CINTA SEORANG PANGERAN

Kemarahan Seorang Gadis



Kemarahan Seorang Gadis

0Edward duduk di selasar dekat dengan kelas Alena. Kebetulan hari ini ia tidak ada jadwal kuliah. Ia ke kampus hanya untuk memastikan jadwal acara pentas seni di kampusnya. Sudah dari jauh-jauh hari Edward dihubungi oleh pihak panitia pentas seni untuk mengisi acara pesta dansa. Suara merdu Edward dan ia memiliki grup band memang bukan rahasia lagi. Kebetulan sekali ia tadi sedang berjalan menuju ruang panitia ketika ia memergoki Justin yang akan mencium Alena. Bocah tengil itu memang terkenal mahasiswa badung. Ia ke kampus hanya untuk main-main, entah bagaimana ia bisa lolos dari tes Universitas yang terkenal sulit. Ia tahu kalau Justin selalu mengejar-ngejar Alena karena Justin memang melakukannya dengan terang-terangan. Tetapi baru kali ini Justin nekat mau mencium Alena. Benar-benar kurang ajar, tadinya ia berniat mau pulang setelah menghubungi panitia tetapi sekarang ia lebih memilih menunggui Alena untuk memastikan Alena aman.     

Selagi menunggu Alena, Edward memainkan game online sampai tiba-tiba ada suara wanita terdengar.     

"Hai Edward..Apa kamu tidak keberatan kalau Aku duduk disampingmu karena ada suatu hal yang ingin dibicarakan. "     

Edward menghentikan main gamenya dan tengadah.     

"Oh Elsa.. silahkan.. Aku tidak keberatan sama sekali" Jawab Edward sambil bergeser sedikit.     

Elsa adalah teman sekelas Edward. Wajahnya bulat telur dengan kulit yang cerah. Rambutnya berwarna kemerahan dengan mata berwarna abu. Secara keseluruhan dia tampil begitu sempurna apalagi ditunjang dengan badan yang tinggi semampai. Elsa sangat menarik secara lahiriah. Ia dikenal dengan wanita agresif dan keras kepala. Elsa sangat menyukai Edward. Bagi Elsa, Edward itu tipe pria idamannya. Tampan, kaya, ramah bersuara bagus dan memiliki sifat gentlemen.     

Edward bukannya tidak tahu kalau Elsa menyukainya tetapi sayang hatinya sudah tertanam pada Alena. Walau demikian hati Edward yang lembut tidak sanggup untuk menjauhi Elsa. Itulah sebabnya Elsa selalu menganggap bahwa Edward juga menyukainya.     

"apakah Kamu sudah mempunyai teman untuk pergi ke pesta dansa? " Tanya Elsa sambil menatap penuh rasa cinta pada Edward.     

Edward menggelengkan kepalanya dengan jujur karena memang ia belum meminta siapapun untuk menjadi teman dansanya. Makanya sekarang ia duduk menunggu Alena adalah selain ingin menjaganya juga ingin memintanya untuk menjadi teman dansanya.     

Mendengar jawaban Edward mata Elsa membesar dengan indahnya. Edward membuang muka ke samping pura-pura memperhatikan kupu-kupu yang tiba-tiba terbang ke arahnya. Mungkin taman mawar yang ada dibelakangnya menarik perhatian mereka.     

Warna kupu-kupu yang indah terlihat seperti keindahan Alena di matanya. Badannya yang tidak terlalu tinggi, kulitnya yang tidak terlalu putih malah sedikit coklat membuat Alena terlihat sangat eksotis. Rambutnya yang kadang ikal kadang lurus tampak selalu tak pernah gagal tampil menarik. Matanya yang lebar dan bersinar juga seperti bintang yang bergemerlap diangkasa. Edward mendesah ingin rasanya ia mendekap erat tubuh wangi itu. Tetapi Alena bagaikan burung merpati ia seperti jinak namun ketika hendak ditangkap ia terbang menjauh. Tingkahnya membuat gemas semua pria. Tatapannya yang menggoda kadang membuat para pria tidak tahan makanya wajar saja kalau Justin tiba-tiba di luar kendali.     

"Aku ingin menjadi teman dansamu, bolehkah?" tanya Elsa terus terang. Inilah bedanya Orang Barat ama Orang Asia. Mereka lebih terus terang dan tidak malu-malu kucing. Edward menghela nafas. Ia sudah menduga apa maksud Elsa. Elsa selalu agresif mendekatinya, walau sebenarnya bahasa tubuh Edward sudah memberi sinyal bahwa ia hanya menganggap Elsa sebatas teman.     

"Kamu kan tahu kalau aku akan menjadi salah satu pengisi acara di pesta dansa itu. Aku akan menyanyikan beberapa lagu di pesta itu. Aku khawatir kalau Kamu nanti tidak memiliki kesempatan untuk berdansa. " Edward menjawab secara diplomatis.     

