CINTA SEORANG PANGERAN

Pasangan yang Manis



Pasangan yang Manis

0Setelah melirik ke arah Nizam dan AKBP Santosa bergantian. Jemari Notulen itu terdiam di atas laptopnya lalu berkata. "Apakah perdebatan ini perlu dicantumkan dalam berita acara pemeriksaan??" Katanya sambil menatap ke arah atasannya.     

Nizam dan AKBP Santosa kompak berteriak, "No..!!!"     

Bahkan AKBP Santosa sampai melotot melirik ke arah anak buahnya. Itu otak atau apa yang ada dikepala anak buahnya sampai mau menulis perbincangan yang ga nyambung sama kasus yang dihadapi oleh Alena.     

Si Notulen malah pasang wajah bagai bayi tidak berdosa dan membentuk mulut bulat dan berkata: "Ooh.." Kata Si Notulen itu sambil menganggukkan kepalanya. Sebenarnya dalam hatinya Ia ingin berteriak. 'Kalau pembicaraannya tidak sesuai dengan prosedur pemeriksaan maka segera hentikan. Kalian berdua bagai dua anak idiot yang sedang memperebutkan bungkus permen' Tapi Omelan itu hanya tertahan sampai tenggorokannya. Ia tidak mau dihajar atasannya yang terkadang suka sedikit kejam.     

Kali ini tingkah komandannya cukup membuatnya bingung bagai memeluk gunung. Sedari tadi mata atasannya itu terus menerus mencuri pandang pada istri si Pangeran tampan itu. Ok lah Ia juga mengakui kecantikan wanita itu. Tapi kalau curi-curi pandang di depan suaminya apakah itu bukan tindakan konyol.     

Padahal selama ini entah berapa banyak wanita yang berusaha merebut hati Komandannya tapi entah mengapa Si Komandan masih betah melajang. Sekarang sekalinya tertarik malah pada istri orang. Hadeuh...wanita yang didepannya ini benar-benar memancarkan aura racun dunia. Padahal di mata si Notulen masih lebih cantik penyanyi dangdut favoritnya. Memang, beda orang beda selera.     

"Mmm.. baiklah Kalian berdua. Apakah aku boleh melanjutkan pembicaraan yang tadi?" Kata Alena sambil menatap ke arah AKBP Santosa. Alena pusing mendengarkan perdebatan di antara mereka. Yang ditatap menjadi terperangah dan segera menjawab.     

"Oh ya silahkan Nyonya. Hmmm....berdebat dengan Yang Mulia sangat menarik. Membuat Saya lupa kalau kita sedang dalam penyidikan suatu kasus. Terima Kasih sekali atas ilmunya yang Mulia. Semoga ke depannya Saya dapat mengaplikasikan hasil perdebatan hari ini" Kata AKBP Santosa dengan santun.     

Nizam tersenyum, sebagai aparatur negara AKBP Santosa memang bukan pria sembarangan Ia sangat berkarisma dan tidak akan pernah bertindak sembarangan sebagaimana Andre dan Nendri.     

Kemudian Alena secara perlahan menceritakan kejadian yang sebenarnya. AKBP Santosa memperhatikan dengan seksama. Sekarang matanya terlihat lebih sopan dan tidak mencuri-curi pandang.     

Setelah selesai Alena menjelaskan segalanya yang kemudian dicatat oleh Notulen. Setelah selesai pemeriksaan Alena. Kemudian acara berlanjut dengan perbincangan santai. Hari ini juga sekaligus ada konferensi pers tentang kasus Alena.     

Ketika kemudian ada telepon masuk ke dalam handphone AKBP Santosa.     

"Siapa?? ada yang hendak memberikan kesaksian? Ya kita akan lihat saja besok. Kita akan ada konferensi pers setengah jam lagi setelah makan siang" AKBP Santosa menutup teleponnya untuk kemudian mempersilahkan Rombongan dari Nizam untuk makan siang.     

