa Alena? " Tanya Edward melihat Alena yang tiba-tiba terdiam. Alena tersentak sedikit kaget.     

"Oh nothing Edward..Oh ya sebenarnya apa yang hendak Kau katakan kepada ku? " Tanya Alena mengalihkan perhatian Edward.     

"Sebenarnya dari kemarin Aku ingin mengajakku untuk menjadi teman dansaku? " Kata Edward sambil menatap mata Alena.     

Alena terdiam sebenarnya Ia sudah menduga bahwa Edward akan mengajaknya ke pesta dansa nanti. Tadinya jika Ia berhasil mengajak Nizam tentu saja ajakan Edward akan Ia tolak tetapi sekarang Ia mengangguk karena tidak punya pilihan. Mudah-mudahan berdansa dengan Edward akan menghilangkan perasaan sakit hatinya.     

Edward sangat bahagia dan refleks tangannya meraih tangan Alena dan menggemgamnya. Alena membiarkan tangannya digenggam Edward. Ia tidak menyadari ada dua pasang mata yang menantapnya penuh amarah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.