CINTA SEORANG PANGERAN

Meredakan suatu Emosi



Meredakan suatu Emosi

0"Aku sungguh tidak mengerti bagaimana gadis itu bisa begitu ambisius. Padahal jelas-jelas tidak ada cinta dimatanya." Pangeran Thalal tampak sangat geram.     

"Yang Mulia, Putri Lili tampak sangat berbeda dengan Kakaknya. Putri Reina tampak lebih pandai berpura-pura di depan Nizam. Tapi Putri Lili ini benar-benar luar biasa. Di depan Yang Mulia sendiri dia tampak begitu ambisius dan kasar"     

"Mengapa Pihak kerajaan hendak menyengsarakan hidupku dengan menjodohkanku dengan wanita yang begitu mengerikan. Keluarga Paman Salman memiliki gen yang buas-buas. Apa nenek moyang mereka berasal dari Macan atau harimau? Atau mereka semua reinkarnasi dari T-rex? " Pangeran Thalal morang-maring dengan wajah kusam.     

Cynthia jadi menahan tawa. Wajah tampan Pangeran Thalal malah semakin enak dilihat. Mengapa Amarah dalam dada Pangeran Thalal malah menghasilkan semburat warna merah pada wajahnya yang membuat Pangeran Thalal malah terlihat semakin tampan.     

Melihat istrinya tersenyum, Pangeran Thalal semakin gusar. "Mengapa Kau begitu tenang? Apa Kau tidak mendengar bahwa Ia tidak akan melepaskan Aku? Apa kau senang melihat hidup aku sengsara? Seumur hidupku belum pernah Aku melihat wanita yang begitu mengerikan seperti itu.     

Putri Lili pikir Aku manusia yang tidak punya hati. Seenaknya saja mau memilikku. Dia bilang aku ini haknya? Hak apanya? Apa Aku ini semacam harta warisan yang menjadi hak bagi ahli warisnya? Aaargh...Aku akan pergi dari istana terkutuk ini kalau sampai Aku harus menikahinya." Pangeran Thalal mondar-mandir berjalan. Hatinya sangat kesal.     

Cynthia menggelengkan kepalanya. Tingkah Pangeran Thalal tidak bisa dibiarkan. Bisa-bisa di Pesawat Ia akan mengoceh terus menerus. Bibir tipis itu bagaikan bibir seorang wanita. Mengerut-ngerut maju ke depan. Akhirnya Cynthia membungkamnya dengan sebuah ciuman. Pangeran Thalal langsung terdiam. Mulutnya dijelajahi oleh lidah istrinya. Mata Pangeran Thalal perlahan terpejam.     

Cynthia menariknya ke atas ranjang dan mulai mendorong dada Pangeran Thalal agar Ia berbaring. Wajah Pangeran Thalal berubah dari penuh amarah menjadi penuh hasrat. Bagaikan kerbau dicocok hidung Ia hanya menurut ketika Cynthia menyuruhnya untuk tetap terbaring diam. Pangeran Thalal menatap istrinya yang mulai melepaskan kain penutup tubuhnya satu persatu. Cynthia duduk diatas tubuhnya dan tersenyum manis.     

"Berbaringlah dalam diam. Hamba akan melepaskan emosi Yang Mulia agar kepala Yang Mulia tidak pusing dan Hamba terbebas dari segala ocehan Yang Mulia yang membuat kepala hamba ikut pusing. Berteriaklah kalau itu akan membuat Yang Mulia lebih tenang." Katanya sambil mulai membenamkan seharusnya terbenam, bagaikan matahari yang terbenam di sore hari. Semburat merah di atas langit yang temaram menjelang sore hari berpindah ke wajah Pangeran Thalal.     

Mulut Pangeran Thalal melengkung ketika seluruh tubuhnya berada dalam kekuasaan Istrinya. Ia hanya memegang pinggang ramping Istrinya yang sedang bergerak cepat membantunya untuk melepaskan emosi amarah yang melingkupi dadanya.     

Suara Pangeran Thalal akhirnya terdengar begitu nyaring memecahkan keheningan di sore hari. Para pelayan menutup semua pintu rapat-rapat agar gemanya tidak terlalu terdengar. Karena apa yang keluar dari mulut Pangeran Thalal akan mampu mengguncangkan hati setiap orang yang mendengarnya. Desahannya membuat bulu kuduk berdiri. Rintihannya mampu membuat semua bulu disekujur tubuh meremang.     

