CINTA SEORANG PANGERAN

Mengumpulkan Kekuatan (1)



Mengumpulkan Kekuatan (1)

0Pangeran Thalal mencari tahu tentang kondisi kakaknya dari Arani. Ia sudah selesai berbincang dengan Edward dan Lila pukul 10 pagi. Para pengawalnya sudah sarapan semua. Hidangan yang disediakan pihak Club atas suruhan Edward cukup memuaskan mereka.     

"Assalamualaikum Yang Mulia Pangeran Thalal, Yang Mulia darimana saja? Kakak Yang Mulia sudah menunggu dari tadi"     

Pangeran Thalal sedikit pucat. "Aku tahu, Ia menelponku dan menelpon Cynthia berkali-kali tetapi tidak Kami angkat. Kami ada suatu urusan penting."     

"Mudah-mudahan urusan Yang Mulia cukup penting sehingga tidak membuat Kakak Yang Mulia semakin murka."     

Pangeran Thalal terdiam, Ia tidak tahu apakah Kakaknya akan mengamuk atau tidak ketika tahu kalau Ia dan Cynthia sekarang akan bahu membahu dengan Seseorang yang amat dibenci oleh Nizam.     

Edward adalah pesaing nomor satu bagi Nizam. Kenyataan bahwa Alena hampir saja jadi milik Edward membuat kedudukan Edward tidak bisa diremehkan di mata Alena. Alena juga memberikan perhatian yang lebih kepada Edward dibanding kepada semua pria yang mencintainya. Bahkan Alena berani membela nya sehingga mereka hampir saja kehilangan bayi mereka.     

Mulanya Nizam sangat bersimpati pada Edward. Tetapi kemudian kegigihan Edward menjadi suatu ancaman yang tersendiri membuat sedikit demi sedikit Nizam membenci Edward. Walaupun dalam lubuk hati yang terdalam sebenarnya Ia mengharapkan Edward dapat menjadi salah satu saksi yang akan meringankan Alena selain Cynthia.     

Pangeran Thalal sangat menyadari kebencian Kakaknya terhadap Edward. Kemarahan yang ditunjukkan Nizam pada Edward saat di Bali sudah sangat memperlihatkan betapa dalam kebencian Nizam pada Edward. Kakaknya sampai menyakiti Alena. Pangeran Thalal jadi serba salah. Tetapi kemudian Cynthia memegang tangannya dan meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.     

Pangeran Thalal seperti memiliki kekuatan lagi. "Arani, Kau tahu Aku sedang menyelidiki dulu kasus Kakak Putri Alena, Sekarang Kakak Nizam ada dimana? "     

"Yang Mulia ada di kediaman Putri Alena. Tapi sebentar lagi akan menuju ke kantor polisi untuk pertemuan dengan para pengacara. Yang Mulia Pangeran mungkin bisa langsung ke sana."     

"Kapan sidang perdana nya??" Pangeran Thalal bertanya.     

"Kemungkinan besok, Hari ini kita akan mengumpulkan semua bukti dan saksi yang bisa memperingan Yang Mulia Putri Alena"     

"Ok..kalau begitu kita akan langsung menuju ke sana."     

"Baiklah Yang Mulia, Hamba akan bicara dengan Yang Mulia Pangeran Nizam, agar hatinya sekarang menjadi tenang."     

Baru saja Arani menutup teleponnya, Terdengar Nizam bertanya. Arani memutar tubuhnya. Ia lalu membungkuk memberi hormat. Ia tersenyum sedikit melihat rambut Nizam yang basah. Nizam sendiri tidak sadar kalau ada orang yang tersenyum karena rambutnya yang basah.     

"Apakah itu dari Pangeran Thalal? darimana saja dia? dan apa maksudnya dengan menelponmu dan tidak menelponku? Apa dia sedang mencoba mencari tahu kondisi hatiku?" Nizam membetulkan jas hitam yang Ia pakai. Arani benar-benar mengakui bahwa Pangeran Nizam sungguh adalah makhluk tertampan di muka bumi. Dengan stelan jas dan kemeja putih Ia semakin hot apalagi dengan rambut yang masih basah. Ketampanan pangeran Thalal hanya bagai buih dilautan dibandingkan dengan Nizam. Walaupun demikian sebenarnya Ia sangat ngeri dengan insting pangeran Nizam yang sangat tajam. Hampir tidak ada kelemahan pada dirinya, Ia tampan, cerdas, dan kaya. tetapi Arani tetap mengakui bahwa setiap manusia pasti memiliki kelemahan. dan kelemahan terbesar majikannya ada pada istrinya yang polos.     

Nizam pasti pontang-panting kalau sudah berhubungan dengan Alena. Beberapa kali Nizam melakukan hal konyol karena Alena. Arani tau hal ini tidak terlalu baik untuk seorang calon raja. Seorang raja besar membutuhkan ambisi yang besar pula. Bagaimana bisa memimpin dengan baik kalau hidupnya dikendalikan oleh suatu perasaan. Bagaimana otak cerdasnya bisa berfungsi dengan baik kalau dengan air mata istrinya saja otak cerdas itu menjadi tidak berfungsi. Ia melihat Nizam hendak melibas apapun yang akan menutupi senyum manis istrinya.     