Hidangan yang terhidang adalah makanan khas Indonesia, Ada Soto daging, ikan bakar, ayam panggang, tempe mendoan, rujak cuka, kerupuk udang dan minuman es campur.     

Mata Alena berbinar binar melihat hidangan yang tampak lezat. Nizam sendiri tidak keberatan untuk memakan hidangan khas Indonesia sepanjang Ia melihat istrinya makan dengan lahap. Nizam bahkan membantu Alena untuk membawakan piring Alena dan ikut mengambilkan makanan.     

Sungguh pemandangan yang memanjakan mata. Jangankan para wanita yang melihatnya, AKBP Santosa saja hampir meleleh. Bagaimana bisa seorang putra Mahkota Kerajaan Azura yang begitu mulia, terhormat dengan harta kekayaan yang melimpah ruah dan terbiasa dilayani oleh para pelayan yang banyak. Kini membawakan piring untuk Istrinya.     

Nizam bagaikan pelayan yang mengikuti Alena menumpuk berbagai macam makanan dipiringnya. Sementara Nizam sendiri sama sekali tidak mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Usia Kandungan Alena sudah mulai memasuki tahap nyaman untuk bisa makan segala membuat Alena semakin ingin banyak makan. "Honey apa perlu Aku membawakan piring satu lagi di kepala?" Bisik Nizam sambil membawa mangkuk es campur. Alena malah mendelik kesal. Ujung sikunya yang runcing menyikut perut Nizam. "Ouch.." Nizam memekik kecil sambil nyengir.     

Arani yang ada dibelakang AKBP Santosa menunggu giliran mengambil makanan langsung komat-kamit ga jelas. Ga dimana ga dimana mereka selalu menganggap bahwa dunia cuma milik mereka berdua. Bikin baper ama salah tingkah orang yang melihatnya.     

Tidak tahan lalu AKBP Santosa melihat kebelakang. "Miss Arani...apa mereka berdua selalu begitu?" Tanyanya penasaran. Arani menatap aneh pada pria tampan didepannya. Walaupun sebenarnya ini suatu anomali* karena bagaimana bisa orang sekelas AKBP Santosa perduli dengan hal-hal remeh seperti tingkah pasangan yang sedang dimabuk cinta itu. Tetapi memang tingkah Alena dan Nizam selalu menarik perhatian orang-orang disekitarnya termasuk orang setingkat Komandan polisi di depannya ini.     

"Seperti yang anda lihat sekarang" Kata Arani dengan wajah datar. Dalam hatinya Arani ingin sekali menjawab. 'Itu sih belum seberapa.. mereka bisa lebih gila lagi. Aku yang paling sering jadi korban. Masih jomblo tapi hampir tiap hari disuguhi adegan yang bikin baper seperti ini. Sungguh menguras emosi dan perasaan' Arani bicara dalam hatinya.     

AKBP Santosa tiba-tiba mengulurkan tangannya dan berkata " Aku Santosa, nice to meet you" Katanya. Arani walau tambah heran Ia menyambut uluran tangannya dan berkata, "Aku sudah tahu" Katanya pendek.     

"Oh..darimana Anda tahu nama saya?" AKBP Santosa heran.     

Arani menunjukkan pada nama Komandan tampan itu tepat di dada AKBP Santosa. "Namamu ada diseragammu"     

Refleks AKBP Santosa melihat ke arah telunjuk Arani. ' Idiot..Akukan sedang memakai seragam, bagaimana bisa lupa' Katanya mengumpatkan dalam hati.     

"Eh..he..he..he.. Sorry..and your name please??"     

"Apakah namaku perlu untuk kepentingan penyelidikan?" Arani tampak keberatan wajahnya dingin.     