Elsa tersenyum lebar. "Aku tidak keberatan menunggu Kamu selesai menyanyi. " Elsa berusaha meyakinkan Edward.     

"Elsa.. Maafkan Aku. Aku juga sudah berjanji akan menemani Alena di pesta itu setelah Aku selesai menyanyi. Kemungkinan kami tidak akan berdansa, kami hanya akan minum-minum saja." Edward berkata dengan hati berat. Ia sebenarnya tidak tega mengatakan hal ini pada Elsa. Apalagi sebenarnya ada sedikit kebohongan pada kata-katanya, karena sebenarnya ia belum mengatakan apa-apa pada Alena.     

Elsa terhenyak mendengar kata-kata Edward. Selama ini ia tidak pernah mendengar Edward menyebut nama seorang wanita di depannya dan ia juga tidak pernah melihat Edward bersama seorang wanita secara intim. Ia hanya bergaul dengan siapapun. Dan karena memang Edward ramah dan pemurah jadi selama ini kalaupun ia bersama seorang wanita maka wanita itu adalah teman biasa. Wajah Elsa memerah menahan amarah. Hatinya panas membara rasanya sangat sakit. Elsa menggigit bibirnya menahan emosi. Edward duduk sambil tetap memperhatikan pintu kelas Alena. Ia mencoba bersikap tenang dan tegar.     

"Aku tidak tahu kalau Kau sedang dekat dengan Alena. " Kata Elsa dengan pandangan muram. Elsa kenal betul dengan Alena. Seisi kampus hampir semua mengenal dengan sosok tubuh yang begitu seksi menggoda dengan gaya berpakaian ala bintang hollywood. Semua benda bermerk yang menempel pada tubuhnya membuat Alena menjadi wanita yang paling populer dikampus mereka. Elsa sebenarnya tidak perduli kalau seluruh laki-laki dikampusnya tergila-gila pada Alena. Tapi Edwardnya juga jatuh cinta pada Alena.. Ah tidak, Elsa merasa sangat geram.     

Belum lagi Edward menjawab, pintu kelas terbuka dan terlihat para mahasiswa satu persatu keluar. Alena yang baru selesai mengerjakan soal ujian melangkah keluar bersama Cyntia. Dan langkahnya terhenti di depan selasar tempat Edward dan Elsa duduk.     

Alena tersenyum pada Edward sedangkan pada Cyntia tidak, Alena hanya melirik sedikit karena memang tidak mengenalnya. "Sial.. " Elsa mengumpat dalam hati. Alena memang terlihat sangat cantik. Matanya benar-benar lebar dan indah seakan danau yang siap menenggelamkan semua pria yang memandangnya. Bibirnya yang mungil tetapi sedikit tebal terlihat sangat seksi seakan menjanjikan madu bagi siapapun yang berhasil mengecupnya.     

Edward berdiri menyambut kedatangan Alena lalu memperkenalkannya pada Elsa.     

"Alena.. ini teman sekelasku dan Elsa ini Alena. " Hanya itu kata-kata Edward inginnya ia mengenalkan Alena sebagai pacarnya pada Elsa tetapi ia harus tau diri karena memang kenyataannya tidak seperti itu.     

Alena mengangguk sopan dan menjabat tangan Elsa. "Hallo.. Elsa senang berkenalan denganmu." Kata Alena sambil menduga-duga apakah hubungan mereka hanya sebatas teman atau lebih.     

"Apakah Aku menganggu kalian?, Oh ya Edward. Ngomong-ngomong Aku tadi belum sempat mengucapkan terima kasih atas pertolongan mu.. Terima kasih.. Edward" Kata Alena.     

"Ah.. Never mind Alena. Eumm.. " Edward mengguman. Ia bingung bagaimana untuk mengatakannya bahwa ia dari tadi menunggu Alena.     

"Please Elsa, Edward Izinkan Aku untuk permisi, kebetulan Aku dan Cyntia ada perlu dulu. Senang berkenalan denganmu Elsa" Alena berkata tersenyum lalu berlalu tanpa menunggu kata-kata dari Edward.     

Elsa merah padam menyadari situasi yang sedang terjadi. Jelas sudah ternyata antara Edward dan Alena tidak terjadi apa-apa. Mereka terlihat seperti teman biasa. Lalu apa maksud dari Edward kalau ia tadi sedang menunggu Alena dan apa maksudnya kalau ia akan menemani Alena di pesta dansa. Tiba-tiba amarah Elsa menyambar ke ubun-ubun. Ia mendelik marah pada Edward. Edward tampak berkeringat ia ketahuan mengarang cerita.     

"Maafkan Aku Elsa... "Kata Edward pelan     

"It's fine. Setidaknya Kamu menyadari kalau Alena terlihat tak mengacuhkanmu. " Kata Elsa dengan suara pedas lalu ia pergi dengan amarah meluap di dada meninggalkan Edward yang terdiam membeku.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.