CINTA SEORANG PANGERAN

Kaulah Suami paling Sempurna



Kaulah Suami paling Sempurna

0Ketika tangan Nizam sudah mau terhulur ke arah Pangeran Thalal dan Cynthia tiba-tiba terdengar Alena mengerang. Bagai disambar petir Mereka bertiga terkejut dan kompak berebutan menuju Alena. Bahkan Cynthia hampir menabrak Nizam saking semangatnya. Nizam apalagi, Ia seakan tidak perduli hampir ditabrak Cynthia. Ia sudah melesat dan duduk disamping Istrinya. Meraih tangan lembut itu dan berkata, "Alena.. sadarlah. Bangunlah..." Katanya sambil menepuk-nepuk pipi Alena.     

Kalau Nizam duduk disamping kanan Alena maka Cynthia berdiri disamping kirinya.     

"Alena bangunlah, Suamimu semakin gila. Bangunlah dan tolong selamatkan Kami dari monster Godzilla ini" Cynthia mengusap lengan Alena.     

Sesaat gerakan Nizam yang menepuk-nepuk pipi Alena terdiam. Ia lalu menatap wajah Cynthia dengan buas. "Akan Aku potong-potong tubuhmu jadi seribu potong dan kuberikan kepada Rozan"     

"Kakak..apa Kamu serius??" Pangeran Thalal berteriak ngeri. Rozan adalah Harimau Benggala milik Nizam yang berbobot 315 kg dan panjang 3 m. Ia sengaja didatangkan dari Bangladesh langsung sebagai peliharaan Nizam sejak dari kecil. Dan sebagaimana lazimnya orang kaya di Azura memelihara binatang buas sebagai peliharaan bukanlah hal aneh. Bahkan terkadang mereka suka membawa peliharaan mereka berkeliling kota dengan mobil mewah mereka.     

Pangeran Thalal sendiri tidak terlalu suka dengan binatang buas. Ia cenderung lebih suka burung atau ikan sebagai binatang peliharaan.     

Nizam tidak menjawab Ia malah mengelus rambut Alena. "Nizam...Jangan mati!!!" Rintih Alena.     

"Aku belum mati, Alena. Bangunlah.."Nizam berbisik halus. Alena mencoba membuka matanya, Kepalanya terasa sangat pusing, tubuhnya panas. Ketika Ia mencoba membuka mata, samar-samar Ia melihat wajah suaminya. Alena mengerjapkan mata cantiknya. Nizam tersenyum lebar pada Istrinya.     

"Aku Nizammu belum mati. Aku akan selalu ada disampingmu seperti udara bagimu..."     

Cynthia dan Pangeran Thalal langsung saling pandang. Apa monster itu sekarang sedang bermetamorfosis menjadi seorang Don Juan yang sedang memerangkap mangsanya. Cynthia lalu terbatuk-batuk kecil Ia berdiri dan dengan tahu diri Ia mundur lalu pergi.     

"Aku belum selesai dengan Kalian!!!" Kata Nizam dingin.     

"Kami tidak akan melarikan diri. Hanya kadang kalau Kau sedang bersama Alena, Kau suka melakukan tindakan yang membuat Kami jadi sakit perut" Kata Cynthia sambil menarik tangan suaminya untuk keluar dari kamar.     

Nizam menyeringai kecil mendengar kata-kata sahabatnya Alena. Dalam hatinya diam-diam Ia berterimakasih dengan perjuangan Pangeran Thalal dan Cynthia. Ia tidak memungkiri jasa Edward kali ini. Edward telah menyelamatkan dirinya, Ia juga membersihkan nama Alena sekaligus mengungkapkan kebusukan hati Sisca. Walaupun Ia sangat cemburu tapi Ia berbesar hati mengakui betapa cinta Edward pada Istrinya benar-benar terlihat begitu elegan.     

Nizam sangat marah tapi tidak bisa marah. Ia sangat kesal kepada Cynthia dan Pangeran Thalal tapi juga sangat berterimakasih. Bahkan Ia juga mulai mencurigai kalau Alena sempat berhubungan dengan Edward.     

Alena membuka matanya, Ia menatap wajah Nizam dengan sayu. "Nizam apa Aku sudah mati? Apa Kau belum mati? " Alena bertanya dengan suara gemetar.     