Dan ketika ombak dilautan sudah terlihat tidak bergelora. Cynthia menghempaskan tubuhnya di atas tubuh suaminya sebelum akhirnya bergulir ke bawah. Mata Pangeran Thalal masih terpejam. Bulu matanya yang panjang tampak bergerak-gerak. Keringat membasahi pelipisnya. Dadanya masih turun naik. Tubuhnya yang telanjang terbaring dengan tenang.     

Tubuh Pangeran Thalal bagaikan suatu mahakarya. Seandainya ada Photographer yang mengabadikan tubuhnya sekarang ini. Maka mungkin hasil karyanya akan menjadi viral sepanjang masa. Tubuh elok dengan paras rupawan menjadi suatu perpaduan yang sempurna. Tetesan keringat dan raut wajah yang merona memberikan tambahan nilai yang membuatnya semakin sempurna.     

"Apakah Yang Mulia sudah merasa tenang?" Tanya Chyntia sambil tersenyum.     

Pangeran Thalal membuka matanya. "Kau membuatku tidak berkutik.. Bagaimana bisa Aku terus emosi kalau Kau melakukan cara yang seperti itu untuk meredakan emosiku."     

Cynthia tertawa. Ia lalu bangkit sambil memunguti pakaian yang berserakan. "Yang Mulia, Janganlah merasa resah lagi. Yang Mulia tahu kalau hamba samasekali tidak keberatan kalau harus berbagi suami. Karena memperoleh cinta Yang Mulia walaupun hanya sedikit bagi Hamba itu sudah merasa lebih dari cukup. Berada di sisi Yang Mulia bagi Hamba adalah suatu kehormatan.     

Hamba sangat tersanjung dengan cinta Yang Mulia. Hamba bukankanlah Alena yang memiliki banyak pemuja. Hamba jelas tidak memiliki siapapun yang bisa membela hidup dan mati Hamba jikalau tidak Yang Mulia dengan kerendahan hati mengulurkan tangannya untuk meraih hamba. Bahkan sampai harus mempertaruhkan nyawa Yang Mulia. "     

Pangeran Thalal bangkit dari berbaringnya dan menggenggam tangan Cynthia. "Mengapa Kau berkata seakan-akan Kau adalah makhluk dari dasar bumi yang hina? Selama ini apakah Kau tidak menyadari betapa menariknya dirimu. Kau memiliki sisi kewanitaan yang menarik yang jarang dimiliki oleh wanita kebanyakan. Aku tidak mau lagi mendengar Kau berbicara segala macam omong kosong seperti itu" Pangeran Thalal cemberut.     

Cynthia tersenyum. "Terima kasih Yang Mulia sudah berbaik hati memuji hamba"     

"Kau membuat emosiku yang sudah stabil menjadi labil kembali, gara-gara perkataanmu."     

Cynthia menarik nafas panjang. Ia lalu kembali menaikkan kakinya yang sudah turun dari ranjang lalu berbaring dihadapan suaminya. "Kalau Yang Mulia masih belum puas, tidak usah cari-cari alasan"     

Pangeran Thalal terbatuk-batuk kecil. Ia melabuhkan tubuhnya di atas tubuh istrinya. " Dan Kau sangat peka terhadap yang satu ini"     

Cynthia mencubit pinggang Pangeran Thalal. Pangeran Thalal mencekal tangan yang mencubitnya itu lalu menyimpannya di lehernya. Matahari benar-benar mulai tenggelam. Beristirahat di peraduannya tetapi dua insan yang sedang mencurahkan kasih sayang ini masih belum menyadari kepergian sang mentari. Mereka lupa bahwa seharusnya mereka sudah berada di pesawat Sebelum matahari benar-benar tenggelam.     

Para pegawai, pangawal dan pelayan yang akan ikut ke Indonesia terlihat sedikit resah di Bendara. Tidak biasanya Pangeran Thalal terlambat. Seharusnya pesawat sudah mengangkasa sepuluh menit yang lalu. Tapi Pangeran Thalal masih belum terlihat.     

****     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.