Wajah AKBP Santosa berubah jadi merah, merasa malu tindakan basa-basinya berubah jadi horor tetapi AKBP Santosa makin penasaran. Gadis didepannya ini sangat cantik dan unik. Rambutnya cepak dan memiliki kulit yang sangat halus. Tapi dengan tubuh yang tinggi tegap. Ia sangat pantas menjadi seorang perwira. Sebagai seorang polisi setiap hari ia melihat beragam macam polwan yang Memiliki tubuh tegap dan cantik Tapi Arani ini benar-benar berbeda. Ia lebih berotot dan gagah. Wajahnya sangat cantik tapi tegas. Wanita-wanita dari kerajaan itu memang sangat terkenal dengan kecantikannya. Postur tubuh tinggi semampai dan berkulit putih atau coklat susu. Bermata bulat, berambut lebat dan berhidung mancung.     

Mata Arani menyorot sangat tajam. Badannya sangat tinggi dan berisi. Walaupun berbadan gagah dan berambut cepak tapi tidak menghilangkan sisi feminimnya. Kalau ada polwan di kesatuannya yang seperti ini pasti banyak penjahat yang menyerahkan diri dengan sukarela untuk ditangkap agar bisa menikmati kecantikan Arani.     

AKBP Santosa baru saja mau berkata lagi ketika tiba-tiba didengarnya Nizam memanggil asisten pribadinya.     

"Arani!!" Nizam menoleh pada Arani. Arani sontak menegapkan badannya, membungkuk dengan hormat "Ya Yang Mulia" Katanya sambil tetap membungkukkan badannya.     

"Bantu Istriku untuk menyiapkan tempat duduk" Kata Nizam.     

"Siap Yang Mulia" Arani segera menghampiri Alena dan membawakan piringnya lalu menuju meja dan kursi makan yang sudah diatur agar lebih nyaman. Menyimpan piring dan lalu menarik kursinya agar Alena bisa duduk dengan nyaman. "Terima Kasih Arani.." Kata Alena sambil duduk. Lalu setelah meminta izin pada Nizam untuk makan duluan lalu Alena makan dengan nikmatnya.     

Arani juga lalu menarik kursi untuk Nizam duduk. Nizam hanya menganggukkan kepalanya.     

"Sebelum makan. Kau panggilkan Doni dan 6 orang anak buahnya untuk mengawal kita. Kalau kita pulang nanti"     

"Baiklah Yang Mulia. Oh ya Yang Mulia. Apa boleh Saya makan diluar?" Kata Arani sambil menundukkan kepalanya. Badannya sedikit membungkuk.     

Nizam mengerutkan keningnya. "Kau tidak suka dengan makanannya?"     

Arani terdiam. Walau bertahun-tahun Ia dilatih kemeliteran dan kemudian dua tahun mempelajari tentang semua keperluan Pangeran. Lalu mempelajari segala macam mode fashion, makanan, perhiasan dan segala macam. Tapi melihat jenis makanan Indonesia sungguh membuatnya sedikit aneh. Apalagi Ia adalah seorang perempuan yang kadang lidahnya sedikit sensitif. Melihat asistennya terdiam lalu Nizam berkata.     

"Pergilah cari makanan sendiri. Tapi jangan lama-lama. Aku merasakan suatu firasat yang tidak enak"     

Arani tampak terkejut lalu menjawab. "Apa perasaan Yang Mulia sedang tidak nyaman?"     

"Ya..tadi AKBP Santosa berbicara ditelepon bahwa akan ada saksi baru untuk melawan Alena. Aku jadi resah. Entahlah Aku merasa saksi ini akan sangat menekan Alena.." Nizam menghela nafas panjang.     

"Suruh empat orang penjaga kita untuk tetap berjaga" Kata Nizam pada Arani. "Oh ya, Ali dan Fuad harus ada diruang konferensi pers saat konferensi sedang berlangsung.     

" Siap yang Mulia" Arani mengangguk lalu Ia kembali membungkukkan badannya di hadapan Nizam. kemudian berbalik dan melangkah keluar diiringi tatapan kagum sang Komandan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.