Nizam tidak menjawab, Ia malah mencium Alena dengan halus dan lembut seakan takut melukai bibir yang pucat itu. Alena memejamkan matanya kembali Ia memeluk leher Nizam dengan erat, Airmatanya mengalir. Nizam melepaskan ciumannya Ia memegang dagu Alena. "Alloh masih memberikan kesempatan kepada Kita untuk hidup, Alhamdulillah Ya Rab" Bisik Nizam.     

"Tapi apa yang terjadi??" Tanya Alena sambil mencoba bangkit.     

Nizam membantu Alena untuk bangun. Tetapi dengan mulut yang terkatup rapat. Bagaimana mungkin mulutnya akan terbuka lalu menceritakan kronologis kejadian yang sebenarnya. Bercerita bagaimana heroiknya Edward menyelamatkan suaminya. Bercerita kalau Edward mengatur strategi agar sidang berjalan dengan kondisi yang sangat menguntungkan Alena. Bercerita kalau Edward menunjuk dua orang saksi yang bisa memukul para pengacara ternama itu dengan sekali pukulan. Nizam tidak mungkin menceritakan itu semua.     

Pupil mata Nizam menyempit, Ia belum siap melihat ada binar dimata Istrinya kalau Ia menceritakan itu semua. Nizam tidak siap menyaksikan raut wajah kekaguman yang mungkin akan muncul dihadapan nya. Nizam tidak kuasa menahan rasa cemburu dalam hatinya. Ia adalah makhluk yang paling posesif. Ia ingin menguasainya Alena seluruhnya secara mutlak. Ia tidak ingin ada bayang-bayang pria manapun yang akan menyainginya di hati Alena.     

Alena melihat Nizam terdiam. Ia mulai menebak-nebak apa yang telah terjadi. Ia juga mulai menduga ada Edward disebalik kejadian yang sebenarnya. Tetapi karena Ia mulai memahami sifat posesif suaminya. Alena memeluk tubuh Nizam dengan erat.     

"Apapun yang terjadi, Aku sangat berterima kasih Kau sudah menjadi tameng untukku. Kau bersedia mengorbankan nyawa untuk ku. Bagiku itu adalah sesuatu yang sangat membuatku semakin memujamu. Jangan pernah meragukan cintaku. Bagiku Kau adalah seorang suami yang sangat sempurna"     

Mata Nizam seketika berbinar. Tubuh kekarnya langsung seraya melayang. Ia menyusupkan kepalanya ke dada Alena. "Jangan pernah meninggalkan Aku. Aku tidak punya siapapun yang begitu memahami diriku, selain dirimu. Dan jangan pernah melakukan hal konyol lagi. Mempertaruhkan nyawamu begitu murah. Di dalam perutmu ada pewaris tahta kerajaan Azura. Di dalam hatimu ada jiwaku. Bagiamana bisa kau mematahkan hatiku dengan melakukan itu?" Mata Nizam menjadi muram.     

Alena tersenyum Ia mengelus punggung Nizam bagai mengelus anak kecil. Padahal tubuh Nizam begitu berotot dan berbulu. Mata Nizam yang tajam dan galak itu tetap tidak bisa menutupi jiwa melankolisnya. Mukanya malah semakin dibenamkan ke dada Alena. Ngusel-ngusel didadanya, membuat Alena mengernyitkan keningnya. Alena lalu memegang bahu Nizam. " Aku haus..Kau malah genit."     

"Sama Aku juga haus, pingin mimi..." Kata Nizam sambil mau membenamkan lagi wajahnya ke dada Alena. Alena refleks menutupi dadanya. "Kau, kumat lagi nyebelin nya. Sana ambilin Aku minum"     

Malas-malasan Nizam berdiri bersamaan dengan ketukan di pintu kamar. Nizam berteriak "Masuklah!!!" Maka dipintu terlihat wajah Arani. "Yang Mulia, Dokter Desy sudah tiba"     

"Masuklah!!, Arani ambilkan Aku segelas air" Nizam memberikan perintah kepada Arani. Arani lalu masuk dan mengambil kan segelas air. Masuknya Arani bersamaan dengan masuknya Dokter Desy dan dua orang perawat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.