Melihat Arani terdiam, Nizam mengerutkan keningnya, "Apakah Kau sudah tuli?" suara Nizam terdengar gusar.     

" Oh ya.. betul Pangeran Thalal yang menelpon, Yang Mulia terlambat karena meneliti kasus Yang Mulia putri Alena dulu."     

"Meneliti?? meneliti dari mana? melalui siapa? bukankah seharusnya Ia bertanya kepadaku? Mengapa Ia malah pergi menghilang." Nizam tambah mengerutkan keningnya tetapi Ia kemudian melihat Alena keluar dari kamarnya. " Ayo kita ke kantor polisi sekarang, mudah-mudahan para pengacara itu sudah menemukan cara untuk melawan para pengacara Om Hartono." Kata Alena sambil melenggang keluar dari rumah. Nizam jadi lupa dengan pertanyaannya, Ia segera pergi mengikuti istrinya.     

Sedangkan Arani menarik nafas lega. Pertanyaan Nizam membuatnya menjadi panas dingin. Sebenarnya Ia juga merasa heran mengapa kemana Pangeran Thalal mencari tau. Kenapa Ia tidak bertanya ke Kakaknya langsung. Tidak berapa lama mobil BMW i8 bewarna putih meluncur dengan sopir dari keluarga Alena. Diikuti mobil yang ditumpangi para pengawal Nizam.     

"Katanya Pangeran Thalal dan Cynthia akan kemari? Mengapa belum ada juga?" Alena menatap suaminya yang duduk manis disampingnya.     

"Itulah Aku juga heran, seharusnya mereka sudah tiba sejak pukul 4 dini hari. Aku telepon dari tadi pagi tapi tidak nyambung terus, sekalinya nelpon malah menghubungi Arani. Ia benar-benar mencurigakan." Nizam terlihat sedikit kesal.     

" Tidak usah kesal begitu, mungkin adikmu sedang bersenang-senang dulu. Kita tidak boleh egois. Bukankah tadi juga kita sudah bersenang-senang dulu." Alena menjawab sambil senyam-senyum.     

Wajah Nizam memerah, Ia jadi tersipu-sipu pada Alena. Ia merasa semakin tua usia kandungan Alena, Alena malah jadi semakin menjadi menggodanya. Tapi Ia lalu mengalihkan pembicaraan"Aku juga tadinya berpikir begitu, tetapi Arani bilang, Pangeran Thalal sedang menyelidiki kasusmu."     

Mendengar perkataan Nizam, Alena langsung terdiam kaget. Wajahnya sedikit pucat. Otaknya mulai meloading lagi menganalisa perkataan Nizam.     

"Bukannya itu adalah hal yang aneh? Darimana dan kemana dia menyelidiki kasusmu? Harusnya dia bertanya langsung kepada kita. Bukannya dia malah menyelidiki kasusmu sendirian. Dia kira ini di Azura."     

Alena memalingkan wajahnya ke Jendela. Menatap bangunan-bangunan mewah yang banyak berdiri. Salah satunya adalah gedung tertinggi Tanjung Putra . Gedung tertinggi di Surabaya ini memiliki ketinggian 211 m. Ia berpura-pura mengagumi kemegahan gedung itu. Alena berusaha pura-pura tidak perduli dengan kecurigaan Nizam. Karena sebenarnya Alena sendiri curiga kalau Pangeran Thalal dan Cynthia pergi menemui Edward.     

Alena juga dari kemarin sembunyi-sembunyi chatting dengan Edward. Edward menyemangatinya untuk bersikap tenang dan berpikir cerdas. Ia harus belajar mendengarkan orang bicara dan menganalisa maksud perkataan orang itu. Ia tidak boleh terlalu emosi. dan Ia harus berupaya menarik simpati masyarakat untuk berdiri dipihaknya.     

Lawan Alena tidak main-main. Hartono adalah konglomerat yang sangat dicintai warga Surabaya terlepas dari Anaknya yang playboy. Hartono orang yang dermawan. Kesedihannya adalah kesedihan warga Surabaya. Ia juga menguasai hampir semua media surat kabar Surabaya. Jadi memang sangat masuk di akal ketika semua berita menjadi menyudutkan Alena. Sebenarnya secara hitungan di atas kertas. Alena sudah pasti akan menderita kekalahan. Media masa tidak mendukungnya, semua pengacara terbaik ada disisinya. Ia juga bisa saja mendatangkan saksi dan bukti palsu sewaktu-waktu ia inginkan. Siapa yang berkonfrontasi dengan Hartono maka orang itu akan lenyap bagai debu tertiup angin.     

Hanya kepolisian yang mencoba bertindak untuk adil, mengingat pemimpin mereka yaitu AKBP Santosa orang yang lurus. Ia juga bukan polisi yang mata duitan. Baginya membela kebenaran adalah di atas segalanya. Jadi walaupun sekarang kedudukannya sedang terancam karena mencoba bersikap netral, Ia tidak perduli. Harta kekayaan keluarganya tidak akan habis dimakan tujuh turunan. Di pecat jadi polisi Ia akan kembali melanjutkan perusahaan ayahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.